Bagi Thailand, Indonesia sudah menjadi pengganggu dominasi mereka di Asia Tenggara. Kemenangan di laga final jadi harga mati bagi Thailand untuk menegakkan kembali dominasi mereka.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Laga sengit diprediksi tersaji pada partai final cabang sepak bola cerebral palsy ASEAN Para Games 2022 antara Indonesia menghadapi Thailand di Stadion Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (5/8/2022) pukul 15.00 WIB. Thailand akan mengerahkan segala upaya untuk membalas kekalahan di laga penyisihan dari Indonesia demi meraih medali emas.
Cabang sepak bola cerebral palsy ini diikuti oleh pesepak bola dengan gangguan pada saraf motorik dan koordinasi alat gerak tubuh. Pada laga penyisihan, Indonesia sukses menaklukkan Thailand 3-2. Indonesia unggul berkat gol M Iksan Tabrani di babak pertama, serta dua gol dari Yahya Muhaimi dan Iksan pada babak kedua.
Namun, pertahanan Indonesia mengendur setelah unggul 3-0. Thailand mampu memperkecil ketertinggalan lewat gol yang diciptakan Sukhitkun Bunsing dan Phonpipat Nampaksa.
Pelatih tim sepak bola cerebral palsy Indonesia, Anshar Ahmar, mengatakan, Thailand pasti bertekad membalas kekalahan dari Indonesia itu. Apalagi Indonesia adalah juara bertahan saat sepak bola cerebral palsy digelar terakhir kali pada ASEAN Para Games Kuala Lumpur 2017. Ketika itu, Thailand takluk 0-3 dari Indonesia di laga final.
”Sudah pasti mereka ingin balas dendam karena tidak lagi jadi juara sejak ASEAN Para Games Malaysia 2017. Padahal, di ASEAN Para Games Singapura 2015 dan sebelumnya, Thailand selalu juara sepak bola cerebral palsy,” kata Anshar, Kamis (4/8/2022).
Bagi Thailand, Indonesia sudah menjadi pengganggu dominasi mereka di Asia Tenggara. Maka dari itu, kemenangan menjadi harga mati bagi Thailand untuk menegakkan kembali dominasi sekaligus memutus momentum kebangkitan sepak bola cerebral palsy Indonesia.
Usai kalah dari Indonesia, Thailand mengamuk dengan menyapu bersih semua laga dengan kemenangan. Tim besutan Pelatih Bannawat Posrioun itu membekap Kamboja 9-0 dan Myanmar 2-1 di penyisihan. Di semifinal, Thailand kembali bertemu Myanmar dan unggul 5-0.
Jelang menghadapi Indonesia di final, Thailand terus mematangkan persiapan. Bannawat telah meminta para pemainnya untuk melakukan improvisasi yang dibutuhkan saat bertanding. Bannawat memandang Indonesia sebagai tim yang memiliki pemain dan pola permainan yang bagus.
”Kami sudah siap 100 persen untuk menghadapi Indonesia. Kami juga sudah menyiapkan strategi baru untuk menang. Kami yakin bisa mengalahkan Indonesia pada laga final nanti,” kata Bannawat.
Sudah pasti mereka ingin balas dendam karena tidak lagi jadi juara sejak ASEAN Para Games Malaysia 2017.
Ketika kalah 2-3 dari Indonesia di laga perdana, Bannawat sempat mengeluhkan jadwal pertandingan yang terlampau pagi sehingga para pemainnya belum banyak kesempatan untuk beradaptasi dengan lapangan Stadion UNS. Sebelumnya, tim sepak bola Thailand hanya sempat mencoba lapangan Stadion Sriwedari.
Setelah menjalani rangkaian pertandingan di Stadion UNS, Bannawat menyebut timnya telah mampu beradaptasi dengan kondisi lapangan. ”Tunggu saja penampilan tim kami besok. Saya kira Indonesia tentu juga sudah mempelajari permainan kami,” katanya.
Anshar pun mewaspadai kebangkitan Thailand di final. Ia memprediksi, Thailand bisa saja bermain agresif, tetapi kemungkinan besar tidak akan diterapkan sejak awal laga. Menurut Anshar, Thailand akan bermain hati-hati dan menanti celah untuk menyerang.
”Mereka tentu tetap punya rasa trauma karena pada laga perdana sempat tertinggal 0-3 sebelum memperkecil kekalahan menjadi 2-3. Mereka pasti juga akan bermain hati-hati. Sebagai tuan rumah tentu kami tak ingin kalah. Tim kami sudah sepakat untuk mempertahankan gelar juara,” kata Anshar.
Sumbangan satu medali emas dari cabang sepak bola cerebral palsy bisa membantu Indonesia memimpin perolehan medali. Sehari jelang penutupan ASEAN Para Games, kontingen Indonesia menempati peringkat pertama dengan koleksi 111 medali emas, 80 perak, dan 61 perunggu. Thailand menguntit di peringkat kedua dengan 57 emas, 71 perak, dan 46 perunggu.