Olahraga paralimpiade, seperti ASEAN Games di Surakarta, bak pelita yang menerangi jalan hidup para atlet disabilitas. Lewat olahraga itu, mereka meninggalkan kemuraman dan kegelapan untuk menemukan arah hidup baru.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA, AGUNG SETYAHADI, NINA SUSILO
·6 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS - ASEAN Para Games 2022, yang resmi berakhir dan ditutup oleh Presiden Joko Widodo di Stadion Manahan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (6/8/2022) malam, membuka kesadaran atlet disabilitas terkait kesempatan kedua dalam hidup. Melalui olahraga itu, atlet-atlet penyandang disabilitas menemukan jalan hidup baru dan bisa menata kembali masa depannya.
Setelah berjuang selama satu pekan terakhir, para atlet disabilitas Indonesia mampu mempertahankan gelar juara umum yang diraih pada ASEAN Para Games 2017 di Kuala Lumpur. Hingga penutupan ASEAN Para Games, kontingen Indonesia mengumpulkan 175 medali emas, 144 perak, dan 107 medali perunggu. Jumlah medali emas yang diraih pada 2022 ini menjadi yang terbanyak bagi Indonesia sejak ASEAN Para Games dimulai pada 2001 silam.
Tidak hanya mengharumkan Indonesia, para atlet disabilitas nasional yang tampil di ajang olahraga paralimpiade tingkat Asia Tenggara itu juga memberikan banyak inspirasi. Mereka memperlihatkan khalayak luas bahwa keterbatasan bukanlah hambatan untuk meraih prestasi.
”Terima kasih telah memberikan pesan bahwa keterbatasan dan kesulitan bukanlah halangan. Dengan komitmen dan kerja keras, (atlet) disabilitas mampu mencetak sejuta prestasi,” ujar Jokowi dalam sambutan penutupnya.
Selain prestasi, banyak inspirasi dan teladan yang diberikan atlet-atlet disabilitas pada ASEAN Para Games edisi ke-11 itu. Rexus Ohee, atlet boccia asal Papua, misalnya, menemukan makna hidup baru melalui olahraga itu.
Sebelumnya, atlet yang tidak memiliki tangan dan kaki lengkap itu lebih banyak bersembunyi dalam kelamnya hidupnya. Dia lebih sering berada di rumah tanpa kegiatan, sebelum mengenal boccia. Kegiatan rutinnya saat itu hanya menyanyi di gereja setiap Minggu di Kampung Harapan, Sentani, Jayapura, Papua.
Namun, hidup Rexus berubah seiring kedatangan pelatih boccia dan pengurus Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Papua, Naomi Awoitau, pada awal 2021. Naomi menawari Rexus berlatih boccia agar bisa tampil di Pekan Paralimpiade Nasional yang kebetulan digelar di Papua.
Tanpa pikir panjang, Rexus dan ibunya menerima tawaran itu. Rexus jadi memiliki kesibukan harian dan kegiatan yang bermakna. Ia pun berangkat ke Surakarta untuk menjalani pemusatan latihan nasional karena di Papua belum tersedia fasilitas lengkap.
Rexus berlatih boccia hingga Oktober dan tampil di Peparnas Papua pada November. Kerja keras Rexus berbuah medali perunggu perseorangan klasifikasi BC3 di Papua. Atlet yang memiliki keterbatasan tangan, kaki, dan tidak memiliki kendali gerak pada tubuhnya itu berlomba menggunakan kursi roda.
Saat berlomba, dia dibantu oleh asisten yang memasang alat bantu untuk meluncurkan bola. Untuk mendorong bola supaya menggelinding, dia menggunakan penonjok yang dijepit dengan mulut. Seusai Peparnas Papua, Rexus dipanggill masuk tim nasional boccia Indonesia untuk ASEAN Para Games 2022.
Terima kasih telah memberikan pesan bahwa keterbatasan dan kesulitan bukanlah halangan. Dengan komitmen dan kerja keras, (atlet) disabilitas mampu mencetak sejuta prestasi. (Presiden Joko Widodo)
Mulai Januari 2022, dia kembali ke Surakarta untuk mengasah kemampuannya bermain boccia. Usaha Rexus berbuah medali perunggu perseorangan klasifikasi BC3.
”Boccia ini menarik karena membuat saya punya banyak teman, memiliki kegiatan, dan bisa naik pesawat pergi ke luar kota. Saya sebelumnya tidak pernah ke mana-mana karena hanya tinggal di rumah. Kini, saya punya banyak teman, pelatih, pendamping. Semuanya baik ke saya,” ungkap Rexus.
Menekuni boccia, diakuinya, tidaklah mudah. Dia harus mengasah rasa supaya bola bisa meluncur secara presisi dan menghitung kemiringan alat bantu peluncur bola. Jika tidak gigih, atlet bisa menyerah di tengah jalan.
Kehidupan baru
Olahraga boccia kini menjadi jalan kehidupan baru Rexus. Bahkan, dia mendapatkan penghasilan serta bonus besar dari medali yang diraihnya.
