Pertaruhan tinggi final tunggal putra AS Terbuka dimenangi Carlos Alcaraz. Dalam usia 19 tahun, dia meraih gelar pertama Grand Slam dan menjadi petenis nomor satu dunia termuda.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
NEW YORK, MINGGU - Petenis Spanyol, Carlos Alcaraz, mewujudkan mimpi masa kecilnya dalam usia 19 tahun. Dia menjadi petenis nomor satu dunia berkat gelar juara Amerika Serikat Terbuka yang merupakan gelar pertama di arena Grand Slam.
“Saya selalu memimpikan menjadi petenis nomor satu dunia. Untuk mencapai itu tanpa menjadi juara Grand Slam, tentu akan sulit. Namun, yang ada dalam benak saya sejak kecil adalah menjadi nomor satu”.
Alcaraz bercerita tentang mimpinya itu sebelum menjalani final AS Terbuka melawan Casper Ruud di Flushing Meadows, New York, Minggu (11/9/2022) sore waktu setempat atau Senin dini hari waktu Indonesia. Final itu memperebutkan dua status tertinggi yang dimimpikan semua petenis, yaitu juara Grand Slam dan menjadi petenis nomor satu dunia. Alcaraz akhirnya menjadi petenis yang mendapat dua status itu setelah menang atas Ruud dengan skor 6-4, 2-6, 7-6 (1), 6-3.
Dalam daftar peringkat dunia baru yang akan keluar pada Senin ini, Alcaraz akan berada di puncak peringkat, menggantikan Daniil Medvedev, sementara Ruud pada posisi kedua. Mereka naik dari posisi keempat dan ketujuh.
“Sulit untuk menjelaskan momen hari ini karena menjadi pertaruhan besar bagi kami. Tentu saya kecewa tidak menjadi nomor satu, tetapi nomor dua tidak terlalu buruk,” komentar Ruud yang berusia 23 tahun. Sebelum final AS Terbuka, Ruud juga tampil pada final Grand Slam lain, yaitu Perancis Terbuka. Dia kalah dari petenis Spanyol lainnya, Rafael Nadal.
Saat acara pemberian penghargaan di podium, Ruud dan Alcaraz menyampaikan simpati pada korban peristiwa 11 September 2001. Kala itu, terjadi serangan teroris dengan menabrakkan pesawat pada Menara Kembar WTC dan Pentagon.
Dengan gelar juara ini, Alcaraz menyamai Nadal ketika menjuarai Grand Slam untuk pertama kalinya, yaitu Perancis Terbuka 2005, dalam usia 19 tahun. Melalui media sosial, Nadal pun langsung memberi ucapan selamat pada petenis dari generasi penerusnya itu.
“Selamat Carlos Alcaraz untuk juara Grand Slam pertama dan menjadi nomor satu. Ini menjadi hasil dari perjalanan luar biasa tahun ini dan saya yakin masih banyak yang akan kamu capai di masa depan,” kata Nadal yang juga menyampaikan kebanggaannya atas penampilan Ruud.
Saya selalu memimpikan menjadi petenis nomor satu dunia.
Meski bisa menyamai seniornya itu, ada yang dicapai Alcaraz tetapi tidak bisa dilakukan Nadal dan petenis putra lainnya, yaitu menjadi petenis nomor satu dunia pada usia 19 tahun. Alcaraz menjadi petenis termuda yang melakukan ini sejak sistem komputerisasi digunakan untuk menentukan daftar ranking pada 1973. Alcaraz memecahkan rekor petenis nomor satu termuda yang dicapai Lleyton Hewitt pada 19 November 2001, dalam usia 20 tahun 9 bulan.
“Saya dan tim bekerja keras untuk mencapai ini, juara Grand Slam dan menjadi nomor satu,” kata petenis dengan nama panggilan Carlitos itu, sambil menahan tangis.
Ketika menanti acara pemberian penghargaan, Alcaraz juga menangis, lalu tersenyum di kursinya. Dia bercerita bahwa dia memikirkan ibu dan keluarganya yang tak bisa hadir langsung di New York. Kegembiraan pun dirayakan dengan memeluk pelatih, Juan Carlos Ferrero, dan semua anggota tim pendukungnya di tribun.
Sepanjang AS Terbuka, Alcaraz memenangi setiap babak dengan permainan agresif. Dia bisa bergerak cepat untuk mengembalikan bola yang sulit dijangkau. Servis dan groundstroke-nya juga eksplosif.
Gaya ini, juga, membuatnya menjuarai dua turnamen ATP Masters 1000 pada tahun ini, yaitu di Miami dan Madrid. Dengan gelar juara AS Terbuka sebagia puncaknya, dia menjadi petenis nomor satu dunia, terhitung sejak 12 September.
Namun, keberadaan Alcaraz dan Ruud pada ranking pertama dan kedua dunia tidak lepas dari apa yang dialami Novak Djokovic pada tahun ini. Dia tak bisa mengikuti Australia dan AS Terbuka karena tidak pernah menerima vaksin Covid-19, hingga tidak memenuhi syarat untuk memasuki Australia dan AS.
Djokovic pun kehilangan 2.000 poin dari juara Australia Terbuka 2021 dan 1.200 dari final AS Terbuka 2021 tanpa kesempatan menggantinya. Padahal, petenis Serbia itu menjadi yang paling bugar dibandingkan Nadal dan Roger Federer yang dikenal dengan julukan “Big Three”.
Selain itu, petenis peringkat kedua, Alexander Zverev, juga, absen dari persaingan sejak kalah pada semifinal Perancis Terbuka, Juni. Zverev mengalami cedera ligamen engkel kanan hingga harus menjalani operasi.
Meski demikian, Alcaraz memiliki modal untuk bisa bertahan pada persaingan level elite. Seperti dikatakan Frances Tiafoe, yang dikalahkannya pada semifinal, Alcaraz adalah petenis dengan gerakan tercepat yang pernah dihadapinya.
Dia pun memiliki karakter kompetitif pada level tinggi seperti yang diperlihatkan pada babak keempat, perempat final, dan semifinal. Ketiganya dijalani dalam total durasi 13 jam 28 menit. Kemenangan atas Marin Cilic (babak keempat) dan Jannik Sinner (perempat final) berakhir pada sekitar pukul dua waktu setempat.
“Tidak ada waktu untuk lelah untuk menjalani persaingan di Grand Slam. Namun, sekarang, saya sedikit lelah,” katanya. (AP/AFP)