Pogba, antara Cinta ”Si Nyonya Besar” dan Gaya Serie A Italia
Tidak semua orang mendapatkan kesempatan kedua untuk bangkit. Itu tidak berlaku bagi Paul Pogba. Bergabung kembali dengan Juventus adalah momen reinkarnasi bagi Pogba setelah dianggap gagal di Manchester United.
Setelah enam tahun, Paul Pogba pulang ke Juventus. Perjalanan karier yang lebih banyak mengalami masa-masa buruk nan rumit bersama Manchester United membuat pemain tim nasional Perancis itu mengambil keputusan ”aman” kembali ke dalam pelukan ”Si Nyonya Besar”.
Sebelum resmi dipulangkan Juve, Pogba dirumorkan mendapat tawaran dari Paris Saint-Germain dan Manchester City. Namun, di dua klub itu Pogba belum mendapat jaminan untuk dianggap sebagai pemain utama dan penting. Itu jelas berbeda jika ia pulang ke Juventus Arena, markas Juve.
Seperti dalam dua musim terakhirnya bersama Si Nyonya Besar pada periode 2014 hingga 2016, Pogba akan kembali bermain di bawah panduan Massimiliano Allegri. Tak bisa dimungkiri, Allegri adalah pelatih yang paling memahami Pogba baik di dalam maupun luar lapangan.
Kedekatan mereka berdua acap kali menjadi konten di Youtube dan media sosial Juve. Hal itu salah satunya terlihat ketika keduanya bermain bola basket dan beradu free throw di akhir sesi latihan Juve pada 2015.
Baca juga : Juventus, "Si Nyonya Besar" Pengagum Darah Senja
Allegri kerap melemparkan kata-kata kelakar yang membuat Pogba emosi dan terpancing untuk mengalahkan sang ”mister”. Meski berseteru dalam gim santai itu, Pogba juga berkali-kali tertawa untuk meledek Allegri.
Keakraban dengan juru taktik itu hilang ketika Pogba bergabung dengan MU di musim panas 2016. Sempat memulai hubungan baik dengan Jose Mourinho, Pogba selanjutnya gagal menjalin hubungan emosional di luar sekedar hubungan profesional dengan Ole Gunnar Solskjaer dan Ralf Rangnick.
Apalagi, di MU ia merasa tidak dilindungi oleh Solskjaer ataupun Rangnick dalam tiga musim terakhir yang amat buruk. Cemoohan hingga siulan yang diterima Pogba dari segelintir pendukung ”Setan Merah” harus diatasinya sendiri.
Itu jelas berbeda ketika ia pertama kali mengenakan nomor 10 yang keramat di Juve pada musim 2015-2016. Performa Pogba sempat memburuk karena memegang tanggung jawab besar menggunakan nomor punggung keramat. Kondisi itu tidak membuat Juve menganulir keputusan tersebut.
Baca juga: Cinta Lama Bersemi Kembali di Serie A
Sebaliknya, Juve mendampingi Pogba dengan seorang psikolog pribadi untuk membantunya melepaskan tekanan dengan bertambahnya tanggung jawab itu. Kemudian, sang psikolog menyarankan Pogba menuliskan ”+5” di nomor punggungnya itu demi seakan-akan ia tetap menggunakan nomor punggung ”6” yang menjadi favoritnya.
Alhasil, ia merasa terhormat ketika ribuan pendukung Juve menyambut kedatangannya di pusat latihan Juve di Vinovo, Turin, Minggu (10/7/2022). Kala itu Pogba hendak melakukan tes medis hingga penandatanganan kontrak sebelum resmi berseragam dan mengenakan kembali nomor 10 di Juve.
Cinta pendukung Juve dan Allegri membuat Pogba menjalani masa-masa terbaik dalam kariernya pada 2014-2015 dan 2015-2016. Sebanyak 90 laga yang dijalaninya di bawah asuhan Allegri, Pogba mencetak 20 gol dan 24 asis.
Dengan catatan itu, rerata Pogba menciptakan gol di setiap 4,5 pertandingan dan asis dicatatkan atas namanya setiap 3,75 laga. Itu adalah catatan terbaik Pogba di bawah asuhan seorang pelatih.
Baca juga: Kembalinya Nostalgia Persaingan Liga Italia 1990-an
Pogba mengakui komunikasinya dengan Allegri tidak terputus meskipun dirinya hijrah ke Inggris pada 2016. Sebelum menerima pinangan Juve untuk kedua kalinya, Pogba pun terlebih dahulu berbicara dengan Allegri.
Ia (Allegri) mengatakan kepada saya bahwa ia menginginkan saya kembali setelah enam tahun. Saya tahu klub dan budayanya, seperti yang saya katakan, hati saya mengatakan saya untuk kembali.
”Ia (Allegri) mengatakan kepada saya bahwa ia menginginkan saya kembali setelah enam tahun. Saya tahu klub dan budayanya, seperti yang saya katakan, hati saya mengatakan saya untuk kembali,” ujar Pogba dalam konferensi pers pengenalannya, Selasa (12/7/2022).
Tak ketinggalan, Allegri pun menyambut baik kepulangan Pogba. Menurut Allegri, Pogba tidak hanya penting bagi taktik, tetapi dirinya juga berharap kepemimpinan Pogba bisa dihadirkan di dalam skuad Juve.
