Bek Lisandro Martinez punya jalan nasib seperti tokoh pejuang mitologi Yunani, Achilles. Dia berbakat besar, tetapi punya kelemahan yang bisa mengakibatkan petaka.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Bek baru Manchester United, Lisandro Martinez (24), tidak mampu berbuat banyak dalam kekalahan memalukan timnya di dua laga pembuka musim ini. Bukannya membantu pertahanan ”Setan Merah”, dia justru menjadi salah satu titik lemah yang diincar oleh lawan.
Martinez didatangkan dari Ajax Amsterdam seharga 57 juta euro (Rp 860 miliar). Sebagai bek termahal kedua yang pernah dibeli MU, setelah Harry Maguire, harapan tinggi melekat kepadanya. Apalagi, dia sudah mengerti apa yang diinginkan oleh manajer Erik ten Hag, seperti saat bekerja sama di Ajax.
Kenyataannya tidak seindah harapan. Martinez dipercaya menjadi starter dua kali di laga awal musim, menggantikan bek kawakan Raphael Varane. Dia berduet dengan Maguire dalam formasi 4 bek sejajar. Namun, hasilnya, MU kalah beruntun dan kemasukan 6 gol dalam laga tersebut.
Terakhir, ketika MU kalah 0-4 dari Brentford di Gtech Community Stadium pada Minggu (14/8/2022), Martinez hanya bermain 45 menit. Dia diganti setelah turun minum akibat komedi di pertahanan ”Setan Merah” yang mengakibatkan kemasukan empat gol.
Kekalahan itu adalah hasil kolektif penampilan buruk skuad MU, terutama kiper David De Gea yang membuat blunder pada dua gol awal. Tidak bisa menyalahkan Martinez seorang diri. Akan tetapi, sebelum laga, bek asal Argentina itu ternyata sudah diperkirakan menjadi titik lemah di pertahanan MU.
Manajer Brentford Thomas Frank sudah berencana untuk memanfaatkan kelemahan Martinez dengan tubuh kecilnya. Menurut dia, bek terpendek di Liga Inggris dengan tinggi 1,75 meter itu tidak akan bisa mengimbangi intensitas fisik para pemainnya. Brentford punya dua penyerang atletis, Ivan Toney dan Bryan Mbeumo.
Setiap tim akan mengekspos kelemahan itu dari minggu ke minggu, seperti yang dilakukan Brentford dan Brighton. Dia tidak cukup tinggi untuk berada di posisi itu.
”Kami tahu punya peluang untuk memenangi bola (jika berduel dengan Martinez). Kami belajar dari Brighton yang bermain bagus melawan mereka. Biasanya Brighton membangun serangan dari bawah, tetapi mereka bermain dengan bola panjang dalam laga itu. Kami akhirnya mendapatkan senjata itu, lalu kami gunakan,” ujar Frank kepada Sky Sports.
Seperti diketahui, Liga Inggris merupakan kompetisi paling ”keras” di dunia. Liga ini butuh tubuh atletis dan prima untuk memenangi pertarungan. Tidak seperti kompetisi lain yang mungkin lebih mengandalkan pendekatan taktik dan kelebihan teknik, seperti misalnya Liga Belanda.
Martinez belum pernah menghadapi intensitas fisik seperti itu di Ajax. Masalahnya, dia bermain di posisi bek tengah yang paling butuh keunggulan fisik. Terlebih lagi, MU tidak punya gelandang jangkar berkualitas untuk membantu bertarung dari sisi fisik.
Ten Hag menurunkan Fred dan Christian Eriksen sebagai gelandang saat melawan Brentford. Duet gelandang bertubuh kecil itu tidak cukup membendung serangan lawan. Martinez pun mendapat beban dua kali lebih berat untuk menghadapi gempuran Brentford.
Tidak pelak, Martinez pun telah menjadi achilles heel atau titik lemah terbaru MU. Keraguan banyak pihak terhadapnya mulai terbukti meskipun mungkin masih ada faktor adaptasi yang berpengaruh terhadap performa sang pemain.
”Jika Anda mendatangkan bek tengah setinggi 1,75 meter, dia tidak akan bisa bersaing di liga ini (Inggris). Setiap tim akan mengekspos kelemahan itu dari minggu ke minggu, seperti yang dilakukan Brentford dan Brighton. Dia tidak cukup tinggi untuk berada di posisi itu,” kata Jamie Redknapp, mantan gelandang yang bermain di Liga Inggris selama 15 tahun.
”Achilles heel”
Beruntung, Martinez punya kemampuan untuk bermain di beberapa posisi sekaligus, seperti bek sayap dan gelandang jangkar. Salah satu kelebihannya adalah umpan progresif dari lini belakang. Senjata itu bisa lebih berguna di posisi lain, tidak mesti jadi bek tengah.
Ten Hag pasti lebih mengerti kelebihan sang pemain. Di Ajax, dia juga beberapa kali memainkan Martinez di posisi bek sayap kiri dan gelandang bertahan. Insting bertahan Martinez tetap bisa dimanfaatkan dalam posisi tersebut.
Gary Neville, mantan bek MU, menilai, Martinez juga mungkin cocok bermain di posisi kiri dalam formasi tiga bek tengah. Hanya saja, kemungkinan itu bisa terhalang oleh Ten Hag yang lebih menyukai formasi 4-3-3.
Kata Neville, dia juga memulai karier sebagai seorang bek tengah. Namun, tinggi badan yang tidak sampai 1,8 meter menghalangi potensinya. Dia pun harus berpaling menjadi bek sayap kanan. Neville sukses di MU dengan posisi baru tersebut.
”Kisah dia seperti mengembalikan saya ke masa lalu. Saya mungkin bermain sekitar 50 laga dari 150 laga pertama sebagai bek tengah. Namun, kemudian saya harus bergeser dari posisi itu karena tidak mampu berduel dengan striker tinggi dan besar. Sejujurnya, akan sangat sulit (untuk bek tengah) berhasil di liga ini dengan kondisi fisik seperti itu, sehebat apa pun Anda,” ujar Neville.
Seperti kisah mitologi Yunani, Achilles merupakan seorang pejuang yang tidak terkalahkan. Namun, dia punya kelemahan terbesar di tumitnya. Kelemahan itu bisa membuatnya terbunuh. Pada akhirnya, Achilles bisa menjadi salah satu pejuang Yunani paling berpengaruh karena bisa menyembunyikan kelemahan dan memanfaatkan keunggulan yang ada. (AP/REUTERS)