Kehadiran Australia tidak untuk merebut kejayaan tim-tim Asia. Mereka berpengaruh menaikkan iklim kompetisi bagi para tim pesaing.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim bola basket Australia sukses mempertahankan gelar juara di Piala Asia 2022. Meskipun mendominasi mutlak sejak masuk ke turnamen pada 2017, presensi mereka tampak berpengaruh positif pada persaingan. Tim Asia lain mulai naik level karena terdorong standar permainan setinggi langit yang selalu ditampilkan skuad dari Oseania itu.
Australia menjuarai Piala Asia dua kali beruntun setelah menang atas Lebanon, 75-73, dalam partai final dramatis di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (24/7/2022). Dua pemain veteran, guard Mitchell McCarron (12 poin, 5 asis) dan center Thon Maker (14 poin, 8 rebound), menjadi pahlawan kemenangan ini.
Lebanon masih punya kesempatan memenangi laga saat waktu tersisa tiga detik. Namun, lemparan spekulasi center Ali Haidar dari tengah lapangan tidak menemui sasaran. Seiring dengan bel akhir laga, para pemain Australia berpelukan di tengah lapangan.
”Selalu indah untuk bisa memenangi trofi. Turnamen ini semakin baik dan baik. Seperti hari ini, kami harus melewati pertandingan yang sulit. Turnamen kali ini lebih tentang bagaimana pemain muda seperti Tyrese Proctor dan Alex Ducas bisa menunjukkan dirinya,” ujar McCarron.
Tim juara bertahan ini sangat tenang sejak awal laga dengan kepemimpinan McCarron dan Maker. McCarron sebagai pengatur serangan merotasi bola dengan sangat baik untuk memecah pertahanan lawan. Sementara itu, Maker selalu menjadi ancaman di dekat keranjang.
Australia pun tidak pernah tertinggal sejak awal laga. Bahkan, mereka sempat unggul 14 poin di awal kuarter keempat. Pertarungan menjadi sengit pada akhir laga berkat aksi guard Lebanon, Wael Arakji, Most Valuable Player Piala Asia 2022, yang total mencetak 28 poin, 7 rebound, dan 5 asis.
Namun, Lebanon yang didukung ribuan penonton di Istora tidak mampu mengatasi ketinggalan skor yang terlalu jauh. Kunci kemenangan terbesar Australia ada di pertahanan. Mereka tidak bisa mematikan Arakji, tetapi bisa meredam rekan-rekannya. Berkat pertahanan itu pula, Maker bersama rekan-rekannya bisa menyerang cepat dan menghasilkan 19 poin dari fast break.
Kemenangan itu sekaligus menandai dominasi mutlak ”The Boomers”. Sejak bergabung ke Piala Asia, mereka tidak pernah kalah sekali pun. Di turnamen tahun ini. Australia menyapu bersih enam kemenangan dari babak grup hingga laga final.
Di satu sisi, kompetisi terasa menjenuhkan karena dominasi itu. Namun, jika dilihat lebih dalam, tim-tim pesaing menjadi lebih kompetitif tahun ini. ”Semua negara berkembang. Kami selalu mendapat ujian serius dalam setiap setiap pertandingan,” ucap McCarron yang juga tampil pada 2017.
Wujud paling nyata adalah laga final. Lebanon, tim peringkat ke-54, bisa mengimbangi tim peringkat ketiga dunia itu sampai detik akhir. Adapun pada lima tahun lalu, Australia meraih gelar juara dengan kemenangan telak atas Iran, 79-56.
Super-kompetitif. Hampir semua laga berkualitas.
Australia juga menang dengan selisih terkecil di final setelah di semifinal mengalahkan Selandia Baru, 85-76, dan pada perempat final mengungguli Jepang, 99-85. Rata-rata selisih kemenangan mereka di turnamen terdahulu adalah 28,8 poin. Mereka tidak perlu berkeringat lebih nyaris di semua laga.
Pelatih Kepala Australia Michael Kelly juga merasakan hal serupa. Pertandanya adalah banyak tim kuda hitam yang bersinar. Tim seperti Jordania dan Lebanon bisa melaju jauh mengalahkan dua raksasa Iran dan China di perempat final. ”Super-kompetitif. Hampir semua laga berkualitas,” ucapnya.
