Juara nomor estafet tak hanya ditentukan kecepatan setiap atlet saat lari. Peralihan tongkat, yang berlangsung kurang dari dua detik dalam setiap momen, menentukan pula hasil persaingan secara keseluruhan.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
EUGENE, SABTU—Diperkuat sprinter dengan reputasi juara dunia dan para peraih medali Kejuaraan Dunia Atletik 2022, tim Amerika Serikat menjadi satu-satunya favorit juara dalam nomor lari estafet 4 x 100 meter putra. Namun, kerja sama cemerlang yang diperlihatkan para sprinter Kanada membuat tim putra AS gagal berpesta di rumah sendiri.
Momen itu diperlihatkan Andre de Grasse dan kawan-kawan saat berlomba di University of Oregon Hayward Field di Eugene, Oregon, AS, Sabtu (23/7/2022) malam atau Minggu siang WIB. Meski kalah reputasi dari tim AS dengan Noah Lyles (juara dunia 200m), Christian Coleman (juara dunia 100m 2019), dan Marvin Bracy (peraih perak 100m), tim Kanada bisa mencapai finis lebih dulu.
Kanada menjadi juara dunia estafet 4 x 100m putra dengan waktu 37,48 detik, yang menjadi waktu terbaik di dunia nomor itu tahun ini. Catatan waktu tersebut masih lebih lambat dibandingkan dengan rekor dunia (36,84 detik) dan rekor Kejuaraan Dunia (37,04 detik) milik Jamaika. Tahun ini, Jamaikayang tak lagi memiliki sprinterterbaik putra hanya berada di posisi keempat.
Namun, waktu yang dibuat tim Kanada itu cukup untuk mengungguli Lyles dan kawan-kawan, yang tampil di hadapan publik sendiri. Dengan urutan pelari Coleman, Lyles, Elijah Hall, dan Bracy, AS mendapat medali perak dengan waktu 37,55 detik. Inggris finis di posisi ketiga dengan 37,83 detik.
Kanada unggul atas AS tak hanya berkat De Grasse yang berlari lebih cepat (8,79 detik) dibandingkan dengan pelari keempat dari AS, Bracy (8,95 detik). Dengan kecepatan itu, De Grasse membuat Kanada unggul, melampaui AS sebagai tim terdepan hingga pelari ketiga.
Selain De Grasse, yang berlari paling cepat di timnya, sukses Kanada ditentukan kerja sama yang baik dalam peralihan tongkat dari setiap pelari. Tiga kali perpindahan tongkat, tim Kanada hanya membutuhkan total waktu 5,61 detik.
Adapun pelariAS selalu lebih lambat dalam memindahkan tongkat, yaitu dengan total waktu 5,87 detik, termasuk pada fase genting dari Hall ke Bracy.
Bracy tak bisa menggenggam tongkat pada kesempatan pertama sehingga harus berusaha mendapatkannya lagi pada momen kedua sambil memutarkan badan. Aksi ini membuat Hall terjatuh meski tongkat akhirnya bisa didapat Bracy. Perbedaan 0,21 detikdalam perpindahan tongkat itulah yang akhirnya berpengaruh pada posisi akhir Kanada dan AS.
Tim putra AS memang dikenal kerap memiliki kendala dalam peralihan tongkat, yang latihannya seringkali baru dilakukan menjelang lomba. Kegagalan dalam momen tersebut membuat mereka gagal mendapat medali dalam empat Olimpiade terakhir. Medali terakhir didapat tim estafet putra AS dari Athena 2004, yaitu berupa perak.
”Kami memang harus memperbaiki teknik peralihan tongkat, terutama saya. Hal itu berdampak pada lomba. Namun, kami tetap bisa mendapat medali dan akan mendapat emas pada kesempatan lain,” komentar Bracy dalam laman resmi kejuaraan.
Tim kami memiliki ikatan. Sangat spesial bisa memenangi ini, apalagi setelah saya mengalami cedera dan terkena virus korona.
Hasil ini membuat Kanada menjadi juara dunia 4 x 100 m putra untuk pertama kalinya sejak gelar terakhir diperoleh dari Kejuaraan Dunia Atletik Athena 1997. Adapun bagi De Grasse, hasil itu memberinya kelegaan karena menjadi emas pertamanya dari Kejuaraan Dunia.
Selama ini, hasil terbaik peraih emas 200m Olimpiade Tokyo 2020 itu dalam Kejuaraan Dunia adalah menempati peringkat kedua 200 m di Doha 2019. Di Eugene, De Grasse gagal lolos ke final 100m dan batal tampil dalam 200m.
”Tim kami memiliki ikatan. Sangat spesial bisa memenangi ini, apalagi setelah saya mengalami cedera dan terkena virus korona,” ujar De Grasse yang terinfeksi Covid-19 untuk kedua kalinya, kurang dari sebulan lalu.
Pada estafet 4 x 100m putri, kendala pengalihan tongkat juga dialami tim bertabur bintangJamaika sehingga kalah dari AS yang mengandalkan pelari kurang berpengalaman dalam ajang besar. Jamaika diperkuat Shelly-Ann Fraser-Pryce (juara dunia 100m), Shericka Jackson (juara dunia 200m), dan Elaine Thompson-Herah (peraih emas 100 m dan 200m Olimpiade Tokyo 2020). Adapun pelari terbaik AS adalah Twanisha Terry, dengan prestasi tertinggi meraih perak 100m Kejuaraan Dunia U-20 2018 di Tampere, Finlandia.
Namun, tim tanpa bintang ini justru finis tercepat dengan waktu 41,14 detik, lebih cepat 0,04 detik dari Jamaika. Medali perunggu didapat Jerman dengan waktu 42,03 detik.
Seperti tim putra Kanada, emas putri AS didapat berkat peralihan tongkat yang lebih baik daripada tim lain, termasuk Jamaika. Peralihan dari pelari pertama Kemba Nelson ke pelari keduaThompson-Herah berlangsung lebih lambat daripada AS. Hal ini berdampak hingga akhir lomba meski Fraser-Pryce dan Jackson, sebagai dua pelari terakhir, melaju lebih kencang daripadadua pelari AS, Jenna Prandini dan Terry.
Emas lompatan pertama
Dari lompat jangkit putra, atlet Portugal, Pedro Pichardo, memastikan mendapat medali emas dari lompatan pertama. Dia langsung menetapkan standar tinggi, yaitu 17,95 meter, ketika persaingan nomor tersebut baru berlangsung lima menit. Pichardo tampil kedua setelah atlet China, Yaming Zhu, melompat sejauh 17,31 meter.
Lompatan Picardo akhirnya tak bisa dilampaui atlet lain, jugaoleh dirinya sendiri dalam tiga lompatan lain. Peraih perak, Hugues Fabrice Zango, juga membuat lompatan terbaik dari kesempatan pertama, yaitu 17,55 meter. Adapun lompatan pertama Zhu juga menghasilkan medali perunggu.
”Sejak sebelum lomba, saya sangat fokus untuk membuka penampilan dengan sangat baik. Target saya sebenarnya mencapai 18 meter. Hal itu tak tercapai, tetapi saya tetap senang,” kata Picardo. (REUTERS)