Keisei Tominaga, Stephen Curry dari “Akatsuki Five”
Penembak andal Jepang Keisei Tominaga menjadi bintang muda yang terlahir di Piala Asia. Dengan kemampuan dan kondisi fisik nyaris sama, Tominaga sekilas tampak seperti titisan Stephen Curry.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
Dari banyak pemuda berbakat di Piala Asia FIBA 2022, salah satu yang paling mencuri perhatian adalah shooting guard Jepang Keisei Tominaga (21). Sang debutan bermain layaknya seorang penembak bola basket terhebat di muka bumi, Stephen Curry.
Tominaga menjadi buah bibir setelah laga perempat final lawan Australia di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (21/7/2022). Terlepas dari kekalahan timnya 85-99, dia mampu menciptakan 33 poin dalam 25 menit bermain di laga tersebut. Catatan itu memecahkan rekor turnamen pada abad ini sebagai pencetak poin terbanyak bagi seorang pemain berusia 21 tahun atau lebih muda.
Sang debutan begitu percaya diri menghujani tim peringkat ketiga dunia itu dengan lemparan tiga angka. Pebasket 1,88 meter itu tidak takut diblok pemain lawan yang mayoritas lebih tinggi. Sebanyak delapan kali tembakan tiga angka Tominaga masuk mulus ke keranjang Australia. Dia menciptakan nyaris seluruh poin lewat lemparan jauh.
Setelah memasukkan lemparan pertama pada awal laga, pemain kidal ini semakin percaya diri. Tembakan Tominaga semakin jauh dalam percobaan berikutnya. Sampai puncaknya, dia menciptakan tiga angka dari logo Piala Asia di tengah lapangan.
Para penonton di Istora pun berdecak kagum. Mereka meminta Tominaga untuk menembak setiap sang pemain memegang bola, dari posisi mana pun. Sekilas, seperti ada Curry di tim Jepang atau yang sering dijuluki ”Akatsuki Five”.
Saya mengidolakan Curry. Saya mengikuti semua yang dilakukan di lapangan. Saya sangat menyukainya.
Tominaga berkata, sebagai shooting guard, dia hanya menjalankan tugasnya. Tentang keberanian menembak dari mana pun, ternyata dia banyak belajar dari Curry. ”Saya mengidolakan Curry. Saya mengikuti semua yang dilakukan di lapangan. Saya sangat menyukainya,” ucapnya.
Sebagai gambaran, Jepang begitu kesulitan menembus pertahanan lawan pada malam itu. Mereka tidak diberikan ruang tembak oleh skuad juara bertahan Australia. Ketidakhadiran forward andalan Jepang, Yuta Watanabe, semakin mempersulit pergerakan mereka saat menyerang. Terbukti, setelah Tominaga, pencetak terbanyak untuk Jepang adalah Yuki Togashi (14 poin). Namun, di tengah ruang sempit itu, Tominaga terus berlari tanpa bola untuk mencari celah, seperti yang sering dilakukan Curry.
Hal itu bisa menggambarkan betapa spesialnya pebasket bernomor punggung 39 tersebut. Tominaga tidak hanya sekali bersinar lawan Australia. Awal Juli, dia juga mencetak 18 poin ketika bertemu tim ”Negeri Kanguru” di kualifikasi Piala Dunia. Ketika itu, tidak ada satu pun rekannya yang mencetak dua digit angka.
Wajar saja jika Pelatih Kepala Jepang Tom Hovasse mengatakan, Tominaga merupakan salah satu kepingan yang akan jadi kunci prestasi Jepang pada masa depan. ”Banyak pemain muda yang mengambil tanggung jawab di turnamen ini. Salah satunya Tominaga. Fantastis melihat itu. Saya bersemangat melihat masa depan tim ini,” katanya.
Tominaga menyudahi turnamen dengan catatan rerata 15,2 poin. Produktivitas itu hanya kalah 0,1 poin dari forward veteran Jepang yang bermain di NBA, Yuta Watanabe. Adapun sebanyak 11,4 poin diciptakan dari garis tiga angka.
Menurut Tominaga, kepercayaan diri tinggi itu didapatkan selama setahun berada di Amerika Serikat. ”Saya bermain di level bola basket tinggi. Di sana saya mendapatkan banyak pelajaran tentang mental, kemampuan bermain, dan segala yang dibutuhkan untuk berkembang,” ujarnya.
Pemain kelahiran Nagoya itu bermain untuk Universitas Nebraska bersama tim Cornhuskers. Dia mencuri banyak pengalaman berharga tampil di Big Ten Conference yang masuk bagian NCAA Divisi I atau level tertinggi kompetisi bola basket AS.
Di musim pertama bersama Nebraska, dia bermain sebanyak 30 kali. Tominaga mencatat rerata 5,7 poin dengan akurasi tiga angka mencapai 33 pesen. Angka itu terbilang kurang spesial. Namun, penampilan spesial di Piala Asia mungkin akan menjadi titik balik dari kariernya.
Tominaga, seperti sang idola, ingin tampil di NBA. Dia masih punya waktu untuk menggapai mimpi itu. Curry yang memiliki tinggi badan sama seperti Tominaga juga baru masuk NBA pada usia 21 tahun. Sang bintang muda Jepang pun belum terlalu terlambat mengejar cita-citanya. ”Saya akan kembali ke AS dan menjadi lebih baik lagi dari saat ini,” ucapnya.