100 Hari Berkuasa, Todd Boehly Singkirkan Thomas Tuchel
Hubungan Chelsea dengan Thomas Tuchel berakhir di hari ke-590. Terganggunya fokus Tuchel dalam tugas sebagai juru taktik karena kehadiran pemilik baru, Todd Boehly, menyebabkan Chelsea tak kunjung tampil konsisten.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LONDON, RABU – Thomas Tuchel menjadi manajer kedua di Liga Inggris musim ini, setelah Scott Parker di Bournemouth, yang dipecat akibat performa tidak memuaskan. Kekalahan mengejutkan dari Dinamo Zagreb di laga perdana Grup E Liga Champions Eropa, Rabu (7/9/2022) dini hari WIB, di Stadion Maksimir, Kroasia, menjadi puncak habisnya kesabaran pemilik Chelsea, Todd Boehly, kepada juru taktik asal Jerman itu.
Rabu ini menjadi tepat hari ke-100 Boehly memimpin Chelsea sejak membeli kepemilikan klub dari Roman Abramovich melalui sebuah konsorsium, akhir Mei lalu. Meski baru memegang tampuk pimpinan di Stadion Stamford Bridge dalam waktu singkat, pebisnis asal Amerika Serikat itu telah menyingkirkan sosok penting “Si Biru” di era Abramovich.
Sebelumnya, tiga orang penting di balik layar Chelsea yang mengatur perekrutan pemain baru dan arah bisnis klub juga keluar dari klub itu pada akhir musim lalu. Mereka adalah Marina Granovskaia (Direktur), Bruce Buck (CEO), dan Petr Cech (penasihat teknis dan performa).
Setelah ketiga orang itu, Boehly juga mengakhiri kontrak Scott McLachlan, Kepala Pemandu Bakat Internasional Chelsea, 3 September lalu. McLachlan adalah sosok yang bertanggung jawab dalam pencarian pemain dalam 11 tahun terakhir.
Performa Chelsea yang angin-anginan pada awal musim ini karena hanya meraih 10 poin dari enam laga perdana liga, kemudian tidak membawa pulang poin dari lawatan ke Kroasia pada ajang Liga Champions, membuat Boehly membuka pintu keluar Stamford Bridge untuk Tuchel, Rabu pagi waktu setempat. Meski tampil inkonsisten, Si Biru sejatinya masih dalam jangkauan untuk bersaing di papan atas.
Chelsea memang berada di peringkat keenam, tetapi mereka hanya berjarak lima poin dari rival sekota, Arsenal, yang duduk di puncak klasemen. Mereka pun satu tingkat di atas runner-up Liga Inggris dan Liga Champions musim lalu, Liverpool.
Era transisi
Musim ini, Si Biru juga tengah memasuki era transisi dengan kehadiran banyak pemain baru. Pengeluaran sebesar 253,78 juta poundsterling atau sekitar Rp 4,35 triliun menjadikan Chelsea sebagai tim paling boros di Eropa untuk belanja di jendela transfer musim panas lalu.
Tuchel adalah manajer luar biasa. Ia jujur dan terbuka untuk mengungkapkan kepada semua pemain ide tentang cara timnya bermain. Jadi, saya tidak bisa memahami keputusan (pemecatan) ini. (Rio Ferdinand)
Namun, para pemain baru Chelsea masih dalam tahap adaptasi dengan sistem Tuchel. Mereka antara lain Marc Cucurella, Piere-Emerick Aubameyang, Kalidou Koulibaly, Wesley Fofana, Denis Zakaria, dan Raheem Sterling. Tuchel juga harus menghadapi para pemain utama yang cedera, seperti N’Golo Kante, Reece James, dan Mateo Kovacic.
Hanya saja, berbagai kondisi di tubuh tim itu tidak dianggap Boehly sebagai alibi untuk menyaksikan performa inkonsisten Chelsea.“ Pemilik baru percaya ini adalah waktu yang tepat untuk membuat transisi. Klub menyampaikan terima kasih kepada Thomas (Tuchel) dan stafnya atas segala usaha selama menangani klub,” bunyi pernyataan resmi Chelsea, Rabu.
