Pabrikan mobil Jerman, Porsche, batal bekerja sama dengan Red Bull di ajang Formula 1 mulai 2026. Red Bull menginginkan otonomi dalam pengelolaan tim yang tidak akan tercapai jika dijalankan seperti perusahaan biasa.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
STUTTGART, JUMAT — Negosiasi kerja sama antara Porsche dan Red Bull untuk berkolaborasi dalam ajang Formula 1 mulai musim 2026, dinyatakan tidak akan dilanjutkan oleh pabrikan mobil yang bermarkas di Stuttgart, Jerman itu, Jumat (9/9/2022). Porsche menginginkan kesamaaan posisi dalam kerja sama itu, diyakini termasuk kepemilikan 50 persen saham Red Bull F1. Namun, Red Bull menginginkan keleluasaan dan kecepatan bereaksi dalam pengambilan keputusan, yang tidak akan dimiliki dalam atmosfer perusahaan yang cenderung birokratis.
”Dalam rentang beberapa bulan terakhir, Dr. Ing. hc F. Porsche AG dan Red Bull GmbH telah mengadakan pembicaraan tentang kemungkinan masuknya Porsche ke Formula 1. Kedua perusahaan kini bersama-sama sampai pada kesimpulan bahwa pembicaraan ini tidak akan dilanjutkan lagi,” tulis Porsche di laman resmi mereka, Jumat (9/9/2022).
”Dasar pemikirannya adalah kemitraan selalu akan didasarkan pada pijakan yang setara, yang tidak hanya mencakup kemitraan mesin tetapi juga tim. Ini tidak dapat dicapai. Dengan perubahan aturan yang telah selesai dilakukan, seri balap tetap menjadi lingkungan yang menarik bagi Porsche, yang akan terus dipantau," pungkas penyataan pabrikan yang berada di bawah payung besar Volkswagen itu.
Keputusan menghentikan negosiasi kemitraan ini sebelumnya telah diindikasikan oleh Kepala Tim Red Bull Racing Christian Horner yang menegaskan bahwa DNA tim didukung perusahaan minuman energi itu.
”Red Bull selalu menjadi sebuah tim independen. Itu merupakan salah satu kekuatan kami, itu menjadi tulang punggung dari apa yang telah kami raih dan kemampuan kami untuk bergerak cepat. Ini merupakan bagian dari DNA kami,” ujar Horner dua pekan lalu di Sirkuit Zandvoort, Belanda.
Kami bukan organisasi yang dijalankan seperti perusahaan dan itu merupakan salah satu kekuatan kami dalam cara kami beroperasi sebagai sebuah tim balap. Ini merupakan sebuah prasyarat untuk ke depannya.
”Kami bukan organisasi yang dijalankan seperti perusahaan dan itu merupakan salah satu kekuatan kami dalam cara kami beroperasi sebagai sebuah tim balap. Ini merupakan sebuah prasyarat untuk ke depannya,” kata Horner.
Syarat awal untuk memberi kebebasan pada Red Bull dalam menjalankan tim itulah yang membuat kesepakatan kerja sama dengan Porsche terhenti. Red Bull khawatir, jika kerja sama dilanjutkan sesuai dengan keinginan Porsche, itu akan menghilangkan kemampuan untuk bereaksi cepat dengan tuntutan hari ke hari di Formula 1.
Menanggapi pengumuman Porsche yang menghentikan pembicaraan kerja sama itu, Horner kembali menegaskan bahwa perbedaan DNA kedua perusahaan yang menjadi halangan. Dia juga menyatakan bahwa mesin yang dibangun oleh Red Bull melalui divisi baru Red Bull Powertrain (RBPT) tidak akan pernah bergantung pada dukungan dari perusahaan akan menjadi mitra. RBPT didirikan sekitar 55 pekan lalu untuk membangun mesin dan sasis secara mandiri untuk balapan Formula 1 mulai musim 2026 yang menggunakan regulasi baru.
”Yang pasti dengan Red Bull menjadi pembangun mesin pada 2026 sesuatu yang wajar untuk melakukan pembahasan. Diskusi-diskusi tersebut sekarang telah disimpulkan dan konsensusnya adalah itu tidak tepat untuk keterlibatan Red Bull dalam F1,” tutur Horner kepada Autosport.
"Kami berkomitmen untuk menjadi produsen powertrain satu setengah tahun yang lalu, atau sekitar itu. Kami telah berinvestasi secara besar-besaran dalam fasilitas dan sumber daya manusia, dan mesin pertama Red Bull menyala sekitar sebulan yang lalu. Jadi, ini merupakan babak baru yang luar biasa menarik bagi Red Bull, dan itu tidak pernah bergantung atau tergantung pada keterlibatan dari pihak ketiga atau sebuah pabrikan,” kata Horner.
Terkait dengan keperluan dukungan dana dari rekanan yang diperlukan untuk pengembangan dan membangun mesin mandiri, Horner pun menegaskan, itu hanya akan terjadi jika rekanan mengikuti DNA Red Bull. Hal ini berlaku untuk Porsche yang bersama dengan Audi merupakan bagian dari grup besar Volkswagen. Dukungan finansial dari mitra dinilai oleh Horner merupakan bonus. ”Tetapi hanya jika sesuai dengan DNA kami dan strategi jangka panjang kami,” ujar Horner.
”Tidak pernah ada pembahasan finansial. Porsche merupakan merek yang sangat besar, tetapi DNA cukup berbeda. Selama proses pembahasan menjadi jelas bahwa ada ketidakselarasan strategi,” jelas Horner.
”Red Bull telah menunjukan apa yang mampu dilakukan di F1. Dan yang pasti, sebagai tim independen dan sekarang pembuat mesin, kami menantikan untuk bersaing melawan pabrikan-pabrikan dengan powertrain dan sasis (buatan sendiri)," lanjut Horner.
Red Bull tidak menutup peluang kerja sama dengan perusahaan lain yang tertarik untuk menempatkan merek mereka pada mesin buatan Red Bull Powertrain mulai 2026. Namun, kerja sama itu hanya akan terjadi jika Red Bull tetap memiliki kekuasaan mandiri dalam operasional tim.
”Kami sangat fokus pada power unit Red Bull, dan jika ada rekanan yang sepemikiran yang bisa memberi suatu kontribusi pada proyek, maka tentu saja perlu mempertimbangkan itu, tetapi itu bukan prasyarat,” kata Horner.
”Kami akan menjadi satu-satunya tim selain Ferrari yang memiliki mesin dan sasis yang semuanya di bawah atap kampus yang sama. Kami meyakini bahwa untuk daya saing tim jangka panjang, itu sudah pasti hal yang tepat untuk dilakukan. Dan sudah pasti, juga ada peluang-peluang lain yang dihasilkan,” lanjut Horner.
”RB17 sebagai contoh, kami bahkan berpotensi membangun power unit kami sendiri untuk proyek itu, jadi secara strategis bagi kami memiliki keseluruhan kampus di bawah satu atap sangat masuk akal,” kata Horner.