Jangan Terlalu Berharap kepada Casemiro
Gelandang Casemiro menjadi harapan baru Manchester United keluar dari nestapa. Namun, ada sejumlah hal yang perlu dipertimbangkan Erik Ten Hag demi memaksimalkan kualitas pemain asal Brasil itu.
Jagat maya bergemuruh setelah Jumat (19/8/2022) malam WIB, Manchester United mengumumkan kesepakatan dengan Real Madrid untuk mendatangkan gelandang bertahan, Casemiro. Nama pemain asal Brasil itu menjadi trending topic di Twitter. Foto-fotonya berseragam “Setan Merah” hasil editan warganet membanjiri Instagram.
“Manchester United dengan senang mengumumkan telah mencapai kesepakatan dengan Real Madrid untuk transfer Casemiro. Tahapan transfer itu selanjutnya adalah membahas kesepakatan personal, kebutuhan visa Britania Raya, dan tes medis,” bunyi laman resmi MU, Sabtu (20/8/2022).
Mahar akumulasi sebesar 70 juta pounds atau sekitar Rp 1,23 triliun menjadi dasar persetujuan Real melepas salah satu pemain andalannya itu hijrah ke Inggris. Lalu, pemain berusia 30 tahun itu juga sepakat dengan bayaran 350.000 pounds (Rp 6,15 miliar) per pekan untuk bermukim di Stadion Old Trafford hingga Juli 2026. Nilai gaji itu membuat sang gelandang asal Brasil menjadi pemain dengan gaji tertinggi ketiga di MU setelah Cristiano Ronaldo dan David De Gea.
Baca juga : Manchester United Terjerembap ke Jurang “Neraka”
Di skuad MU musim ini hanya tiga pemain yang mendapat bayaran minimal 350.000 pounds per pekan. Mereka adalah Cristiano Ronaldo dengan 515.000 pounds (Rp 9,06 miliar), De Gea yang menerima 375.000 pounds (Rp 6,59 miliar), dan Jadon Sancho yang lebih dulu dibayar 350.000 pounds.
Untuk Liga Inggris edisi 2022-2023, Casemiro adalah pemain ketujuh yang menyentuh gaji dengan jumlah tersebut. Selain tiga pemain MU itu, ada tiga pemain lain yang menerima bayaran tertinggi di kompetisi terbaik di dunia itu. Mereka adalah bintang Liverpool, Mohammed Salah, serta dua pemain pirang Manchester City, Kevin De Bruyne dan Erling Haaland.
Gaji tertinggi
Tak ayal, Casemiro menjadi gelandang bertahan dengan gaji terbesar di Inggris. Ia mendapat bayaran jauh lebih besar dibanding dua anchor terbaik di Liga Inggris dalam tiga musim terakhir, yaitu Rodri (Manchester City) dan Fabinho (Liverpool). Rodri menerima 220.000 pounds (Rp 3,87 miliar) per pekan, sedangkan Fabinho, kolega Casemiro di tim nasional Brasil, hanya dibayar 180.000 pounds (Rp 3,16 miliar) per pekan.
Dengan bayaran super-besar itu, apakah Casemiro akan bertransformasi sebagai sosok yang mengeluarkan MU dari nasib buruk di awal musim ini?
Di luar soal taktik, Casemiro juga dibutuhkan untuk membantu Ten Hag memegang ruang ganti MU.
Pemain kelahiran Sao Paulo, Brasil, itu adalah tipe gelandang yang tidak dimiliki MU di musim ini. Casemiro adalah gelandang bertahan yang memiliki fisik yang kokoh, tak segan melakukan duel fisik dengan pemain lawan, serta pintar membaca situasi di pertandingan.
Dengan keunggulannya itu, tak heran jika Manajer MU Erik Ten Hag sangat berhasrat mendatangkannya. Bahkan, MU hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk merampungkan proses transfer pemain yang telah lima kali meraih trofi Liga Champions itu.
Pada dua laga awal musim ini, MU kerepotan menghadapi Brighton & Hove Albion dan Brentford yang memiliki gelandang-gelandang atletis dan bersedia tampil “kotor” untuk menghadang pemain-pemain Setan Merah dengan tekel dan benturan tubuh (body charge). Fred dan Scott McTominay bukan pemain yang bisa bertarung fisik di lapangan tengah.
Menghadapi Brighton di pekan pertama, misalnya, Fred dan McTominay sama sekali tidak melakukan tekel. Catatan mereka membaik saat tampil di laga kedua kontra Brentford. Masing-masing dari mereka mencatatkan satu tekel.
Baca juga : Setan Merah Dibayangi Pembelian Panik
Jumlah itu amat jauh dibandingkan tekel yang dicatatkan Casemiro pada laga resmi terakhirnya bersama Real sebagai pemain inti. Pada laga melawan Eintracht Frankfurt di Piala Super Eropa, 10 Agustus lalu, Casemiro mencatatkan sembilan tekel.
Kegagalan memenangkan duel fisik di lini tengah membuat pertahanan MU, yang diisi duet Lisandro Martinez dan Harry Maguire, menjadi terbuka. Selain itu, Martinez yang tidak cukup tinggi dan atletis untuk kebanyakan bek tengah di Liga Inggris juga memerlukan “pelindung” dari pemain di lini tengah.
Tugas itu tidak bisa dijalankan oleh Fred dan McTominay, tetapi Casemiro bisa menghadirkan filter bagi serangan lawan sebelum berhadapan langsung dengan dua bek tengah. Catatan statistik Casemiro di “Los Blancos” pada musim lalu menunjukkan ia unggul segalanya dari Fred dan McTominay dalam urusan membantu pertahanan.
Casemiro mencatatkan rerata 1,7 kemenangan tekel dan 8 kemenangan duel di setiap pertandingan. Adapun Fred hanya mencatatkan 1,2 kemenangan tekel dan 5,6 kemenangan duel, sedangkan McTominay rata-rata 1,1 kali memenangkan tekel dan 7,3 kali memenangkan duel per laga.
Baca juga : Lisandro Martinez, ”Achilles Heel” di Tubuh MU
Peran pelindung itu diakui oleh Luka Modric, rekan Casemiro di Real. Dalam trio “Segitiga Bermuda” yang dibentuk bersama Toni Kroos, Casemiro membuat Modric dan Kroos nyaman sehingga lebih leluasa mengontrol permainan. Hal itu memungkinkan karena Casemiro bisa tampil apik melindungi wilayah pertahanan dari lini tengah.
“Kamu akan selalu menjadi bodyguard terbaik di dunia,” tulis Modric dalam surat perpisahannya untuk Casemiro dilansir Marca.
Perlu penyesuaian
Namun, Casemiro perlu cepat menyesuaikan diri dengan permainan high pressing yang diinginkan Ten Hag di MU. Pasalnya, selama ini, Casemiro bermain di klub yang relatif bermain lebih pragmatis dan menunggu serangan lawan.
Ia pun lebih banyak bergerak di sepertiga akhir zona pertahanan sendiri untuk menjadi perusak serangan lawan sekaligus menghubungkan serangan timnya. Casemiro bukan tipe gelandang, seperti Rodri dan Fabinho, yang lebih banyak berada wilayah lingkaran tengah lapangan untuk membantu high pressing.
Jika Ten Hag tetap ngotot memaksa permainan dengan zona pertahanan tinggi, kecepatan yang tidak terlalu baik dimiliki Casemiro akan menghadirkan lubang dalam proses transisi bertahan MU. Pemain lawan yang memiliki kecepatan akan dengan mudah memanfaatkan celah di lini tengah Setan Merah yang ditinggalkan Casemiro.
Petaka itu berpeluang terjadi jika Casemiro tampil menjadi trio gelandang bersama Bruno Fernandes dan Christian Eriksen. Kedua gelandang pengatur serangan itu tidak ada yang memiliki kemampuan bertahan dan mengantisipasi serangan lawan seperti Kroos, yang bisa saling mengisi dalam situasi bertahan dengan Casemiro.
Adapun apabila MU menduetkan Casemiro dengan Fred atau McTominay, Ten Hag akan kekurangan pemain yang bisa menghadirkan umpan-umpan kunci dan pengatur tempo permainan.
Ada dua cara yang bisa dipikirkan Ten Hag untuk memanfaatkan peran Casemiro. Pertama, memaksa Casemiro memainkan high pressing. Maka, Ten Hag harus menugaskan satu pemain untuk menutup posisi yang ditinggalkan Casemiro ketika ia tampil menekan di zona pertahanan lawan.
Kamu (Casemiro) akan selalu menjadi bodyguard terbaik di dunia. (Luka Modric)
Strategi itu bisa mencontoh City yang memanfaatkan Joao Cancelo sebagai gelandang tambahan. Sayangnya, MU tidak memiliki bek sayap yang punya keluwesan posisi dan peran seperti Cancelo.
Kedua, Casemiro tidak perlu mengubah gaya permainannya. Alias ia tetap menjaga kedalaman di lini tengah untuk mengantisipasi serangan balik lawan.
Dengan taktik itu, MU berpeluang tampil dengan tiga bek dalam situasi menyerang. Casemiro bisa mengisi posisi bek tengah yang diapit dua bek tengah utama MU.
Kepemimpinan ruang ganti
Di luar soal taktik, Casemiro juga dibutuhkan untuk membantu Ten Hag memegang ruang ganti MU. Bersama Ronaldo dan Raphael Varane, Casemiro akan menjadi pemain senior yang sama-sama pernah berjibaku dan menjadi "raja" Eropa bersama Real.
Mentalitas pemenang dan jiwa kepemimpinan mereka dibutuhkan Ten Hag untuk membangkitkan psikologis pemain MU yang berada di titik nadir sejak musim lalu. Hanya saja, Ten Hag perlu memotivasi pemain lainnya untuk memberikan performa jauh lebih maksimal pada latihan dan pertandingan.
Baca juga : Lubang-lubang Penghalang Setan Merah
Pasalnya, trio eks Real Madrid itu dikenal pemain yang tidak pernah main-main bahkan dalam sesi latihan. Bukan lagi rahasia bahwa Ronaldo adalah pemain yang “gila” latihan dan menjaga kebugaran tubuhnya. Hal itu juga berlaku bagi Casemiro.
“Bersamamu, Case, mustahil untuk beristirahat sejenak dalam segala situasi. Kamu tidak akan pernah membiarkan kami bersantai di tempat pemandian. Berada di sana akan membuatmu menghadirkan penderitaan karena kamu akan menyuruh kami memulai latihan sepeda dan angkat beban,” tulis Kroos yang juga menulis surat perpisahan untuk Casemiro.
Meski antusiasme besar tengah memayungi publik Old Traffrod dan pendukung MU di seluruh dunia, Casemiro nyatanya bukan sosok yang bisa mengangkat performa tim seorang diri. Perbaikan performa dan etos kerja juga perlu ditunjukkan pemain MU lainnya yang tampil mengecewakan di awal musim ini.
Jadi, jangan terlalu berharap kepada Casemiro, wahai Setan Merah! (AFP)