Selanjutnya, staf pelatih Chelsea akan dipimpin Anthony Barry, salah satu tim pelatih utama, untuk mempersiapkan derbi London kontra Fulham, Sabtu (10/9). Tuchel meninggalkan warisan trofi Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub. Selain itu, ia juga menyelesaikan 100 laga dengan persentase 60 persen kemenangan.
Keputusan Boehly memecat Tuchel bisa dipahami. Dengan pengalamannya terjun di bisnis olahraga dalam delapan tahun terakhir, Boehly hanya ingin melihat tim miliknya meraih kemenangan. Ia pun memegang beberapa jabatan di Chelsea saat ini, mulai dari pemilik, CEO, hingga direktur olahraga,
Ia pun telah mengeluarkan banyak uang untuk memperkuat skuad Si Biru. Hasil yang dipersembahkan Tuchel di awal musim ini tidak bisa diterima Boehly.
“Kemenangan sangat berharga. Sekali menang secara konsisten, Anda akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk meningkatkan jenama dan ekuitas klub,” ujar Boehly terkait pandangannya tentang kepemilikan klub olahraga. Itu disampaikan Boehly dalam pertemuan bertajuk “Invest in Sports”, Oktober 2021 lalu,
Fokus terpecah
Lalu, apa penyebab performa Chelsea menurun tajam di awal musim ini? Padahal, pada periode yang sama di musim 2021-2022, Si Biru duduk di peringkat ketiga dan berkejaran dengan Liverpool dan Manchester City untuk duduk di puncak klasemen.
Masalah yang dihadapi Tuchel lebih disebabkan karena fokusnya untuk mengurus masalah taktik dan persiapan tim menghadapi pertandingan terpecah. Setelah kehilangan Granovskaia dan Cech, Boehly membebani Tuchel untuk mengurusi pencarian pemain hingga terkait rencana tim di dalam dan luar lapangan.
Pada wawancara kepada BBC, Juli lalu, manajer berusia 49 tahun itu mengakui kehilangan Granovskaia dan Cech yang selama ini menjadi penyambungnya dengan mantan pemilik Chelsea, Roman Abramovich. Kehadiran dua orang itu membuat Tuchel bisa fokus melatih tim dan tidak diganggu urusan di luar lapangan hijau.
“Saya kini lebih dilibatkan, memiliki lebih banyak tanggung jawab. Semoga dalam jangka panjang atau setelah pramusim ini, saya hanya ingin kembali memegang tugas melatih lagi,” kata Tuchel yang bergabung dengan Chelsea, Januari 2021.
Keluhan serupa pernah diungkapkan Tuchel di akhir kebersamaannya bersama Paris Saint-Germain, Desember 2020. Kala itu, ia merasa memegang tugas sebagai “menteri olahraga” karena perlu bertanggung jawab pula kepada kehidupan di luar lapangan para pemainnya seperti Neymar Jr.
Setelah kekalahan dari Dinamo, Tuchel pun mengakui dirinya marah terhadap diri sendiri karena performa buruk skuad Chelsea. Meski begitu, ia masih optimistis perjalanan Si Biru di musim ini akan berangsur membaik seiring perjalanan waktu.
“Kami harus lebih baik karena kehilangan segalanya. Penampilan kami tidak cukup secara individu dan tim, tetapi saya yakin hal baik akan datang karena kami tengah menapaki cara yang baik,” ucap Tuchel dalam konferensi pers pamungkas sebagai manajer Chelsea.
Legenda Manchester United, Rio Ferdinand, menganggap pemecatan Tuchel tidak bisa diterima akal sehat. Dengan rasio kemenangan 60 persen dan hubungan baik dengan semua pemain Chelsea, menurut Ferdinand, Boehly dan rezimnya telah mengambil keputusan yang berbahaya untuk Si Biru.
“Tuchel adalah manajer luar biasa. Ia jujur dan terbuka untuk mengungkapkan kepada semua pemain ide tentang cara timnya bermain. Jadi, saya tidak bisa memahami keputusan (pemecatan) ini,” tutur Ferdinand dalam kanal Youtube-nya, FIVE.
Kini, ketika skuad Chelsea masih kehilangan permainan terbaik, mereka juga kehilangan nakhoda. Masa depan tidak menentu membayangi Si Biru. (AFP)