Ketika mayoritas rekan-rekannya pensiun, Serena Williams (40) membuktikan masih kompetitif dengan mengalahkan Parrizas-Dias pada WTA 1000 Kanada Terbuka 2022. Lewat kemenangan itu, ia menunjukkan dirinya belum "habis".
Oleh
YULVIANUS HARJONO
·6 menit baca
AP/CHRISTOPHER KATSAROV
Petenis Amerika Serikat, Serena Williams, memukul bola saat menghadapi Nuria Parrizas-Diaz (Spanyol) pada babak pertama turnamen WTA 1000 Kanada Terbuka 2022 di Toronto, Kanada, Selasa (9/8/2022) dini hari WIB. Serena menang, 6-3, 6-4.
Serena Williams adalah anomali. Petenis putri legendaris asal Amerika Serikat itu enggan mengikuti kelaziman. Ia menolak pensiun di usianya yang tak lagi muda, 40 tahun. Meskipun bergulat dengan cedera, penyakit sinusitis yang menganggu, dan tuntutan domestik sebagai seorang ibu, Serena terus menggeluti hal paling dicintainya : tenis.
Tidak banyak, bahkan bisa dikatakan langka, petenis putri seperti dirinya yang terus berkarier di usia senja. Steffi Graf, mantan petenis Jerman yang disebut sebagai yang terhebat pada abad ke-20, salah satu contohnya. Pengoleksi 22 trofi Grand Slam itu gantung raket pada usia yang sangat muda, 30 tahun. Martina Hingis, legenda lainnya, bahkan pernah pensiun dini pada usia 27 tahun, akibat cedera pinggang menahun.
Margaret Court, petenis asal Australia yang disebut sebagai “ratu” Grand Slam, tidak jauh berbeda. Ia pensiun sepenuhnya dalam usia 35 tahun dengan meninggalkan rekor 24 trofi Grand Slam yang belum bisa dilampaui petenis putri mana pun hingga saat ini.
Penerus Court, Ashleigh Barty, bahkan gantung raket dalam usia yang jauh lebih muda, 25 tahun. Pensiunnya Barty, orang Australia pertama sejak 1978 yang menjuarai Grand Slam Australia Terbuka, mengejutkan publik dunia, awal tahun ini. Ia berhenti dari tenis, tepat di puncak kariernya sebagai petenis putri nomor satu dunia.
Padahal, Barty tidak memiliki riwayat cedera serius maupun tanggungan yang membebani, seperti lazimnya para para petenis profesional yang memilih pensiun dini. Tidak pelak, sejumlah pihak menyebut Barty menderita burn-out, fenomena tak kasat mata yang banyak merenggut karier atlet-atlet muda, tak terkecuali di tenis.
“Saya tidak lagi punya dorongan fisik, emosi yang dibutuhkan, dan hal lain yang diperlukan untuk bersaing di level top,” ujar Barty saat mengumumkan perpisahannya dengan tenis profesional yang telah membesarkan namanya, Maret lalu.
Pengalaman seperti Barty itulah yang coba dihindari Richard Williams, ayah sekaligus pelatih awal dari Williams bersaudara, Serena dan Venus, beberapa dekade silam. Bukan hanya fisik dan teknik, Richard juga mengenjot mental kedua putrinya itu sejak usia belia. Kedua petenis yang masih aktif berkarier itu diajarkan mindfulness sejak dini.
Agar sehat, saya perlu makanan yang sehat. Itulah mengapa saya menjadi vegan. Jika saya tidak mengonsumsi makanan sehat, rasanya seperti akan mendapatkan sakit. (Serena Williams)
Richard, yang dikenal keras dan kontroversial, bahkan membentengi kedua putrinya itu dari pengaruh negatif, misal popularitas, sejak remaja. Suatu ketika, seperti dikisahkan dalam film King Richard (2021), yang menyabet sejumlah penghargaan, Richard menolak mengorbitkan dini Venus ke tenis profesional ketika masih remaja. Padahal, bakat besar Venus telah terlihat saat itu.
AP/CHRISTOPHER KATSAROV
Petenis Amerika Serikat, Serena Williams, merayakan kemenangannya atas Nuria Parrizas-Diaz (Spanyol) pada babak pertama turnamen WTA 1000 Kanada Terbuka 2022 di Toronto, Kanada, Selasa (9/8/2022) dini hari WIB. Serena menang, 6-3, 6-4.
Richard khawatir putrinya mengikuti jejak Jennifer Capriati, mantan bintang tenis AS yang kariernya berantakan dan mengalami burn-out akibat depresi dan mengonsumsi obat-obat terlarang. Capriati terjun ke tenis pro pada usia sangat belia, 13 tahun.
“Wellness (keseimbangan tubuh, pikiran, dan jiwa) adalah segalanya bagi saya. Seluruh karier (tenis) dan hidup saya adalah wellness. Tanpa hal itu, tidak mungkin saya bisa meraih capaian sejauh ini. Wellness sangat penting bagi saya sejak hidup dengan penyakit otoimun kronis,” tutur Venus yang menderita sindrom Sjogren, penyakit otoimun yang membuatnya kerap mengalami sakit persendian, tangan berkeringat, kebas, dan kelelahan, dikutip Yahoo Life.
Kekuatan pikiran pula yang membuat adik kandungnya, Serena, tetap bertanding tenis meski tidak lagi setangguh dulu. Serena, yang terkenal dengan servis mematikannya, lolos ke babak kedua WTA 1000 Kanada Terbuka 2022 setelah mengalahkan Parrizas-Dias (Spanyol), Selasa (9/8/2022) dini hari WIB. Serena mengalahkan petenis yang 10 tahun lebih muda itu dengan straight sets, 6-4, 6-3.
