Permainan tanpa celah mengantarkan tim Australia ke final Piala Asia FIBA untuk kali kedua beruntun. Sang juara bertahan tampil terlalu sempurna untuk sang lawan, Selandia Baru.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim juara bertahan Australia melaju ke final Piala Asia 2022 tanpa kesulitan berarti. Dengan kemampuan bermain di level tertinggi yang dimiliki seluruh pemainnya, mereka selalu mampu melewati krisis di sepanjang turnamen. ”The Boomers” terlalu sempurna untuk para lawan.
Australia kembali mempertontonkan kesempurnaan itu saat menaklukkan Selandia Baru, 85-76, dalam semifinal di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (23/7/2022). Center andalannya, Thon Maker, tampil memukau lewat sumbangan 18 poin dan 9 rebound.
”Kedua tim bermain keras dengan spirit luar biasa. Namun, kami bisa lebih baik pada akhir permainan. Rasanya luar biasa bisa masuk ke final lagi. Kami selalu fokus dari satu laga ke satu laga,” ucap Pelatih Australia Michael Kelly.
Kunci kemenangan Australia dalam pertarungan sesama tim Oceania itu adalah permainan efisien yang minim kesalahan. Efisiensi itu menjadi pembeda kedua tim yang punya kemiripan gaya bermain itu.
Mereka sama-sama ingin melukai lawan dengan menyerang ke area dalam. Setelah lawan tertarik ke area dalam, mereka mencari poin lewat lemparan tiga angka. Australia hanya unggul tipis, 40-36, dalam poin di area berwarna serta hanya sekali lebih banyak memasukkan tiga angka ketimbang lawan.
Namun, perbedaan jumlah turnover (kehilangan penguasaan bola) membuat Australia unggul. Mereka hanya membuat 5 kali turnover, sedangkan Selandia Baru 14 kali turnover. Jumlah turnover lawannya itu lantas dimanfaatkan Maker dan rekan-rekan menjadi 18 poin.
Permainan tanpa celah itu sudah diperlihatkan sepanjang turnamen. The Boomers merupakan pencetak turnover terendah sebelum laga semifinal, yaitu rerata 6,3 kali. ”Pemain saya membuka ruang dengan baik. Mereka juga berhati-hati menjaga bola itu,” ujar Kelly.
Australia sempat mengalami momen kritis pada 4 menit terakhir. Mereka hanya unggul 2 poin, 75-73, setelah sempat unggul 12 poin pada awal kuarter keempat. Selandia Baru sempat bangkit melalui center Sam Timmins yang mencetak 10 poin di kuarter itu. Kelly pun langsung mengambil time-out.
Setelah time-out, The Boomers langsung unggul 8 poin berkat dua kali lemparan tiga angka beruntun dari Maker dan William McDowell-White. Perubahan untuk keluar dari momen kritis menjadi kelebihan dari tim peringkat ketiga dunia tersebut. Para pemainnya bisa dengan cepat menerjemahkan apa yang diinginkan pelatih.
Kedalaman skuad mereka juga istimewa. Kemarin, Australia merotasi 10 pemain dengan waktu bermain yang nyaris merata. Kelly juga sering memainkan formasi ”bola kecil” tanpa dua pemain besar, Maker dan Samson Froling, untuk mengimbangi kecepatan lawan.
Di final, Australia akan ditantang tim ’kuda hitam’, Lebanon. Lebanon lolos ke final seusai menang dramatis, 86-85, atas Jordania.
Rotasi itu pula yang membuat pemain Australia tetap bugar dan tidak ceroboh dalam penguasan bola. Selain Maker, tiga pemain lain juga menciptakan dua digit angka. Mereka adalah White (15 poin), Tyrese Proctor (13 poin), dan Mitchell McCarron (13 poin).
Skuad Australia, dengan rerata usia 24 tahun, terbilang muda. Namun, mereka sudah berada di level tertinggi karena sistem kompetisi dan pembinaan terstruktur di negaranya. Mereka pun tidak pernah kalah dalam 11 laga beruntun, sejak Piala Asia 2017.
”Kami juga bermain di tim nasional dalam sebuah kultur yang menyatukan kami, pemain muda yang ingin memanfaatkan kesempatan besar membela negara,” kata White.
Meskipun kalah, Pelatih Selandia Baru Pero Cameron memuji perjuangan pasukannya. Menurut dia, mereka sudah sangat luar biasa bisa menembus semifinal, apalagi salah satu pemain andalannya, Sam Mennenga, absen akibat cedera.
”Laga yang berat untuk kami. Kami seharusnya bisa lebih baik dari ini. Namun, saya tetap bangga dengan tim muda ini. Mereka mencoba tetap kompetitif meskipun kami tertinggal nyaris sepanjang laga,” ujar Cameron.
Selandia Baru bisa memberikan perlawanan lewat Jordan Hunt (16 poin), Timmins (16 poin), dan Flynn Cameron (15 poin). Tidak ada satu pun dari ketiga pemain itu yang berusia lebih dari 25 tahun.
Di final, Australia akan ditantang tim ”kuda hitam” Lebanon. Lebanon lolos ke final seusai menang dramatis, 86-85, atas Jordania. Australia dan Lebanon merupakan tim yang belum terkalahkan sejak babak penyisihan grup turnamen itu.
Lebanon menang berkat penampilan istimewa dari guard andalan, Wael Arakji, yang menyumbang 25 poin. Calon kuat Most Valuable Player Piala Asia itu mencetak dua poin untuk membalikkan keadaan pada 11 detik terakhir, yaitu dari skor 84-85. Lebanon pun kembali ke final Piala Asia seusai menanti 15 tahun.
Laga final antara Australia dan Lebanon akan berlangsung di Istora pada Minggu (24/7/2022) pukul 20.00 WIB. Sebelum itu, laga perebutan peringkat ketiga Jordania melawan Selandia Baru akan digelar terlebih dulu, yaitu pukul 17.30 WIB.