Tim Sepak Bola CP Indonesia Taklukkan Thailand 3-2
Tim sepak bola ”cerebral palsy” Indonesia menang, 3-2, atas Thailand pada laga pertama ASEAN Para Games 2022. Indonesia belum tampil dalam performa terbaik karena ada sejumlah pemain yang mengalami perubahan klasifikasi.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Tim sepak bola cerebral palsy atau CP Indonesia meraih kemenangan 3-2 atas Thailand pada laga pertama ASEAN Para Games 2022 di Stadion Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (31/7/2022). Indonesia selanjutnya mengincar kemenangan atas Myanmar dan Kamboja dalam perjuangan mempertahankan gelar juara yang diraih pada 2017 di Malaysia.
Dalam laga perdana ini, Indonesia belum tampil maksimal karena ada beberapa pemain yang mengalami perubahan klasifikasi sehingga mengubah formasi pemain.
Indonesia tampil dengan dukungan penuh dari suporter yang terus menyanyikan yel-yel dukungan. Saat para pemain ”Merah Putih” dalam tekanan, para suporter menyemangati dengan nyanyian yang lebih keras. Teriakan ”Indonesia, Indonesia” mengiringi gocekan bola para pemain Indonesia.
Timnas Indonesia yang dikapteni Yahya Hernanda sudah unggul, 1-0, berkat gol striker M Iksan Tabrani pada menit ke-13. Gol kedua dicetak oleh Yahya Muhaimi pada menit ke-39, lalu gol ketiga dicetak oleh Iksan pada menit ke-43. Indonesia sempat mengalami tekanan pada babak kedua hingga Thailand bisa mencetak dua gol melalui Sukhitkun Bunsing di menit ke-45 dan Phonpipat Nampaksa pada menit ke-56.
Dua gol balasan Thailand itu berawal dari koordinasi lini pertahanan Indonesia yang mengendur. Gol kedua Thailand, misalnya, berawal dari umpan bek Indonesia yang tidak akurat sehingga bola diserobot oleh pemain Thailand yang kemudian berujung gol.
”Pertandingan perdana itu sangat berat, terutama bagi mental pemain. Ada beberapa hambatan, seperti pergerakan pemain, umpan yang tidak akurat,” ujar Anshar Ahmad, pelatih tim nasional sepak bola CP Indonesia seusai pertandingan.
Perubahan klasifikasi
Ia pun menjelaskan dampak perubahan klasifikasi pemain ke timnya. ”Hanya dalam dua hari formasi (pemain) saya ubah karena pemain FT1 menjadi FT2 dan FT2 menjadi FT1. Meskipun belum bermain seperti yang saya inginkan, mereka sudah bisa bermain dengan baik,” kata Anshar.
Suporter sangat penting karena menguatkan mental kami saat dalam tekanan lawan. Kami bisa kembali semangat dengan dukungan suporter.
Ia pun bangga timnya bisa mengalahkan Thailand, salah satu tim terkuat yang punya banyak pengalaman. ”Mereka (Thailand), tiga hari setelah Lebaran, mengikuti Kejuaran Dunia di Spanyol. Mereka kalah dari Brasil, anak-anak menonton itu. Mereka kemudian melawan Jerman, lalu Irlandia, sedangkan kami tidak pernah ada pertandingan ke luar,” tutur Anshar mengungkapkan.
Mengevaluasi penampilan timnya, kapten tim Indonesia Yahya Hernanda mengakui bahwa timnya masih perlu memperbaiki fokus permainan supaya tidak kebobolan di menit-menit akhir.
”Mungkin, karena masih awal, kami merasa gugup. Setelah bisa mencetak skor, kami jadi percaya diri. Namun, di menit-menit akhir, kami mulai kehilangan fokus. Di laga selanjutnya kami akan bermain lebih lepas dan semoga bisa memberikan hasil maksimal,” ucap Yahya.
Terkait kekuatan Thailand dibandingkan saat bertemu pada 2017, Yahya menilai tim lawan semakin kuat. ”Thailand dibandingkan 2017 ada peningkatan, pemainnya juga berubah. Akan tetapi, saya yakin kami bisa lebih kuat lagi dari Thailand,” ujar pemain bernomor punggung 10 itu.
Yahya juga mengucapkan terima kasih atas dukungan suporter yang membuat mereka bisa terus semangat berjuang hingga meraih kemenangan. ”Suporter sangat penting karena menguatkan mental kami saat dalam tekanan lawan. Kami bisa kembali semangat dengan dukungan suporter,” tuturnya.