Empat tim terbaik di Asia punya gaya berbeda untuk ditampilkan di semifinal. Tiket final sudah menanti dua tim pemenang.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Semifinal Piala Asia FIBA 2022 menghadirkan dua sisi kisah. Ada dua tim ”kuda hitam” Timur Tengah, Lebanon dan Jordania, yang lolos mengejutkan, sedangkan dua tim Oseania, Australia dan Selandia Baru, tetap menunjukkan dominasi mereka. Empat besar Asia ini bersinar dengan corak masing-masing.
Semifinal akan dibuka dengan pertarungan juara bertahan Australia lawan Selandia Baru di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (23/7/2022) pukul 17.30. Setelah itu, giliran Lebanon dan Jordania yang akan saling jegal untuk berebut satu tiket ke partai puncak.
”Turnamen ini sengit, sangat kompetitif. Seperti Lebanon, mereka punya point guard berbakat (Wael Arakji). Jordania yang bangkit setelah buzzer-beater lawan Taiwan. Juga Australia yang tampak menjanjikan. Mereka datang dengan gaya berbeda,” ucap Pelatih Kepala Selandia Baru Pero Cameron.
Selandia Baru, yang mengalahkan Korea Selatan di perempat final dengan 88-78, merupakan tim yang sangat dominan di area dalam. Mereka tidak pernah kalah dalam berebut bola pantul sejak awal turnamen, dengan mencatat rerata rebound 53 kali setiap laga. Tim asuhan Cameron mengombinasikan agresivitas dengan bakat pemain raksasa, seperti Sam Timmins (2,11 meter).
Berkat keunggulan rebound itu, mereka pun unggul dalam catatan poin dari kesempatan kedua penguasaan bola atau second chance point dengan rata-rata 16,6 poin. Sementara kecepatan transisi juga menjadikan Selandia Baru sangat berbahaya dalam serangan balik.
Australia akan menjadi lawan seimbang Selandia Baru di area dalam. Australia begitu tangguh di dekat keranjang dengan bakat pemain seperti Thon Maker (2,16 m) dan Samson Froling (2,12 m). Mereka juga tidak pernah kalah rebound sepanjang turnamen ini.
Namun, kelebihan terbesar di Australia adalah kecerdasan bermain di level tertinggi. Mereka tahu apa yang harus dilakukan saat bertahan dan menyerang. Detail seperti penempatan posisi, arah umpan, dan kapan harus menembak bisa dijalankan tanpa celah.
Terbukti, tim ”Negeri Kanguru” selalu menang lebih dari dua digit angka sejak babak grup. Maker dan rekan-rekan hanya melakukan rerata 6 kali turnover atau kehilangan penguasaan bola. Catatan itu memperlihatkan kesempurnaan eksekusi serangan mereka. Tidak ada semifinalis lain yang bisa mencatat jumlah turnover lebih sedikit dari itu.
Maker berkata, mereka tidak khawatir dengan siapa pun lawan Australia. Mantan pemain NBA ini hanya ingin timnya tidak lambat panas, seperti ketika tertinggal lebih dulu pada kuarter pertama dari Arab Saudi dan Indonesia di babak grup. ”Kami hanya perlu fokus pada diri sendiri. Setiap tim pasti bermain agresif melawan kami,” ujarnya.
Kedua tim Oceania ini sama-sama dianugerahi kedalaman skuad. Mereka pun bisa bermain kolektif, siapa pun pemain yang berada di lapangan. Australia dan Selandia Baru tidak pernah menurunkan pemainnya lebih dari 30 menit dalam setiap laga. Mereka juga selalu memberikan kesempatan kepada semua pemain cadangan.
Kuda hitam
Lebanon dan Jordania adalah dua tim yang tidak diduga bisa lolos empat besar. Jordania menaklukkan tim peraih gelar Piala Asia terbanyak dalam 15 tahun terakhir, Iran, sedangkan Lebanon menumbangkan China yang datang dengan dua mantan pemain NBA, Wang Zhelin dan Zhou Qi.
Turnamen ini sengit, sangat kompetitif. Seperti Lebanon, mereka punya point guard berbakat. Jordania yang bangkit setelah buzzer-beater lawan Taiwan. Juga Australia yang tampak menjanjikan.
Lebanon menjadi kejutan terbesar di turnamen ini. Mereka menjadi tim yang belum terkalahkan, selain Australia. Tim peringkat ke-54 dunia itu, terendah di antara para semifinalis, bisa dominan berkat penampilan spesial Arakji (27). Point guard itu bermain seperti versi kidal dari bintang NBA, Luka Doncic. Meskipun tidak eksplosif, permainannya elegan dan efektif.
Arakji merupakan pencetak poin terbanyak sementara dengan rerata 25,7 poin. Dia menghasilkan angka sebanyak itu dengan akurasi lemparan tinggi, 50,9 persen. Dia sering sekali mendribel bola sendiri ke area dalam, lalu menembak dari jarak menengah. Tembakan sudut tinggi itu, dengan satu lutut mengangkat, nyaris tidak mungkin diblok lawan.
Gravitasi Arakji membuka banyak ruang di lini tiga angka pertahanan lawan. Akurasi tiga angka Lebanon pun terdorong, mencapai 42,7 persen atau tertinggi di antara tim lain. Penembak seperti power forward Hayk Gyokchyan memanfaatkan celah itu dengan baik.
”Saya merasa lebih dewasa. Anda bukan sosok yang sama saat berusia 18 tahun dan 27 tahun. Anda akan lebih dewasa dari tahun ke tahun, belajar dari kesalahan. Itulah yang saya lakukan,” ucap Arakji yang hanya mengantar tuan rumah Lebanon sampai perempat final pada Piala Asia 2017.
Skuad Jordania akan sangat merepotkan Arakji. Mereka bisa dikatakan tim yang paling berani berduel fisik di turnamen ini. Mereka punya pemain yang berotot tebal, seperti guard naturalisasi Dar Tucker serta pemain berpengalaman Ahmad Al Dwairi dan Zaid Abbas.
Jordania membuktikan kekuatan fisik itu lagi ketika mengalahkan Iran. Mereka bisa merepotkan mantan pebasket NBA, Hamed Haddadi, yang pemain raksasa bertubuh setinggi 2,18 meter. Kekuatan itu membuat mereka sangat sulit ditembus lawan.
Belum lagi, Jordania sedang dalam kepercayaan diri tertinggi. Sebelumnya, mereka seperti terlahir kembali setelah mengalahkan Taiwan 98-97 di kualifikasi perempat final. Ketika itu, point guard Freddy Ibrahim mencetak tiga angka dari tengah lapangan untuk membalikkan keadaan di detik terakhir.
Pelatih Jordania Wesam Al-Sous berkata, lemparan kemenangan itu mengubah momentum anak asuhnya. ”Terutama Fredy. Dia bermain kurang baik sejak awal turnamen. Namun, dia telah mendapatkan kepercayaan diri itu. Setiap tim butuh permainan terbaik dari point guard mereka. Kami sudah memiliki itu,” ucap Al-Sous, yang masih menjadi pemain ketika Jordania terakhir kali lolos ke semifinal pada 2011.
Pertarungan di antara tim Timur Tengah ini akan sama-sama memperlihatkan rasa lapar keduanya. Jordania baru bisa masuk empat besar lagi setelah menanti 11 tahun, sedangkan Lebanon harus menanti sejak 2009 untuk bisa berada di titik ini lagi.