Persaingan tunggal putra dalam Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2022 akan menjadi persaingan "Viktor Axelsen melawan yang lain". Dominasi Axelsen sejak 2021 akan menjadi sorotan pada ajang bulu tangkis bergengsi itu.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Viktor Axelsen mematahkan dominasi pemain Asia ketika menjadi juara dunia bulu tangkis pada 2017. Lima tahun berselang, performanya lebih baik dengan menguasai gelar juara tunggal putra dari turnamen BWF World Tour. Maka, persaingan pada Kejuaraan Dunia 2022 pun akan menjadi persaingan “Axelsen melawan yang lain”.
Tak ada yang bisa menandingi pebulu tangkis Denmark itu pada dua tahun terakhir. Dari sembilan final turnamen BWF World Tour sejak 2021, hanya sekali dia kalah, yaitu dari Lee Zii Jia (Malaysia) pada final All England 2021. Tahun ini, dia memenangi semua (lima) final.
Kento Momota, yang menguasai turnamen BWF World Tour dengan memenangi sembilan dari 10 final pada 2019, tidak kuasa saat berhadapan dengan Axelsen pada pertemuan terakhir mereka yang terjadi di final Malaysia Masters, 3 Juli. Momota kalah telak 4-21, 7-21 hanya dalam waktu 34 menit. Padahal, sebelum momen tersebut, Momota menjadi pemain yang memiliki keunggulan dalam statistik pertemuan dengan Axelsen, yaitu 14-3.
Rekan senegara Axelsen, yaitu Anders Antonsen, juga, tak kuasa menahan Axelsen dan selalu kalah dalam dua pertemuan terakhir. Pada 2022, Antonsen, bahkan, baru bertanding dalam tiga turnamen karena cedera.
Pemain lain pada peringkat sepuluh besar dunia, seperti Lee, Chou Tien Chen (Taiwan), dan Anthony Sinisuka Ginting juga tak bisa menahan Axelsen. Anthony, pemain yang paling sering bertemu Axelsen pada 2022, yaitu sebanyak empat kali, selalu kalah dalam setiap pertemuan.
Jika bisa memenangi tiga babak, Anthony dan Axelsen akan bertemu dalam perempat final Kejuaraan Dunia. Salah satu ajang dalam Kategori I struktur turnamen BWF itu digelar di Tokyo Metropolitan Gymnasium, Tokyo, Jepang, 22-28 Agustus. Selain Anthony, tunggal putra Indonesia akan diwakili Jonatan Christie, Tommy Sugiarto, dan Chico Aura Dwi Wardoyo.
Dari empat pertemuan pada tahun ini, Anthony menilai, Axelsen mempunyai banyak kelebihan hingga sulit untuk mendapat poin darinya melalui winner, termasuk mengharapkannya membuat kesalahan. “Axelsen yang sekarang memang beda. Selain punya serangan tajam, dia sangat jarang membuat kesalahan. Kualitas perfomanya tinggi dan stabil. Postur tinggi, juga, membuatnya bisa menutup lapangan dengan mudah,” kata Anthony.
Tunggal putra Indonesia peringkat keenam dunia itu mengatakan, banyak syarat yang harus dia penuhi agar bisa membuka peluang mengalahkan peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 itu. “Saya harus siap segalanya sejak awal hingga selesai pertandingan, dalam fisik, strategi, dan mental. Semua faktor itu saling terkait. Melawan Viktor, pasti akan menjadi pertandingan yang melelahkan,” tutur peraih perunggu Tokyo 2020 itu.
Pemain bulu tangkis bertubuh tinggi biasanya dirugikan dengan posturnya itu karena cenderung bergerak lebih lambat. Namun, Axelsen yang memiliki tinggi 1,94 meter bisa menggali kemampuannya dibandingkan terganggu oleh komentar orang lain tentang tubuhnya.
“Dulu, banyak yang mengatakan bahwa saya terlalu tinggi untuk bermain tunggal putra. Namun, saya segera belajar bahwa fokus pada hal-hal yang berada dalam kendali saya, yaitu dengan memperbaiki kelemahan dan tidak melupakan kekuatan akan membawa saya pada perjalanan yang lebih jauh,” ujar Axelsen dalam akun media sosialnya, baru-baru ini.
Mantan pebulu tangkis Inggris yang sering memberi ulasan pada YouTube BWF, Ben Beckman, mengatakan, Axelsen adalah pemain dengan kemampuan yang komplet. “Dia punya ketajaman serangan dan akurasi pukulan. Jangan lupakan juga bahwa Axelsen bertahan sangat tangguh. Dari pertahanan inilah, dia bisa berbalik membuat lawan tertekan,” katanya.
Beckman juga menyebut beberapa pemain yang dinilai bisa mengalahkan Axelsen berdasarkan gaya main mereka. “Lee Zii Jia adalah pemain yang punya peluang besar mengalahkan Axelsen. Dia mempunyai serangan terbaik. Saat ini, hanya Lee yang bisa membuat Axelsen tertekan,” ujar Beckman.
Dulu, banyak yang mengatakan bahwa saya terlalu tinggi untuk bermain tunggal putra. Namun, saya segera belajar bahwa fokus pada hal-hal yang berada dalam kendali saya.
Apa yang dikatakan Beckman itu didukung data persaingan Axelsen dan Lee dalam dua pertemuan terakhir. Lee kalah pada kedua laga, tetapi memberi perlawanan sangat ketat. Dalam semifinal Indonesia Terbuka, Juni, Lee mendapat match point terlebih dulu, 20-16, sebelum akhirnya kalah 21-19, 11-21, 21-23.
Anthony dan juara dunia, Loh Kean Yew, juga, disebut Beckman memiliki kesempatan mengalahkan Axelsen berkat kecepatan dan pukulan-pukulan “ajaib” mereka.
Selain persiapan dalam waktu cukup lama, sekitar sebulan, Anthony membawa bekal kepercayaan diri menuju Tokyo dengan gelar juara Singapura Terbuka, pada 17 Juli. Itu menjadi gelar juara yang pertama diraihnya dalam selang 2,5 tahun setelah Indonesia Masters 2020. Tak heran, Anthony begitu emosional setelah mengalahkan Kodai Naraoka di final dengan membanting raket.
Dia pun melupakan hasil buruk dalam penampilan pada tiga Kejuaraan Dunia. Setelah tersingkir pada babak kedua 2017 dan 2018, dia hanya selangkah lebih maju pada 2019. Motivasinya semakin bertambah karena tak jadi bermain pada Kejuaraan Dunia di Spanyol, Desember 2021. Tim Indonesia mengundurkan diri karena khawatir pada naiknya kasus pandemi Covid-19 di Eropa.
“Saya senang mendapat kesempatan tampil lagi dalam Kejuaraan Dunia. Persiapan pun baik. Saya tidak akan berpikir terlalu jauh dan akan fokus pada setiap laga karena semua pemain memiliki peluang menang yang sama,” kata Anthony.
Bersama Jonatan, Tommy, dan Chico, Anthony akan berupaya membuka peluang menjadi tunggal putra Indonesia yang mendapat gelar juara dunia dalam rentang 17 tahun. Status itu terakhir kali didapat Taufik Hidayat dalam ajang yang digelar di Amerika Serikat pada 2005.