Napoli memberikan hasil memalukan untuk Liverpool berkat kemenangan 4-1, Kamis WIB. Bagi Napoli, kemenangan itu dirayakan dengan riang gembira. Sebaliknya, "Si Merah" kian tenggelam dalam krisis.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
NAPLES, KAMIS – Meski gagal langsung bersaing di papan atas Liga Inggris di awal Liga Inggris musim ini, Manajer Juergen Klopp bersikukuh menganggap timnya tidak dalam periode buruk. Anggapan itu langsung dianulir Klopp setelah timnya pulang dengan “wajah” babak belur menyusul kekalahan menyakitkan 1-4 dari Napoli, Kamis (8/9/2022) dini hari WIB, di Stadion Diego Armando Maradona.
Napoli membuka secara eksplisit ruang-ruang kelemahan “Si Merah” dalam dua bulan pertama perjalanan musim 2022-2023. Liverpool memang tetap tampil dengan gaya gegen-pressing yang mengedepankan garis pertahanan tinggi, tetapi mereka kehilangan agresivitas yang selama ini menjadi nyawa dari permainan mereka.
Justru sebaliknya, energi dan agresivitas tinggi ditunjukkan Napoli. Catatan 13 kali merebut bola dari penguasaan pemain Liverpool menjadi bukti semangat yang ditunjukkan skuad “I Partenopei”.
Dari 13 rebutan bola itu, lima di antaranya didapatkan dari kaki trio penyerang Liverpool, yaitu Mohammed Salah, Roberto Firmino, dan Luis Diaz. Gelandang senior Si Merah, James Milner, menjadi pemain yang paling banyak kehilangan bola dengan empat kali bola bisa direbut dari penguasaannya.
Di sisi lain, Pelatih Napoli Luciano Spalletti memanfaatkan dengan baik garis segitiga di pertahanan Liverpool yang kerap menjadi kelemahan Si Merah karena pergerakan lamban dalam bertahan. Garis segitiga itu terdiri dari dua bek sayap, Trent Alexander-Arnold dan Andrew Robertson, serta gelandang bertahan, Fabinho.
Dari ketiga pemain itu, pemain-pemain Napoli mencatatkan enam kali dribel sukses. Rinciannya, Fabinho tiga kali dilewati lewat aksi dribel pemain tim tuan rumah. Sedangkan, Alexander-Arnold dan Robertson masing-masing dua dan satu kali kewalahan menghadapi aksi individu pemain Napoli.
Selain perkara kejelian I Partenopei memanfaatkan kelemahan Liverpool, pemain Si Merah juga melakukan beragam kesalahan individu. Pertama, pelanggaran hand ball yang dilakukan Milner di menit keempat. Itu menyebabkan wasit memberikan penalti pertama bagi Napoli di menit keempat.
Eksekusi dari Piotr Zielinski mampu menaklukan kiper Liverpool, Alisson, ketika pertandingan baru berjalan lima menit. Di menit ke-16, Virgil van Dijk melakukan kesalahan dengan menginjak kaki Victor Osimhen yang juga berbuah penalti bagi Napoli setelah wasit Carlos del Cerro Grande melihat tayangan ulang insiden itu.
Itu blunder kedua Van Dijk dari tujuh laga musim ini yang berakibat hadiah penalti bagi lawan Liverpool. Jumlah kesalahan itu setara dengan yang dilakukan bek asal Belanda itu pada 164 laga sebelumnya selama berseragam Si Merah. Beruntung, eksekusi Osimhen bisa digagalkan Alisson.
Aksi Kvaratskhelia
Setelah itu, Napoli kembali meledak berkat kepiawaian penyerang sayap kiri asal Georgia, Kvicha Kvaratskhelia, untuk merepotkan Alexander-Arnold dan Joe Gomez yang menjaga sisi kanan pertahanan Liverpool. Kvaratskhelia menciptakan umpan kunci yang mengawali gol kedua Napoli yang dicetak Andre-Frank Anguissa, serta asis untuk gol ketiga timnya melalui sontekan, Giovanni Simeone.
Keputusan Klopp mengganti Gomez dengan Joel Matip di awal babak kedua juga tidak berjalan mulus. Matip gagal menutup pergerakan Simeone untuk memberikan operan kepada Zielinski yang mencetak gol keempat bagi Napoli. Gol yang tercipta di menit ke-47 membuat Stadion Diego Armando Maradona yang dipenuhi 51.793 penonton kian bergemuruh.
Adapun Liverpool hanya bisa mencetak satu gol hiburan. Sepakan melengkung Diaz gagal dihalau Alex Meret di menit ke-49.
Kami harus menemukan kembali jati diri (permainan) kami.
Itu adalah satu-satunya peluang emas yang dihasilkan Liverpool dalam lawatan ketiga ke kota Naples sejak 2018 lalu. Dari tiga pertemuan itu, Si Merah selalu pulang dengan kepala tertunduk.
Menurut Klopp, tiga gol di babak pertama adalah sebuah pukulan telak dan hasil yang amat buruk bagi timnya. Ia pun tidak segan menganggap permainan anak asuhannya memalukan di stadion yang dedikasikan untuk legenda Napoli dan Argentina, Maradona, itu.
“Kami harus menemukan kembali jati diri (permainan) kami. Dalam tiga hari mendatang, kami akan menghadapi Wolves (Wolverhampton Wanderers) dan mungkin jika mereka menyaksikan penampilan kami malam ini, mereka tidak bisa berhenti tertawa,” ujar Klopp seusai laga yang lebih banyak tertunduk sepanjang laga di sisi lapangan.
Ketika disinggung mengenai “kutukan” Liverpool tampil di markas Napoli, Klopp menilai, itu bukan alasan utama kekalahan memalukan ini. Napoli bermain baik, lanjut Klopp, dan timnya gagal tampil sesuai rencana permainan dalam bertahan dan menyerang sehingga perlu segera membenahi diri.
“Kami perlu mencari jiwa kami yang hilang. Kami tidak bekerja sebagai sebuah tim. Saya perlu waktu untuk berpikir. Pekerjaan saya untuk menemukan (masalah) ini,” ucapnya.
Rio Ferdinand, mantan pemain tim nasional Inggris menilai, masalah utama Liverpool adalah performa pemain bintang yang jauh dari standar sesungguhnya. Klopp, kata Ferdinand, perlu segera memahami kendala yang dialami para pemainnya itu agar tim tidak semakin terpuruk.
“Kita bisa lihat Salah tidak dalam level dia di beberapa musim terakhir, begitu pun dengan Van Dijk. Fabinho kehilangan sentuhan terbaiknya. Solusi untuk setiap individu diperlukan sebelum Liverpool berbicara mengenai masalah di dalam tim,” kata Ferdinand.
Penuh emosi
Kemenangan atas Liverpool menghadirkan emosi kebahagiaan yang melimpah bagi skuad Napoli. Simeone, yang mencetak gol perdana di Liga Champions, amat bahagia ketika merayakan gol kedua untuk timnya.
Ia mencium tato logo Liga Champions yang ada di tangan kirinya. Tato itu dibuat Simeone ketika berusia 13 tahun.
“Saya merasakan perasaan sangat emosional karena memenuhi mimpi untuk mencetak gol di Liga Champions. Segalanya mungkin bagi kami di musim ini, penting bagi kami untuk terus percaya,” kata Simeone.
Tak hanya pemain, beberapa dari ribuan suporter Napoli yang hadir di tribune tertangkap kamera menangis haru setelah melihat performa magis I Partenopei.
Spalletti bangga dengan performa anak asuhannya. Menurut dia, pemain Napoli bisa tampil dengan identitas permainan sendiri ketika melawan tim top Eropa.
“Saya tidak mau merayakan kemenangan ini karena saya harus tetap membuat pemain saya mempertahankan fokus. Saya ingin mereka menjaga performa dan energi ini dalam latihan dan pertandingan selanjutnya,” kata Spalletti dilansir La Gazzetta dello Sport.
Di Stadion San Siro, Milan, Inter Milan gagal memberikan perlawanan terhadap Bayern Muenchen usai tumbang 0-2. Gol dari penyerang sayap Bayern, Leroy Sane, dan bunuh diri bek tengah, Danilo D’Ambrosio, menghadirkan mimpi buruk bagi skuad asuhan Simone Inzaghi itu. (AFP)