”Paul tiba di waktu yang tepat dengan determinasi besar dan hasrat untuk balas dendam. Ia telah kembali ke rumahnya dan memiliki level teknik dan fisik yang berbeda,” kata Allegri.
Baca juga: Anomali Nasib Bintang Bebas
Pelengkap revolusi
Allegri jelas membutuhkan kehadiran Pogba untuk melengkapi revolusi yang tengah disusunnya setelah Juve gagal meraih trofi musim lalu. Sejak tiba di musim panas 2021, Allegri butuh meningkatkan lini tengah Juve yang kalah kualitas dibandingkan tim-tim terbaik di Italia dan Eropa lainnya saat ini.
Demi misi itu, ia tidak ingin seperti membeli kucing dalam karung. Allegri lebih suka mendatangkan pemain-pemain yang telah dipahaminya secara kualitas dan personal. Itu ditunjukkan Allegri dengan mengontrak Manuel Locatelli dari Sassuolo musim panas lalu.
Locatelli adalah pemain tim muda AC Milan yang telah lama dipantau Allegri ketika menangani ”Si Merah Hitam” pada periode 2010-2014. Namun, ia paham Locatelli tidak bisa menanggung beban sendirian untuk membenahi poros permainan Si Nyonya Besar.
Untuk itu, Allegri ngotot memulangkan Pogba. Pemain peraih trofi Piala Dunia 2018 bersama Perancis itu telah memiliki banyak pengalaman setelah meninggalkan Italia, 2016, termasuk rutin bermain untuk ”Les Bleus” di Piala Dunia dan Piala Eropa.
Baca juga: Chiellini Pergi Membawa Kehormatan Juventus
Secara umum, permainan Pogba juga cocok dengan strategi Allegri yang lebih menyukai permainan kombinasi operan pendek dan panjang serta teknik individu. Itu yang menjadi ciri khas gaya sepak bola Italia yang membuat Pogba bertranformasi dari pemain muda menjadi gelandang kelas dunia.
Cara permainan itu juga yang diterapkan Didier Deschamps bersama timnas Perancis sehingga jasa Pogba lebih terasa berharga.
Itu terlihat dari rerata akurasi umpan Pogba yang meningkat bersama Perancis dibandingkan MU selama 2021-2022. Pogba rerata mencatatkan akurasi operan 88 persen dengan rerata 69,5 operan per laga bersama timnas. Catatan itu menurun menjadi 83,5 akurasi operan dan rerata 43,9 operan per laga di MU.
Kebebasan peran di lini tengah di Perancis juga ditampilkan dengan rerata 2,3 dribel dan 2 operan kunci per laga. Adapun bersama MU di musim lalu, Pogba hanya mencatatkan 2 dribel dan 1,2 operan kunci per pertandingan.
Baca juga: Inter Milan Akhiri Kedigdayaan Juventus
Di musim terakhir bersama Juve, Pogba mencatatkan 46,9 operan per laga dengan tingkat akurasi 85,7 persen. Selain itu, Pogba mencatatkan 75 persen dribel sukses di masa akhir periode pertamanya bermain untuk Si Nyonya Besar.
Deschamps pun menjadi salah satu pihak yang setuju Pogba meninggalkan MU di musim panas ini. Menurut dia, kualitas Pogba sebagai gelandang yang komplet tidak terlihat di MU.
Meski bermain buruk di Inggris, kata Deschamps, kualitas Pogba tetap terjaga bersama Perancis. Mantan gelandang Juve itu mengungkapkan, Pogba bermain dengan suasana tim dan taktik yang mendukungnya untuk memegang peranan penting.
”Pogba perlu mengubah lingkungan permainannya di musim panas ini,” tutur Deschamps, Mei lalu.
Seperti kata Allegri, Pogba datang dengan misi pembuktian diri atas performa buruk di MU. Itu juga yang sempat dirasakan Pogba ketika gagal promosi dari tim muda MU sehingga memotivasinya untuk tampil cemerlang bersama Juve ketika tiba di Turin pada usia 19 tahun, satu dekade lalu.
Baca juga: Tekad Pamungkas Dua Ikon Juventus
Kini, Pogba telah berusia 29 tahun. Ia tidak lagi datang ke Juve untuk menyerap ilmu dari pemain senior, seperti Andrea Pirlo, Claudio Marchisio, atau Arturo Vidal.
Justru Pogba adalah role model yang akan memimpin Juve di tengah program regenerasi yang tengah diusung Allegri. Ia akan memimpin lini tengah Juve dan membantu pemain muda, seperti Weston McKennie, Nicolo Fagioli, Fabio Miretti, Nicolo Rovella, dan Filippo Ranocchia, untuk mencapai kualitas terbaik demi berjibaku mengejar trofi, terutama scudetto yang lepas dalam dua musim terakhir.
Mampukah Pogba memenuhi ekspektasi itu? Hanya waktu yang akan menjawab. Namun, setidaknya ia datang dengan mentalitas pemenang yang dibutuhkan Si Nyonya Besar.
”Target utama adalah menenangi Serie A. Juve tidak memenangi gelar musim lalu jadi kami lapar kemenangan,” ujarnya. (AFP)