Bagaikan prajurit, Serena Williams adalah sosok tak kenal takut, termasuk dalam memperlihatkan identitasnya sebagai ras kulit hitam. Salah satu bentuk pernyataannya adalah dalam memilih gaya berpakaian untuk bertanding.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
AFP/AELTC/JED LEICESTER
Dokumentasi Juni 2021 ini memperlihatkan petenis Amerika Serikat, Serena Williams, tiba di lapangan engan busana khususnya jelang menghadapi Aliaksandra Sasnovich (Belarus) pada babak pertama tunggal putri Wimbledon 2021 di All England Tennis Club, Wimbledon, London, Inggris. Serena dikenal menyukai mode dan akan terjun ke dunia itu setelah pensiun.
Serena Williams memasuki Stadion Arthur Ashe, Flushing Meadows, New York, Senin (29/8/2022) malam, dengan busana bagai sang ratu. Mengenakan pakaian dan aksesori serba hitam dengan bling-bling kristal dari atas hingga ke bawah tubuh menjadi salah satu bentuk pernyataan kepercayaan dirinya sebagai orang kulit hitam.
Sebagai lambang dari ”ratu” yang merupakan julukannya, Serena mengenakan tambahan kain yang menjuntai dari pinggang hingga menyapu lapangan di belakang rok. Kain ini dilepasnya saat akan bertanding hingga memperlihatkan rok model tutu enam lapis, hal yang melambangkan enam gelar juara dari Grand Slam Amerika Serikat Terbuka.
Bagian atas pakaiannya dilengkapi rompi dengan taburan kristal berkilauan. Kristal ini tak hanya ditempelkan di baju, tetapi pada ikat kepala, rambut, hingga kukunya. Sepasang sepatu hitamnya bahkan ditempeli 400 butir berlian dari perusahaan perhiasan miliknya, Serena Jewellery.
Serena, yang tampil pada turnamen penutup dalam 27 tahun kariernya sebagai petenis profesional, menunjukkan dirinya sebagai ”ratu” di Flushing Meadows tahun ini. Dia mengakhiri kariernya sebagai salah satu legenda tenis dengan 23 gelar juara Grand Slam, patokan prestasi petenis pada era Terbuka. Dengan jumlah itu, Serena menjadi petenis nomor dua dengan gelar Grand Slam terbanyak di bawah Margaret Court yang mengoleksi 24 gelar.
AFP/TIMOTHY A. CLARY
Petenis Amerika Serikat, Serena Williams, mengungkapkan emosinya dalam wawancara seusai dikalahkan Ajla Tomljanovic (Australia) pada babak ketiga Grand Slam AS Terbuka 2022 di USTA Billie Jean King National Tennis Center, New York, AS, Sabtu (3/9/2022) waktu Indonesia. Kekalahan itu menandai akhir kariernya di tenis.
Tak hanya kali ini Serena dengan percaya diri memasuki lapangan dengan gaya mode berbeda dari petenis lain. Pada setiap panggung besar, terutama Grand Slam, pilihan gayanya selalu dinanti penggemarnya.
Bukan tanpa alasan Serena memilih gaya mencolok. Dia ingin menunjukkan identitasnya yang lahir dari ras kulit hitam. Hal itu dimulai saat anak bungsu dari lima bersaudara ini menginjakkan kaki di arena tenis profesional pada 1995. Seperti Venus Williams, kakaknya yang bersaing di arena profesional pada 1994, Serena tampil dengan gaya rambut cornrow (dikepang kecil-kecil).
Manik-manik dipasang untuk memenuhi setiap kepangan. Perlu berjam-jam bagi ibu mereka, Oracene, untuk menata rambut dengan gaya seperti itu. Serena pun memilihkan gaya rambut yang sama untuk putrinya, Olympia, saat turut hadir di tribune penonton tim pada hari pertama AS Terbuka 2022, 29 Agustus.
Saya merasa seperti prajurit, prajurit perempuan dari Wakanda. Saya selalu ingin menjadi pahlawan super. (Serena Williams)
Venus bahkan pernah dikenai penalti poin dari wasit saat tampil pada perempat final Australia Terbuka 1999, yaitu saat menghadapi Lindsay Davenport, karena urusan rambut. Saat itu, manik-maniknya terlepas. Namun, Venus bersikeras membela diri bahwa manik-manik itu tak mengganggu pertandingan.
AFP/COREY SIPKIN
Petenis Amerika Serikat, Serena Williams, melambaikan tangannya kepada para penggemarnya seusai dikalahkan Ajla Tomljanovic (Australia) pada babak ketiga Grand Slam AS Terbuka 2022 di USTA Billie Jean King National Tennis Center, New York, AS, Sabtu (3/9/2022) waktu Indonesia. Kekalahan itu menandai akhir kariernya di tenis.
Maka, jika pada era 1990-an ada perempuan memakai manik-manik pada kepangan rambut di tempat kerja, sekolah, atau saat tampil dalam pertandingan, itu karena mereka meniru apa yang dilakukan Serena dan Venus.
Setelah memenangi medali emas ganda putri Olimpiade London 2012, adik-kakak yang berbeda usia setahun itu merayakannya dengan bergaya crisp walking. Gaya itu adalah gaya menari hiphop dengan gerakan kaki yang cepat. Gaya ini lahir pada era 1970-an di Compton, California, tempat Venus dan Serena dibesarkan.
