Ajang Mandiri Jogja Marathon 2022 menjadi pijakan mimpi sejumlah pelari di Tanah Air untuk meloncat ke ajang maraton dunia. Optimisme itu dibangun karena lomba lari tersebut kini telah mengantongi sertifikat dari AIMS.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Ajang Mandiri Jogja Marathon 2022 pada Minggu (14/8/2022) di kompleks Candi Prambanan, Sleman, Yogyakarta, menghadirkan hal baru yang menjadi motivasi ekstra sejumlah pelari, khususnya pada kategori maraton. Mereka ingin menjadikan lomba tersebut sebagai masa persiapan dan mengumpulkan bekal untuk mengejar impian tampil di agenda maraton bertaraf internasional di luar negeri.
Setelah absen pada 2020 dan 2021 akibat pandemi Covid-19, Mandiri Jogja Marathon edisi keempat pada tahun ini telah memasuki era baru. Untuk kali pertama, salah satu lomba lari bergengsi di Indonesia itu telah meraih sertifikasi dari Asosiasi Lari Jarak Jauh dan Maraton Internasional (AIMS).
Dengan demikian, lintasan dan jarak lomba lari Mandiri Jogja Marathon 2022 telah sesuai standar internasional, terutama half marathon dan maraton. AIMS telah memastikan Mandiri Jogja Marathon berjarak 42,195 km untuk maraton dan 21,097 pada half marathon.
Durasi waktu yang dicatatkan para pelari pun diakui oleh Federasi Atletik Dunia atau World Athletics. Oleh karena itu, berpartisipasi di Mandiri Jogja Marathon 2022 menjadi modal awal pelari yang memiliki ambisi untuk mengecap pengalaman berlari di agenda maraton prestisius di dunia, di antaranya Maraton Boston (Amerika Serikat, Maraton Tokyo (Jepang), dan Maraton Berlin (Jerman).
Westi Indah, juara kategori maraton putri, mengaku sangat termotivasi untuk mencatatkan waktu terbaiknya ketika mengetahui Mandiri Jogja Marathon telah diakui AIMS. Pelari asal Bandung, Jawa Barat, itu rutin mengikuti beberapa lomba lari di Tanah Air, baik kategori half marathon ataupun maraton.
”Sertifikasi dari AIMS membuat kami yakin bahwa jarak yang kami tempuh telah sesuai standar di event internasional. Saya jadikan lomba kali ini sebagai salah satu persiapan melatih diri sebelum berencana tampil di luar negeri. Saya ingin tampil di Boston," ujar Westi.
Ia menyelesaikan lomba dengan waktu 3 jam, 35 menit, dan 4 detik. Catatan waktu itu lebih baik dari durasi tempuhnya ketika merampungkan Jakarta Marathon 2019 dengan 3 jam, 47 menit, dan 20 detik.
Ambisi ke Boston
Namun, ia masih perlu memperbaiki catatan waktunya jika ingin tampil di Maraton Boston 2023 pada April tahun depan. Panitia lomba lari terkemuka itu memberikan persyaratan waktu minimal 3 jam, 30 menit, dan 0 detik, bagi peserta putri yang berusia 18-34 tahun.
La Ode Safrudin, pelari lainnya yang mampu finis, merasakan pengalaman berharga pada debutnya di lomba kategori maraton. Safrudin sebelumnya telah rutin mengikuti lomba lari nasional, tetapi hanya turun di kategori 5K dan 10K.
Kami cukup puas dengan animo peserta di tahun ini yang menunjukkan olahraga lari bukan sekadar hobi, tetapi telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia. (Darmawan Junaidi)
Ia mencoba tampil di kategori maraton pada Mandiri Jogja Marathon karena berambisi tampil di ajang maraton internasional. Meski masih banyak aspek yang perlu dibenahinya, Safrudin telah memahami hal-hal yang dibutuhkannya untuk bisa memperbaiki catatan waktu di lomba-lomba tingkat nasional berikutnya.
"Saya telah mempersiapkan diri selama satu bulan untuk Mandiri Jogja Marathon, tetapi ternyata medannya cukup berat. Ini pengalaman yang berharga dan akan menjadi awal bagi saya untuk mengejar cita-cita berlomba di luar negeri,” kata Safrudin yang berasal dari Maros, Sulawesi Selatan.
Ricky Andriano, Vice President Corporate Communication Bank Mandiri berkata, sertifikasi AIMS tidak hanya untuk kategori half maraton dan maraton, melainkan juga 10K. Setelah empat edisi penyelenggaraan, Mandiri Jogja Marathon akhirnya mendapat pengakuan internasional yang meningkatkan gengsi lomba itu.
”Kami memahami pentingnya (sertifikasi) AIMS ini untuk menjadi bekal pelari tampil di ajang maraton internasional. Ini pertama kali catatan waktu pelari tercatat di World Athletics. Kami berharap itu bisa menjadi daya tarik dan meningkatkan persaingan pelari di Mandiri Jogja Marathon selanjutnya,” tutur Ricky.
Pelari asing dibatasi
Pada edisi keempat sekaligus perdana pada masa pandemi Covid-19, Mandiri Jogja Marathon membatasi keikutsertaan pelari asing. Panitia tidak membuka pendaftaran untuk pelari asal Afrika yang selama ini rutin tampil pada edisi 2017 hingga 2019.
Dari sekitar 6.000 peserta yang tampil, pelari asing memang masih ada. Tetapi, mereka merupakan warga negara asing yang telah menetap di Indonesia atau telah memiliki kartu izin tinggal terbatas (KITAS).
Kebijakan itu demi meredam adanya potensi penyebaran Covid-19. Jika kondisi pandemi telah jauh membaik pada tahun depan, ungkap Ricky, lomba itu akan kembali terbuka bagi pelari asing dari seluruh dunia.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi, salah satu pihak yang mengibarkan bendera di titik start, berharap kembali digelarnya Mandiri Jogja Marathon bisa menggeliatkan wisata olahraga di DIY. ”Ajang ini semoga bisa membantu mempromosikan kekayaan budaya Yogyakarta, baik nasional maupun internasional. Kami cukup puas dengan animo peserta di tahun ini yang menunjukkan olahraga lari bukan sekadar hobi, tetapi telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Selain Darmawan, pihak yang turut mengibarkan bendera saat start adalah Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X, Komisaris Utama Bank Mandiri Chatib Basri, dan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo.