Tiga formasi berbeda telah diterapkan Indonesia di Piala AFF U-16. Lalu, apa pilihan taktik Bima Sakti agar Garuda Muda bisa mengalahkan Vietnam untuk kedua kalinya dan mengangkat trofi juara?
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·6 menit baca
Dalam empat pertandingan yang telah dilalui tim nasional Indonesia U-16 di Piala AFF U-16 2022, skuad ”Garuda Muda” menunjukkan diri sebagai tim yang fleksibel dan adaptif memainkan beberapa formasi. Tidak hanya piawai tampil dengan taktik empat bek, anak asuhan Bima Sakti itu juga mampu bermain apik dengan strategi tiga bek sejajar yang mulai diterapkan timnas senior.
Dua laga terakhir Indonesia, yaitu menghadapi Vietnam di laga terakhir babak penyisihan serta Myanmar pada semifinal, menjadi pembuktian sifat tinkerman atau gemar utak-atik taktik yang dianut Bima. Ketika formasi andalannya, 4-1-4-1, mengalami kebuntuan untuk membongkar pertahanan lawan, mantan kapten timnas Indonesia itu memiliki beragam alternatif formasi yang terbukti berhasil menyulitkan lawan dan membawa Garuda Muda tampil di final.
Pada pertandingan melawan Vietnam, yang menentukan bagi kelolosan Indonesia di fase grup, Bima mengubah formasi menjadi 4-2-3-1 di babak kedua. Ketika itu, Indonesia tertinggal 0-1 melalui eksekusi penalti gelandang dan kapten Vietnam, Nguyen Cong Phuong.
Perubahan taktik itu dengan menambah pemain di posisi gelandang jangkar dari satu menjadi dua orang memberikan keseimbangan bagi lini tengah Indonesia. Dua gelandang bertahan itu berperan efektif untuk meredam pergerakan dua full-back Vietnam yang selalu mengincar kelengahan dua bek sayap Indonesia yang kerap telat menutup ruang setelah membantu serangan.
Dua gelandang bertahan itu diisi oleh Muhammad Sultan Akbar dan Muhammad Kafiatur Rizky. Sultan masuk di awal babak kedua untuk menggantikan Mokhammad Hanif Ramadhan yang mengalami cedera.
Pergantian formasi itu membuat tidak ada tembakan tepat sasaran yang dicatatVietnam pada babak kedua. Secara total, tim berjuluk ”Pasukan Bintang Timur” itu hanya menghasilkan dua tendangan mengarah ke gawang Indonesia yang tercipta di paruh pertama laga.
Duet Sultan dan Kafiatur membuat Narendra Tegar Islami, yang diberi tugas lebih menyerang, bisa menjadi penghubung tiga pemain depan, yaitu Arkhan Kaka Putra, M Riski Afrisal, dan Muhammad Nabil Asyura.
Peran Sultan dan Kafiatur untuk melakukan pressing kepada pemain Vietnam menjadi awal dua gol cepat Garuda Muda dalam 10 menit awal babak kedua. Gol itu dicetak Kaka dan Nabil yang membantu Indonesia berbalik unggul 2-1 dan mengunci posisi puncak Grup A.
Bima menuturkan, perubahan formasi di lini tengah itu memungkinkan karena dirinya memiliki banyak opsi gelandang. Ia mencontohkan, untuk posisi gelandang bertahan, Garuda Muda memiliki Hanif, Sultan Akbar, dan Achmad Zidan Arrosyid yang telah silih berganti menjadi pemain inti di posisi tersebut.
Tak hanya ketiganya, Bima juga bisa memaksimalkan gelandang serba bisa, Figo Dennis Saputrananto, dengan peran bertahan. Lalu, ada pula Femas Aprian Crespo yang belum tampil di turnamen Piala AFF U-16 2022.
”Di babak kedua melawan Vietnam kami mengubah formasi dengan menempatkan dua holding midfielder. Formasi itu berjalan baik dan semua pemain yang tampil di posisi itu bermain bagus,” kata Bima, Kamis (11/8/2022).
Tiga bek
Pada laga semifinal menghadapi Myanmar, Bima mengubah taktik menjadi 3-5-2 di babak kedua. Rizdjar Nurviat Subagja yang berposisi murni sebagai bek sayap kanan diberi tugas baru sebagai bek tengah. Ia tampil di jantung pertahanan bersama kapten, Muhammad Iqbal Gwijangge, dan Sulthan Zaky Pramana.
Bima pun menugasi M Riski Afrisal dan Ridho Ikshan sebagai full-back. Perubahan mendasar di lini belakang itu diikuti pula dengan mengubah Nabil menjadi penyerang tengah untuk menemani Kaka di lini depan.
Formasi itu membuat Indonesia bermain lebih aktif untuk memulai serangan dari kedua sisi sayap. Apalagi Riski dan Ridho adalah tipe pemain yang lebih gemar memberikan umpan silang dibandingkan melakukan penetrasi masuk ke kotak penalti lawan.
Keberadaan duet Kaka dan Nabil, yang secara akumulasi telah menyumbangkan enam gol bagi Garuda Muda, membuat lima pemain belakang Myanmar hanya berkeliaran di dalam kotak penalti sendiri. Kaka, yang di babak pertama terisolasi karena diapit tiga bek Myanmar, bisa tampil lebih bebas karena berbagi peran dengan Nabil untuk membuka ruang di sepertiga akhir pertahanan Myanmar.
Perubahan taktik itu membuat Indonesia bisa mencetak gol penyama kedudukan. Kemudian, Indonesia bisa lebih banyak menciptakan tembakan di babak kedua. Garuda Muda menghasilkan 16 tembakan setelah turun minum, sedangkan pada 45 menit pertama mengkreasikan 11 tembakan.
Di babak kedua melawan Vietnam, kami mengubah formasi dengan menempatkan dua holding midfielder. Formasi itu berjalan baik dan semua pemain yang tampil di posisi itu bermain bagus.
”Penambahan striker di babak kedua membantu kami bisa mencetak gol penyama kedudukan. Kami menciptakan lebih banyak peluang setelah mengubah formasi, tetapi hanya bisa mencetak satu gol. Saya berharap pemain bisa tampil lebih efektif ketika melawan Vietnam di final,” ucap Bima, yang mencatat58 penampilan bersama Indonesia pada 1995-2001.
Dilema
Untuk laga final menghadapi Vietnam, yang patuh dengan taktik 3-5-2, keragaman formasi itu tentu memberikan Bima lebih banyak opsi untuk mengalahkan lawan. Hanya saja, Bima akan menghadapi dilema berkat banyaknya pilihan untuk pemain di posisi gelandang bertahan.
Posisi itu amat penting bagi Bima karena pemain yang memegang peran itu memiliki tugas ganda. Ia harus bisa menjadi pelindung dua bek tengah ketika lawan melakukan serangan balik serta menghubungkan lini belakang dan depan ketika Garuda Muda membangun serangan.
Bima menurunkan Zidan pada laga pertama menghadapi Filipina. Visi bermain Zidan untuk mengalirkan bola cukup baik, tetapi ia beberapa kali ditegur Bima karena sering salah dalam menentukan posisi ketika timnya mendapatkan peluang bola mati. Hal itu tentu sangat berbahaya ketika menghadapi Vietnam, yang memiliki proses transisi permainan dari bertahan ke menyerang sangat cepat.
Adapun Sultan Akbar, yang tampil sebagai pemain inti di semifinal, kesulitan ketika ditekan oleh dua pemain depan lawan. Pada laga melawan Myanmar, ia lebih banyak mengembalikan bola ke dua bek tengah dibandingkan menghadirkan umpan kunci untuk para pemain depan Garuda Muda. Hal itu tidak lepas dari taktik Myanmar yang menugaskan dua pemain depan selalu membayangi Sultan Akbar.
Permainan lebih meyakinkan ditunjukkan Hanif yang tampil sejak menit awal di dua pertandingan akhir babak penyisihan. Selain punya kemampuan mengirim umpan kunci yang dibekali keahlian membaca pergerakan tanpa bola rekan setim, Hanif juga cerdik melepaskan tekanan pemain lawan di zona tengah lapangan berkat trik-trik olah bolanya.
Hanif pun telah mencetak satu gol ketika Indonesia membenamkan Singapura, 9-0. Gol itu diciptakan melalui tembakan jarak jauh.
”Hanif sempat cedera di laga lawan Vietnam karena mengalami memar. Tetapi, ia sudah fit untuk pertandingan final,” ujar Bima.
Pada laga final, Bima berpeluang tetap menurunkan formasi utamanya, 4-1-4-1. Kaka akan menjadi ujung tombak utama untuk menganggu tiga bek tengah Vietnam. Selain itu, sulit menyaksikan Nabil dan Riski yang konsisten di kedua sisi sayap bermain dari bangku cadangan, kecuali jika mereka mengalami masalah kebugaran.
Kuartet lini belakang, Rizdjar, Zaky, Iqbal, dan Habil, juga tak tergantikan. Untuk dua pemain di lini tengah, satu tempat dipastikan milik Kafiatur. Satu tempat lainnya akan diperebutkan oleh Figo atau Tegar.
Sejatinya, Tegar memiliki kesempatan tampil sejak menit awal karena memiliki pergerakan dan kemampuan dribel yang baik. Ia tampilkan itu ketika membantu Kaka mencetak gol pertama Indonesia ke gawang Vietnam.
Hanya saja, Tegar kerap terlihat kelelahan ketika laga telah berjalan setengah jam. Hal itu tidak lepas dari kerja kerasnya yang tidak kenal lelah untuk terus berlari dan mencari celah di zona pertahanan lawan.
Menurut Bima, anak asuhannya telah membuktikan bisa tampil baik dengan memainkan sejumlah formasi sehingga ia tidak akan ragu menerapkan beragam formasi di laga final. Terpenting, kunci Garuda Muda untuk menang, tambah Bima, adalah sikap yang tepat untuk menjalankan strategi dan rencana permainan di atas lapangan.
”Vietnam adalah tim bagus yang telah menyiapkan diri di Jerman. Kami harus tampil lebih bekerja keras, mengurangi kesalahan, fokus dari menit ke menit, dan selalu mengambil inisiatif (serangan) lebih dulu,” ujarnya.