The Boomers selalu menjadi teladan di setiap pertandingan. Tim lawan harus sempurna jika ingin bersaing dengan mereka. Bayangkan saja, mereka hanya mencatat rata-rata 6 turnover atau kehilangan penguasaan bola. Efektivitas menjadi kunci dari tim peringkat ketiga dunia tersebut.
Permainan level tertinggi itu ditunjukkan oleh semua pemain, baik inti maupun cadangan. Kekuatan tim tidak berkurangmeskipun Kelly menggunakan rotasi yang hampir merata antar-pemain. Faktanya, tim ini berusia rata-rata 24 tahun atau dipenuhi banyak pemain muda.
Kelly berkata, kehadiran mereka memang berguna sebagai standar tim lain untuk bisa meraba level dunia. ”Mereka bisa melihat pemain muda kami tampil di level tertinggi, dengan fundamental bola basket yang seharusnya. Hal itu bisa diikuti tim lain,” ujarnya.
Sementara itu, Arakji mengakui keunggulan Australia. ”Kekalahan yang berat untuk kami. Tetapi, hasil ini sudah sangat membanggakan sebagai tim yang datang dari negara kecil. Kami kalah dari tim terbaik. Semoga hasil ini memberi kepercayaan diri di tahun-tahun berikutnya. Sekali lagi, selamat untuk Australia,” kata Arakji.
Keributan
Turnamen ini dinodai dengan insiden perkelahian antara tim Lebanon dan Jordania. Mereka sudah bersitegang sejak semifinal, Sabtu malam, ketika Lebanon menang dramatis, 86-85. Saat jeda laga itu, perkelahian antar-pemain di area mixed zone sampai harus dipisahkan petugas keamanan.
Perseteruan itu berlanjut ke hotel. Menurut Pelatih Kepala Jordania Wesam Al-Sous, timnya diserang di hotel pada Minggu pagi, sebelum laga penentuan peringkat ketiga. Belasan pemain dan anggota staf Lebanon mendatangi mereka. Salah satunya diduga membawa pisau.
”Kami tidak punya waktu persiapan yang cukup karena beberapa masalah yang harus dihadapi di hotel. Seluruh tim Lebanon menyerang saya, asisten pelatih, dan pelatih kebugaran kami. Salah satunya membawa pisau. Saya tidak ingat namanya, tetapi itu adalah pemain nomor punggung 25 (Ali Mezher),” tutur Al-Sous.
Menurut Al-Sous, bumbu perseteruan itu sudah terjadi ketika mereka bertandang ke Lebanon dalam kualifikasi Piala Dunia 2023, awal Juli. ”Saya tidak mengetahui masalah itu sampai mereka menyerang kami (tim pelatih). Kita lihat nanti bagaimana FIBA akan menoleransi aksi seperti ini,” lanjutnya.
Selandia Baru berhasil menjadi pemenang ketiga dalam turnamen ini. Mereka mengalahkan Jordania, 83-75. Center Tohi Smith-Milner (26) menjadi pemain terbaik dalam laga lewat sumbangan 25 poin. Sebanyak 21 poin dicetaknya dengan lemparan tiga angka.
”Saya ingin berterima kasih kepada pendukung Indonesia yang begitu luar biasa menyemangati kami. Sebagai kapten, sangat bangga dengan hasil yang kami capai. Laga tadi sulit karena lawan bermain baik pada tiga kuarter awal, tetapi seperti yang diajarkan haka (ritual suku Maori), kami harus bisa meredam badai,” ucap Milner.
Prestasi Selandia Baru pun meningkat dalam keikutsertaan kedua. Pada 2017, mereka harus puas berada di peringkat keempat akibat kalah dari Korea Selatan, 71-80. Tim muda berusia rata-rata 23 tahun ini tampak punya masa depan cerah.
Jordania harus puas dengan peringkat keempat. Mereka tidak bisa berbuat banyak karena badai cedera. Pemain andalan mereka, seperti center Ahmad Al-Dwairi dan guard naturalisasi Dar Tucker, tidak bisa bermain dalam laga perebutan peringkat ketiga.