Plester aneh
Dalam laga itu, Serena bahkan harus memakai plester aneh berwarna hitam yang ditempel di pipinya. Plester yang didesain Kase Kenzo, dokter penemu teknik pengobatan kinesio, itu diyakini membantu Serena mengatasi penyakit sinusitis yang dideritanya. "Rahasia saya terungkap. Saya adalah penderita sinusitis. Bermain tenis atau melakukan apa pun setiap hari bukanlah hal mudah jika Anda menderita sinus," tuturnya dikutip Reuters.
AFP/VAUGHN RIDLEY
Petenis Amerika Serikat, Serena Williams, melayangkan servis saat menghadapi Nuria Parrizas-Diaz (Spanyol) pada babak pertama turnamen WTA 1000 Kanada Terbuka 2022 di Toronto, Kanada, Selasa (9/8/2022) dini hari WIB. Serena, yang mengenakan plester hitam di pipinya, menang, 6-3, 6-4.
Tak pelak, dalam kondisi tak mudah dan tak lagi muda, kemenangan atas Dias penting untuk mengangkat kepercayaan diri Serena, petenis yang berkali-kali diisukan bakal gantung raket. Laga tunggal putri itu menjadi kemenangan pertama Serena, yang sempat lama didera cedera kaki, dalam 14 bulan terakhir. Ia berharap tampil bagus di Kanada tahun ini sebagai modal untuk tampil di AS Terbuka, turnamen di rumah sendiri yang memberinya trofi Grand Slam perdana pada 1999 silam.
“Saya kira, akan ada cahaya di akhir sebuah terowongan gelap. Saya tidak sabar mencapai cahaya itu. Saya cinta tenis. Saya tahu tidak bisa melakukan ini selamanya. Terkadang, Anda hanya perlu menikmatinya dan melakukan hal terbaik,” ujar Serena menjawab pertanyaan mengapa ia terus bermain tenis, dikutip BBC.
Serena tidak kekurangan motivasi untuk melanjutkan kariernya di tenis. Ia masih menjaga mimpi untuk menyamai rekor Court. Hanya Court yang mengoleksi lebih banyak trofi Grand Slam ketimbang dirinya, yaitu 23 trofi. Tak hanya itu, Serena sadar, dirinya merupakan figur dan simbol dari perjuangan warga biasa sekaligus wanita kulit hitam di tenis, olahraga yang dulu diidentikkan dengan kaum kaya dan kulit putih.
“Kisah Serena menginspirasi. Pencapaian kariernya sangatlah luar biasa. Tekad dan kerja kerasnya selama ini menjadi teladan bagi saya,” ujar Angella Okutoyi, juara ganda putri Wimbledon yunior 2022 asal Kenya, yang mengidolakan Serena.
AFP/VAUGHN RIDLEY
Petenis Amerika Serikat, Serena Williams, merayakan raihan poin atas Nuria Parrizas-Diaz (Spanyol) pada babak pertama turnamen WTA 1000 Kanada Terbuka 2022 di Toronto, Kanada, Selasa (9/8/2022) dini hari WIB. Serena menang, 6-3, 6-4.
Status ibu
Alih-alih menjadi beban, status sebagai seorang ibu juga menjadi motivasi tambahan bagi Serena. Pada 2017 silam, ia menjuarai Australia Terbuka saat hamil 22 pekan dalam usia 35 tahun. Capaian itu sekaligus mendobrak kelaziman lainnya bahwa seorang atlet putri sulit berprestasi saat hamil atau akan mempunyai anak.
Kini, putrinya, Olympia, menjadi tambahan motivasi baginya. Setiap kali Serena bertanding, Olympia tidak pernah melewatkannya. “Olympia menyukai jamuan teh sore hari dan mendukung mamanya,” ungkap Serena dalam akun Instagram-nya saat tampil di Wimbledon 2022 lalu.
Serena pandai membagi waktu antara berlatih, menjaga kebugaran, dan menemani putrinya tumbuh. Selain rutin bermeditasi, rahasianya menjaga tubuh tetap atletis dan bugar di usia 40 tahun adalah diet ketat. Seperti kebanyakan atlet top dunia yang tetap prima di usia senja, seperti Cristiano Ronaldo di sepak bola, Serena banyak berkorban.
Ia berhati-hati memilih nutrisi dengan menjadi vegan selama enam tahun terakhir. Hanya satu hari dalam sepekan ia berkompromi dengan mengonsumsi daging untuk memenuhi diet protein hewani yang sangat dibutuhkannya sebagai atlet aktif. Selain itu, setiap hari, ia melakukan latihan kardio, seperti berlari, untuk menjaga kekuatan dan kebugarannya, selain berlatih tenis.
AFP/GLYN KIRK
Petenis AS, Serena Williams, berlari mengejar bola saat melawan petenis Perancis, Harmony Tan, pada laga babak pertama Grand Slam Wimbledon di Lapangan Utama All England Tennis Club, Wimbledon, Rabu (29/6/2022) dini hari WIB. Serena kalah dari Tan, 5-7, 6-1, 6-7 (10-7) setelah pertandingan selama 3 jam 11 menit.
“Agar sehat, saya perlu makanan yang sehat. Itulah mengapa saya menjadi vegan. Jika saya tidak mengonsumsi makanan sehat, rasanya seperti akan mendapatkan sakit,” ujar Serena dikutip Vogue.
Serena memang memilih jalan tidak biasa untuk menjadi atlet yang tidak biasa-biasa saja. Itulah mengapa, Serena kini disebut sebagai petenis putri terbaik sepanjang masa, terutama di era terbuka. Adalah privilese melihatnya masih bermain di lapangan, sebelum ia akhirnya pensiun suatu hari nanti.