Modal Kaya Raya Tak Lagi Cukup bagi PSG dan Manchester City
Paris Saint-Germain dan Manchester City menyadari skuad sempurna nan mahal belum menjamin untuk bisa juara di Liga Champions Eropa. Juventus dan Sevilla akan menjadi ujian perdana mereka, musim ini.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
PARIS, SENIN — Dua klub kaya raya yang ditopang dana dari investor Timur Tengah, Paris Saint-Germain dan Manchester City, sama-sama memulai perjuangan meraih gelar perdana Liga Champions Eropa, Rabu (7/9/2022) dini hari WIB. Setelah gagal musim lalu karena ditumbangkan Real Madrid, tim juara, PSG dan City makin menyadari upaya menjadi juara di kompetisi itu tidak bisa hanya bergantung pada materi.
Seperti musim lalu, PSG dan City menjadi tim dengan skuad paling mahal di Eropa saat ini. ”Les Parisiens”, julukan PSG, diperkuat barisan bintang kelas wahid, seperti Lionel Messi, Neymar Jr, dan Kylian Mbappe. Total nilai pasar skuad klub itu adalah 912,45 juta euro atau sekitar Rp 15,85 triliun.
Materi skuad PSG hanya kalah dari City dengan nilai total 1,04 miliar euro (Rp 18,09 triliun). Para pemain, seperti Ruben Dias, Joao Cancelo, Kevin De Bruyne, dan Riyad Mahrez, tetap menjadi andalan Pep Guardiola untuk menembus semifinal ke-10 sebagai pelatih sekaligus memutus satu dekade paceklik trofi Liga Champions.
Kepercayaan diri ”The Citizens” pada musim ini lebih tinggi karena memiliki penyerang murni, Erling Haaland, yang tampil fenomenal di Inggris. Dengan skuad yang sempurna itu, Opta Analyst lantas menjagokan City dan PSG mengakhiri babak awal penyisihan sebagai juara grup.
PSG diprediksi memiliki potensi 80 persen untuk memuncaki Grup H dibandingkan tiga tim lainnya, yaitu Juventus (58 persen), Benfica (51,2 persen), dan Maccabi Haifa (10,8 persen). Adapun City memiliki peluang 92,8 persen untuk lolos ke babak 16 besar sebagai juara Grup G. Mereka bersaing dengan Sevilla, Borussia Dortmund, dan Kopenhagen FC.
FiveThirtyEight juga menaruh PSG dan City sebagai tim dengan peluang terbesar untuk lolos dari penyisihan grup. Peluang mereka lolos ke babak 16 besar mencapai 95 persen.
Meskipun demikian, Marquinhos, bek tengah PSG, tidak terlalu peduli dengan statistik dan probabilitas yang menjagokan timnya tampil apik di fase grup. Ia lebih memilih fokus menatap laga versus Juve di Stadion Parc des Princes, Paris, Perancis, Rabu dini hari WIB.
Pemain membutuhkan staf, staf butuh pemain, dan pemain memerlukan dukungan suporter. Jika kami bisa terus kompak bersama, hasil positif dan capaian akan datang lebih mudah bagi kami. (Marquinhos)
Laga itu, katanya, adalah ujian awal timnya dalam memenuhi ambisi menjadi juara Eropa. ”Juventus adalah lawan yang sangat sulit untuk dihadapi. Tim Italia bekerja sangat keras pada faktor taktik dan fisik sehingga mereka selalu siap bertarung dan menghadirkan kesulitan untuk setiap lawan,” ujar sang kapten tim PSG kepada PSG TV, Senin (5/9/2022).
Menurutnya, timnya perlu menatap setiap laga, mulai dari fase grup, dengan kemampuan lebih dari 100 persen. Materi pemain dan skuad berkualitas, ucapnya, bukan jaminan untuk bisa berjaya di Liga Champions, kompetisi yang menyajikan persaingan antar-tim, pemain, dan pelatih terbaik sejagat.
