Sukses Chico Aura Dwi Wardoyo memenangi final Malaysia Masters membawa angin segar di tengah keringnya prestasi tunggal putra bulu tangkis Indonesia. Chico punya modal untuk meraih prestasi lebih tinggi.
Oleh
JOHANES WASKITA UTAMA
·4 menit baca
KUALA LUMPUR, MINGGU — Setelah cukup lama berstatus pemain pelapis di pelatnas bulu tangkis PBSI, Chico Aura Dwi Wardoyo memperlihatkan dirinya siap menerima tongkat estafet prestasi tunggal putra Indonesia. Pemain kelahiran Jayapura, Papua, 15 Juni 1998, ini membuktikannya dengan meraih gelar juara turnamen Malaysia Masters, di Axiata Arena, Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (10/7/2022).
Pada laga final turnamen berlevel BWF World Tour Super 500 ini, Chico mengungguli unggulan kedelapan asal Hong Kong, Angus Ng Ka Long, 22-20, 21-15. Podium tertinggi ini diperoleh Chico meski tampil di babak utama dengan status promosi dari babak kualifikasi. Dia menggantikan posisi unggulan ketiga asal Denmark, Anders Antonsen, yang mundur karena cedera.
”Saya senang dan bangga bisa meraih gelar pertama di turnamen Super 500. Saya tidak menyangka bisa juara di sini, tetapi hasil ini berkat persiapan saya yang cukup baik jelang turnamen ini,” ungkap Chico pada tim Humas dan Media PP PBSI.
Di pelatnas Cipayung, selama ini Chico berstatus tunggal putra nomor empat setelah tiga pemain utama, yakni Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, dan Shesar Hiren Rhustavito. Atlet berusia 24 tahun ini mengawali tahun 2022 di peringkat 54 dunia, dan merangkak naik ke posisi ke-45 sebelum turnamen Malaysia Masters dimulai.
Dengan peringkat di luar 32 besar dunia, sulit bagi Chico untuk bisa bersaing pada babak utama turnamen yang termasuk level Super 500 ke atas. Dia hanya bisa tampil di babak utama melalui babak kualifikasi, seperti pada turnamen Daihatsu Indonesia Masters Super 500, Juni, atau masuk daftar tunggu menggantikan pemain yang mundur, seperti saat tampil di Malaysia Terbuka Super 750, pekan lalu.
Saat kesempatan itu kembali terbuka di Malaysia Masters, Chico tak melewatkannya. Dia tampil menawan mengalahkan lawan berperingkat lebih tinggi dalam perjalanan ke tangga juara. Sejak babak pertama berturut-turut dia mengalahkan Lee Cheuk Yiu (peringkat ke-15 dunia), Kantaphon Wangcharoen (23), Anthony (6), Lu Guangzu (25), dan Ng Ka Long (13).
Stamina Chico teruji lewat empat laga awal yang berakhir dengan rubber game, selain final yang dimenanginya dalam dua gim langsung. Komentator bulu tangkis Gillian Clark menyebut Chico memiliki variasi serangan yang baik, berupa smes keras atau drop shot menyilang, pukulan net yang tipis, cegatan di depan net, hingga melayani adu drive yang cepat dan datar.
Bahkan, angka penentu kemenangan di final diperoleh lewat pukulan net yang mematikan. Pukulan dari Ng Ka Long membuat kok bergulir di bibir net dan jatuh nyaris menempel pada net. Di luar dugaan, Chico mampu menjangkaunya dan mengembalikan dengan pukulan net menyilang ke sisi lain lapangan, yang tidak diduga oleh Ng Ka Long.
Chico pun bersujud di lapangan, sebelum menyalami lawannya, dan memeluk pelatih Irwansyah yang mendampinginya di tepi lapangan.
”Sedikit tegang saat masuk lapangan, tapi alhamdulillah saya bisa mengatasinya, untuk bermain enjoy dan rileks di lapangan. Di gim pertama poinnya rapat, saya fokus poin demi poin dan konsisten dengan pola main. Di gim kedua, lawan sepertinya tidak enak dengan kondisi menang angin, jadi saya manfaatkan kesempatan itu,” ujar Chico.
Salah satu kemajuan Chico adalah pertahanannya yang semakin kuat. Dia lebih ulet untuk mengembalikan kok, seperti diakui Anthony yang dikalahkannya di perempat final dengan 21-11, 16-21, 17-21.
Saya senang dan bangga bisa meraih gelar pertama di turnamen Super 500. Saya tidak menyangka bisa juara di sini, tetapi hasil ini berkat persiapan saya yang cukup baik jelang turnamen ini.
”Pada gim kedua, saya masih berpikir seperti gim pertama yang mudah dapat poin, padahal dia sudah bermain lepas. Kalau di gim pertama smes saya bisa langsung dapat poin, di gim kedua dia bisa terus mengembalikan, jadi saya terburu-buru malah mati sendiri,” kata Anthony.
Kemenangan ini menjadi bekal Chico menghadapi turnamen berikutnya. Pada Singapura Terbuka yang berlangsung 12-17 Juli, dia kembali tampil dari babak kualifikasi dengan menjadi unggulan kedua.
”Saya berharap ini menjadi bentuk tambahan kepercayaan diri menuju turnamen selanjutnya. Saya ingin lebih menikmati setiap permainan,” ujarnya.
Lebih baik
Setelah meraih satu gelar dari ganda putri dan runner-up ganda putra pada Malaysia Terbuka pekan lalu, para pemain Indonesia tampil lebih baik di Malaysia Masters dengan meraih dua gelar dan dua runner-up. Gelar juara lainnya diraih ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, yang mengungguli rekan senior mereka, Hendra Setiawan/Muhammad Ahsan, 21-12. 21-19.
Sukses ini menjadi gelar ketiga Fajar/Rian tahun ini dari enam kali lolos ke final. ”Senang dan bangga, bukan hanya karena juara, tetapi menang dari rekan senior yang sangat berpengalaman. Walau dapat tiga gelar dan tiga runner-up, kami tidak mau cepat puas karena masih banyak turnamen yang dihadapi, salah satunya Kejuaraan Dunia,” kata Rian.
Di ganda campuran, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari dihentikan pasangan terbaik dunia, Zheng Siwei/Huang Yaqiong, 17-21, 12-21. ”Jangan pernah pesimistis dengan ganda campuran (Indonesia), karena kami selalu meningkatkan kemampuan, memberikan yang terbaik, dan menikmati prosesnya,” ujar Rinov.
China meraih satu gelar lain dari ganda putri nomor satu dunia, Chen Qingchen/Jia Yifan. Adapun Korea Selatan merebut satu gelar lewat tunggal putri An Se-young, yang mengungguli pemain China Chen Yufei, 21-17, 21-5.