Tubuh besar
Ketika banyak orang berkomentar rasis atau menertawakan tubuh Serena yang ”maskulin”, dengan otot lengan dan paha yang besar, dia justru sangat percaya diri menunjukannya. Serena sering menunjukkan itu dalam pertandingan atau saat sesi pemotretan untuk media-media mode dan gaya hidup.
Di lapangan tenis, dia tak sungkan memilih warna atau gaya mencolok. Pada AS Terbuka 2002, dia mengenakan lycra catsuit yang menjadi bahan pembahasan sejak konferensi pers menjelang turnamen.
AFP/ANGELA WEISS
Dokumentasi 2019 ini memperlihatkan petenis Amerika Serikat, Serena Williams, berpose dengan busana terbarunya saat tiba di acara Met Gala di Metropolitan Museum of Art di New York, Amerika Serikat.
Ketika salah satu wartawan memberi pertanyaan sarkasme, ”Apakah itu akan dilengkapi masker, snorkel, atau sirip?”, Serena menjawab, ”Ini terbuat dari lycra yang bisa membuat terlihat seperti kulit dari kejauhan. Karena dibuat dari lycra, potongannya benar-benar mengikuti bentuk tubuh. Jika Anda tak punya bentuk tubuh yang bagus, ini bukan baju terbaik untuk Anda.”
Saat mengikuti Perancis Terbuka 2018, Serena memilih pakaian dengan potongan catsuit. Penampilannya dalam Grand Slam lapangan tanah liat Roland Garros itu hanya berselang delapan bulan setelah melahirkan Olympia.
Serena mengenakan catsuit hitam lengan pendek dan panjang di bagian kaki. Sebagai pemanis, terdapat garis merah di pinggang yang membuatnya terlihat seperti ikat pinggang. Model ini dinilai kontroversial sehingga panitia penyelenggara melarangnya untuk dikenakan pada Perancis Terbuka tahun berikutnya.
”Saya merasa seperti prajurit, prajurit perempuan dari Wakanda. Saya selalu ingin menjadi pahlawan super,” katanya merujuk pada film Black Panther ketika ditanya tentang model pakaian tersebut.
Namun, ada alasan lain di balik pakaian yang membuatnya terlihat seperti pejuang itu. Serena bercerita bahwa desain baju dengan kompresi itu dibuat dengan alasan faktor kesehatan setelah melahirkan. Serena berada di antara hidup dan mati saat melahirkan karena pembekuan darah pada paru-parunya. Pembekuan yang sama dialami pada Februari 2011.
Serena mengenakan desain catsuit lagi ketika tampil di Australia Terbuka 2021, kali ini dengan tambahan merah dan merah muda untuk warna hitam. Satu hal yang unik dari gayanya kali ini adalah potongan pendek pada kaki kiri dan panjang di kaki kanan. Desain ini terinspirasi dari atlet atletik idolanya, Florence Griffith Joyner, yang terkenal dengan nama Flojo.
Ketika banyak orang berkomentar rasis atau menertawakan tubuh Serena yang ”maskulin”, dengan otot lengan dan paha yang besar, dia justru sangat percaya diri menunjukannya.
Pada AS Terbuka 2004, pilihannya bahkan cukup ekstrem. Dia mengenakan rok dari jins dan sepatu model but setinggi lutut. Atasannya adalah kaus tanpa lengan yang memperlihatkan perutnya. Saat itu, dia menyebut mode yang dibawanya ke lapangan tenis tersebut sebagai gaya pemberontak. ”Saya memang pemberontak,” katanya.
Serena memang tak ingin menutupi identitas sebagai orang kulit hitam yang biasanya memiliki tubuh dengan lekukan. Lengan berotot besar, yang menurut dia diturunkan dari ibunya, juga sering diperlihatkannya. ”Dia sering memperlihatkan lekukan tubuhnya. Itu adalah hal yang positif. Serena percaya diri dalam memperlihatkan apa yang terbaik dari dirinya,” komentar petenis Rusia, Elena Vesnina.
AFP/STEFANO RELLANDINI
Dokumentasi Maret 2022 ini memperlihatkan petenis Amerika Serikat, Serena Williams, menyapa penggemarnya di sela-sela Paris Womenswear Fashion Week di Paris.
Dalam tulisan di laman Times, 29 Agustus, Serena bercerita bahwa dia ingin menggugah rasa percaya diri sesama ras kulit hitam akan tubuh mereka. ”Banyak yang merasa tidak cantik atau tak terawat karena kulit mereka gelap. Jangan biarkan orang lain menentukan kecantikanmu. Anda harus bangga dengan kulit gelapmu,” katanya.
”Ketika banyak orang malu dan berusaha menghilangkan ’kekurangannya’, banyak orang juga rela membayar mahal untuk memiliki lekukan tubuh,” lanjut perempuan yang akan berusia 41 tahun pada 26 September itu.
Bagai seorang prajurit, Serena memang tak kenal takut, termasuk dalam berpenampilan. Orangtua telah mendidik Serena dan keempat kakaknya menjadi individu yang percaya diri pada budaya mereka meskipun terlihat berbeda di mata orang lain.
”Dunia tenis tak terbiasa melihat gadis kulit hitam menunjukkan budaya Afro-Amerika mereka. Namun, Serena dan Venus berani melakukannya,” kata Tera Hunter, profesor bidang Afrika-Amerika dari Universitas Princeton.