Chico Aura Dwi Wardoyo langsung tersisih pada laga babak pertama Singapura Terbuka. Kekalahan dari pemain Kanada, Brian Yang, dialami setelah Chico menjadi juara Malaysia Masters, akhir pekan lalu.
Oleh
JOHANES WASKITA UTAMA
·4 menit baca
SINGAPURA, RABU — Pengalaman baru menjadi juara turnamen BWF World Tour Super 500 pada Malaysia Masters, akhir pekan lalu, tidak mudah dijalani oleh Chico Aura Dwi Wardoyo. Tunggal putra berusia 24 tahun itu langsung tumbang pada babak pertama Singapura Terbuka.
Pada laga yang berlangsung di Stadion Indoor Singapura, Rabu (13/7/2022), Chico ditundukkan Brian Yang (Kanada), 12-21, 17-21. Pelatih tunggal putra Irwansyah yang mendampingi di Singapura mengatakan, anak asuhnya belum mampu keluar dari tekanan mental.
”Dia belum bisa menanggung tekanan yang demikian berat setelah juara. Permainannya menjadi tidak lepas, padahal dari awal saya minta dia rileks dan menikmati permainan,” ujar Irwansyah kepada Tim Humas dan Media PP PBSI.
Tekanan itu sudah terlihat sejak Chico melakukan pemanasan sebelum pertandingan. ”Ini pelajaran penting yang didapat Chico seusai juara di Malaysia Masters. Dia harus berusaha melepaskan beban mental juara secara perlahan-lahan,” kata Irwansyah.
Chico meraih prestasi terbaik dalam kariernya dengan menjadi juara Malaysia Masters, turnamen yang setingkat dengan Singapura Terbuka. Sukses itu diraihnya setelah mengalahkan lima pemain dengan peringkat lebih baik darinya, termasuk rekannya di pelatnas, Anthony Sinisuka Ginting yang dihadapi di perempat final. Pada laga final, Chico mengalahkan unggulan kedelapan asal Hong Kong, Angus Ng Ka Long, dalam dua gim langsung, 22-20, 21-15.
Kemenangan yang melonjakkan peringkat dunia Chico, dari posisi ke-45 menjadi urutan ke-34 itu membawa angin segar bagi prestasi tunggal putra Indonesia. Di sisi lain, membangun harapan untuk mengulang prestasi di Singapura. Tekanan untuk memenuhi ekspektasi tersebut yang menurut Irwansyah belum mampu dihadapi oleh pebulu tangkis berusia 24 tahun ini.
Hasil lebih baik diraih tunggal putra pelatnas lainnya, yakni Anthony dan Jonatan Christie. Anthony menang atas pemain Taiwan, Wang Tzu Wei, 21-19, 21-16. Adapun Jonatan, yang di Malaysia Masters pekan lalu dikalahkan Wang pada babak pertama, mampu mengungguli pemain senior India berusia 35 tahun, Kashyap Parupalli, 21-14, 21-15.
”Sejak awal saya yakin bisa mengatasi dia. Apalagi, dia kini sudah tidak muda lagi. Pada pertemuan pertama pada ajang Malaysia Masters 2015, saya juga hampir menang,” kata Jonatan.
Kemenangan ini mengantar Jonatan ke babak kedua untuk menghadapi pemain Jepang, Kodai Naraoka. Pertemuan ini menjadi yang kedua bagi kedua pemain, dengan Jonatan unggul pada pertemuan pertama di babak kedua Korea Terbuka 2022, April lalu. Pada turnamen itu, Jonatan melaju ke final sebelum disingkirkan pemain China, Weng Hongyang.
”Menghadapi pertemuan besok, tinggal menerapkan strategi dan pola permainan yang tepat saja. Saat di Korea lalu, shuttlecock-nya lambat, sedangkan di sini terasa lebih cepat,” kata Jojo.
Ini pelajaran penting yang didapat Chico seusai juara di Malaysia Masters. Dia harus berusaha melepaskan beban mental juara secara perlahan-lahan.
Adapun Anthony terus berupaya mengembalikan performa terbaiknya dengan bermain solid saat mengalahkan Wang. Di babak kedua, Anthony akan bertemu pemain Taiwan lainnya, Lin Chun Yi. Anthony mengatakan, akan lebih fokus mempersiapkan strategi, termasuk dengan mempelajari rekaman video pertandingan lawan.
”Ini biar ada gambaran besok mau main bagaimana, atau gambaran permainan lawan itu seperti apa. Nanti juga pasti ada diskusi dengan pelatih untuk memilih strategi yang tepat,” kata Anthony.
Para pemain pelatnas Cipayung lainnya juga lolos ke babak kedua. Permainan tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung dinilai terus membaik saat mengalahkan pemain Amerika Serikat, Lauren Lam, 21-16, 21-13. Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI yang juga pelatih tunggal putri Rionny Mainaky menyebut, Gregoria memperlihatkan kemajuan berarti setelah lolos hingga semifinal di Malaysia Masters.
Kemajuan itu tak hanya dari sisi teknis dan cara bermain, juga dari hal non-teknis yang selama ini menjadi hambatan juara dunia yunior 2017 itu, seperti kepercayaan diri dan semangat juang. ”Tadi yang saya lihat saat bertanding, faktor-faktor non-teknis yang selama ini kerap menghambat penampilan Gregoria di lapangan mulai hilang. Ini tentu hal yang positif,” kata Rionny.
Kemajuan ini diharapkan membuat Gregoria bisa tampil konsisten saat menghadapi pemain China peringkat ke-32 dunia, Zhang Yiman, pada babak kedua. ”Saya mencoba bermain lebih lepas saja. Saya ingin menampilkan yang terbaik, dan bermain seenak mungkin,” kata Gregoria.
Kemenangan juga diraih dua finalis ganda putra Malaysia Masters, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, serta ganda campuran Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari. Fajar/Ria mengungguli juara Indonesia Terbuka 2022, Liu Yuchen/Ou Xuanyi, 21-18, 21-15, sedangkan Hendra/Ahsan membalas kekalahan mereka pada final All England 2022 dari rekan yunior mereka, Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri, 21-17, 21-15.