Rentetan keputusan kontroversial VAR mewarnai pekan ke-6 Liga Inggris. Peran teknologi dalam dunia perwasitan itu tampak belum mampu menghapus sisi “manusiawi” wasit.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LONDON, SABTU – Pekan ke-6 Liga Inggris, Sabtu (3/9/2022), menyanjikan banyak pertarungan sengit. Mulai dari derbi London hingga Merseyside. Namun, laga itu ternoda oleh keputusan video asisten wasit atau VAR yang kontroversial. Kinerja wasit semakin menjadi sorotan, meskipun sudah dibantu teknologi.
Kemenangan Chelsea atas West Ham United 2-1 di Stamford Bridge, London, menjadi buah bibir di media sosial. Raihan tiga poin Chelsea dalam laga derbi itu tidak terlepas dari keputusan kontroversial wasit. Wasit VAR, Jarred Gillett, membatalkan gol penyama kedudukan yang dicetak Maxwel Cornet pada menit ke-90.
Gillett melihat insiden pelanggaran sebelum gol. Pemain West Ham Jarrod Bowen dinilai melanggar kiper Edouard Mendy, sebelum bola bergulir ke kaki Cornet. Wasit utama, Andy Madley, memastikan dengan melihat tayangan ulang di layar pinggir lapangan. Madley kemudian menganulir gol itu.
Padahal, dalam tayangan ulang, terlihat jelas Mendy yang menabrakkan diri dalam perebutan bola dengan Bowen. Bowen juga tampak menghindar, mengangkat kakinya agar tidak tertabrak Mendy. Meskipun begitu, wasit tetap menyatakan gol tidak sah.
Itu adalah salah satu keputusan VAR terburuk yang pernah dibuat sejak (teknologi) itu diperkenalkan. Kacau. Tidak mengerti mengapa mereka bisa sampai pada keputusan itu.
Setelah pertandingan, Manajer West Ham David Moyes dan para pemainnya mengkritik keputusan itu. “Itu adalah salah satu keputusan VAR terburuk yang pernah dibuat sejak (teknologi) itu diperkenalkan. Kacau. Tidak mengerti mengapa mereka bisa sampai pada keputusan itu,” tulis kapten tim, Declan Rice, di akun Twitter miliknya.
Rasa geram skuad West Ham mungkin subjektif karena mereka gagal mencuri poin dari markas lawan. Namun, bukan hanya mereka yang merasakan keanehan itu. Mantan pemain Liga Inggris seperti Michael Owen dan Alan Shearer turut mengkritik keputusan VAR.
Kata Owen, Bowen tidak bisa menghindari sepenuhnya sergapan sang kiper. Bowen tidak sengaja menabrak Mendy. “Keputusan itu sangat mengejutkan. Kiper menjatuhkan badan ke kakinya, lalu apa yang harus dia lakukan,” jelasnya.
Komedi dari keputusan VAR juga terjadi di laga Newcastle United lawan Crystal Palace yang berakhir imbang tanpa gol. Tampil di kandang St James Park, Newcastle sempat unggul lebih dulu pada awal babak kedua lewat gol bunuh diri Tyrick Mitchell. Namun, gol itu dianulir wasit VAR.
Gelandang Newcastle Joe Willock tertangkap kamera bertabrakan dengan kiper Vincent Guaita terlebih dulu, sebelum bola masuk akibat sentuhan Mitchell. Padahal, Willock kehilangan kontrol akibat didorong oleh Mitchell. Dia tidak sengaja menabrak sang kiper.
Shearer, mantan penyerang Newcastle, sampai berkata keputusan itu menyedihkan. Jika gol dianulir akibat pelanggaran, seharusnya Mitchell yang terkena hukuman karena mendorong Willock. “Saya percaya itu seharusnya menjadi gol. Saya didorong. Sangat mengecewakan,” kata Willock.
Wasit VAR justru tidak bekerja pada saat yang dibutuhkan. Di laga Derbi Merseyside, Everton lawan Liverpool, terdapat satu insiden yang bisa mengubah laga. Ketika itu, bek Liverpool Virgil van Dijk menekel keras Amadou Onana.
Onana sampai mendapat perawatan beberapa menit karena kesakitan setelah tekel itu. Akan tetapi, tekel yang mengincar kaki lawan, bukan bola, itu hanya mendapatkan kartu kuning dari wasit. Wasit VAR tidak melihat ulang apakah tekel itu berpotensi mendapat kartu merah atau tidak. Padahal, bola sudah sangat jauh lepas dari kaki Onana saat Virgil menapak di tulang kering lawan.
Kasus berbeda terjadi dalam laga imbang Aston Villa lawan Manchester City 1-1 di Villa Park, Birmingham. Villa nyaris saja menang jika gol tendangan jarak jauh Philippe Coutinho tidak dibatalkan wasit utama Simon Hooper.
Namun, gol itu dianulir akibat asisten wasit terlebih dulu mengangkat bendera tanda offside. Coutinho, dalam tayangan ulang, tampak berada dalam posisi sejajar dengan pertahanan City. Sayangnya, wasit sudah meniup peluit saat Coutinho berancang-ancang untuk menendang.
Dengan keberadaan VAR, seharusnya asisten wasit membiarkan serangan berakhir terlebih dulu. Dia bisa mengangkat bendera setelah itu, diikuti dengan revisi dari VAR. “Beri tahu saya apa yang terjadi. Apa yang salah dari gol itu? Kami seharusnya bisa unggul. Saya melihat gol itu sah,” ucap Manajer Villa Steven Gerrard kepada Sky Sports.
Keluhan terhadap keputusan VAR sudah banyak dikemukan sejak lama. Keputusan yang inkonsisten juga sering menjadi pembahasan pada awal musim Liga Inggris. Namun, banyaknya “komedi” yang terjadi dalam sehari itu seharusnya menjadi teguran serius untuk perwasitan liga terbaik di dunia tersebut. (AP/REUTERS)