Rezeki itu diarahkan Naomi agar dimanfaatkan Rexus untuk menjadi bekal masa depannya. Rexus pun disarankan mengelola gaji maupun bonus sebagai atlet untuk investasi atau modal usaha demi masa depannya.
Makna hidup baru dari olahraga paralimpiade juga dirasakan Fauzi Purwolaksono, atlet asal Kalimantan Barat. Harapannya untuk bisa menjadi tentara sirna karena kaki kanannya cacat tetap karena ditabrak mobil. Namun, olahraga paralimpiade menghidupkan semangat hidupnya hingga kini menjadi atlet atletik paralimpiade nomor lempar klasifikasi F57.
”Saya mengalami patah tulang paha, pecah tempurung lutut. Waktu itu pilu sekali. Ya Allah, mau ke mana hidup saya ke depan. Padahal, saat itu, saya sedang enak-enaknya berkarier sebagai sprinter antarsekolah," ungkap Fauzi.
Namun, tragedi itu kini berbuah prestasi. Dia meraih dua medali emas dan satu perak di ASEAN Para Games 2022 berkat kerja kerasnya. ”Saya waktu itu gak tahu kalau meraih medali mendapatkan bonus. Padahal, saya sudah senang bisa kembali menjadi atlet, naik pesawat terbang, makan dan tidur di hotel. Jadi seperti orang kaya sebentar,” ujar Fauzi yang sehari-hari berprofesi sebagai petugas kebersihan.
Setelah menemukan kembali tujuan hidupnya, Fauzi pun kini mulai merancang masa depannya jika pensiun dari atlet. Dia menabung bonus dari medali yang diraihnya agar bisa punya usaha mandiri. Dalam benaknya juga terbersit keinginan untuk kuliah sehingga bisa menjadi pelatih setelah pensiun.
Harapan Fauziuntuk bisa menjadi tentara sirna karena kaki kanannya cacat tetap karena ditabrak mobil. Namun, olahraga paralimpiade menghidupkan semangat hidupnya.
Adapun bagi atlet-atlet muda, seperti pelari Sapto Yogo Purnomo dan Karisma Evi Tiarani, ASEAN Para Games 2022 menjadi batu loncatan ke level lebih tinggi. Mereka berharap bisa tampil dan berprestasi di Paralimpade, ajang tertinggi olahraga penyandang disabilitas.
Melampaui target
Sapto adalah salah satu atlet yang banyak menyumbangkan medali untuk Indonesia. Total empat medali emas ia raih dari cabang atletik. Atlet Indonesia lainnya, Jendi Pangabean, bahkan mendulang lima emas. Tak pelak, Indonesia menjadi juara umum dengan keunggulan telak dari negara-negara tetangga.
Thailand, yang menempati peringkat kedua klasemen akhir perolehan medali, misalnya, hanyalah meraih 117 emas, 113 perak, dan 88 perunggu. Adapun Vietnam, di peringkat ketiga, mengemas 65 emas, 62 perak, dan 55 perunggu.
Menurut Ketua Kontingan Indonesia Andi Herman, capaian 175 medali emas Indonesia di ASEAN Para Games 2022 melampaui target yang ditetapkan. Indonesia sebelumnya hanya ditargetkan meraih 104 medali emas dari 14 cabang yang dipertandingkan.
”Dari target cabang yang meraih medali emas, hanya satu yang meleset, yaitu sepak bola cerebral palsy karena kalah dari Thailand. Sementara tiga cabang memang tidak ditargetkan meraih medali emas, yaitu goal ball, basket kursi roda, dan tenis kursi roda,” ungkap Andi.
Ketiga cabang yang tidak ditargetkan meraih medali emas itu, lanjut Andi, memang belum bisa bersaing di level yang tinggi. Dia mencontohkan, basket kursi roda Indonesia baru dibentuk saat Asian Para Games 2018, sedangkan Filipina dan Thailand sudah mendunia.
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali ikut mengapresiasi capaian kontingan Indonesia itu. Selain itu, ia juga mengapresiasi panitia penyelenggara yang telah bekerja keras menyuksesankan ajang itu dalam waktu singkat. Indonesia adalah tuan rumah pengganti dari Vietnam yang tidak sanggup menggelar ajang itu di tengah pandemi Covid-19.
”Walaupun persiapan multievent Asia Tenggara ini sangat singkat, sekitar lima bulan setelah Indonesia ditunjuk resmi (sebagai tuan rumah pengganti) pada Februari 2022, kita sukses menyelenggarakannya. Itu karena kita punya pengalaman di event yang sama pada 2011 di Surakarta, juga Asian Paragames 2018 lalu,” tuturnya.
Dalam sambutannya di upacara penutupan, kemarin, Presiden ASEAN Para Sports Federation (APSF) Osoth Bhavilai menyampaikan terima kasih atas keramahan dan penyelenggaraan ASEAN Para Games di Surakarta. ”Keramahan masyarakat Solo terus tertinggal di ingatan kami. Pengalaman bertanding di kota ini juga akan selalu kami kenang,” ujarnya.
Adapun ASEAN Para Games berikutnya, yaitu edisi 2023, akan digelar di Kota Phnom Penh, Kamboja, pada 11 bulan mendatang.