”Cara terbaik memenuhi tujuan kami di kompetisi ini adalah kerja sama seluruh elemen. Pemain membutuhkan staf, staf butuh pemain, dan pemain memerlukan dukungan suporter. Jika kami bisa terus kompak bersama, hasil positif dan capaian akan datang lebih mudah bagi kami,” kata Marquinhos kemudian.
Khusus bagi Pelatih PSG Christophe Galtier, musim ini menjadi kali kedua memimpin klub di Liga Champions. Pada kesempatan pertamanya berkiprah di kompetisi antarklub paling bergengsi itu, Galtier gagal membawa Lille meraih kemenangan di fase grup musim 2019-2020. Dari enam laga, Lille hanya meraih satu poin atau hasil imbang.
Meskipun dibekali skuad penuh bintang di PSG, Galtier tidak ingin terlalu optimistis bisa mudah melaju dari babak penyisihan grup. Menurut dia, Juventus dan Benfica, yang pernah merasakan gelar juara Liga Champions, memiliki kualitas dan mentalitas yang wajib diwaspadai timnya.
”Mereka adalah dua raksasa di sepak bola Eropa. Pertarungan melawan kedua tim itu akan menghadirkan laga yang menarik dan menantang bagi kami,” kata Galtier.
Menjelang duel versus Juve, Galtier akan kembali mengandalkan trisula terbaiknya di lini depan, Messi, Mbappe, dan Neymar. Dari enam laga Liga Perancis musim ini, mereka selalu bisa mencetak gol dan menghasilkan asis satu sama lainnya ketika tampil bersama.
Secara total, ketiga pemain itu telah menghasilkan 16 gol dan 11 asis untuk PSG pada awal musim ini. Mereka seperti sulit dibendung di kompetisi domestik karena bisa mencetak lebih dari tiga gol, masing-masing pada lima dari enam laga yang telah dijalani. Hanya ketika ditahan Monako, 1-1, pada 29 Agustus lalu, Les Parisiens gagal mempertahankan produktivitas gol yang tinggi itu.
Kami memiliki kualitas dan kapasitas untuk memenangi satu-satunya trofi yang belum ada di ruang koleksi kami. Maka, kami wajib terus bekerja keras dan fokus di setiap pertandingan untuk mengejar kemenangan demi trofi Eropa. (Ederson Moraes)
Pada kubu sebaliknya, Pelatih Juventus Massimiliano Allegri tidak mematok target muluk pada laga tandang ke Paris. Allegri agaknya tetap akan menerapkan taktik bertahan dengan serangan balik yang bertumpu pada striker andalannya, Dusan Vlahovic.
”Di penyisihan grup ini, kami lebih menargetkan sapu bersih kemenangan ketika melawan Benfica dan Maccabi,” kata Allegri dilansir Tuttosport.
Pantang meremehkan
Sementara City akan bertandang ke markas Sevilla, Stadion Sanchez Pizjuan, sebagai permulaan mengarungi Liga Champions musim ini. Meskipun di atas kertas lebih diunggulkan, Ederson Moraes, kiper City, menuturkan, timnya pantang meremehkan satu pun tim lawan di Liga Champions.
Ia mengakui gelar Eropa menjadi salah satu target utama yang dicanangkan The Citizens pada musim ini. Oleh karena itu, tambahnya, segala cara dan kemampuan akan berusaha dikerahkan City untuk minimal bisa mengulangi capaian menembus partai puncak pada edisi 2020-2021. Ketika itu, mereka dikalahkan Chelsea, 0-1, di final.
”Kami memiliki kualitas dan kapasitas untuk memenangi satu-satunya trofi yang belum ada di ruang koleksi kami. Maka, kami wajib terus bekerja keras dan fokus di setiap pertandingan untuk mengejar kemenangan demi trofi Eropa,” ucap Ederson. (AFP)