Strategi Pangan Pebalap Sepeda Tour de France
Selain disiplin berlatih, urusan perut merupakan hal esensial bagi para atlet balap sepeda Tour de France. Prestasi gemilang mustahil digapai tanpa pengelolaan asupan nutrisi yang terukur.
Selain disiplin berlatih, urusan perut merupakan hal esensial bagi para atlet balap sepeda Tour de France. Prestasi gemilang mustahil digapai tanpa pengelolaan asupan nutrisi yang terukur. Sebab, asupan makanan dan gizi yang baik akan membantu mereka dalam menaklukkan arena kompetisi.
Saat menyaksikan lomba balap sepeda di televisi, sebagian mungkin beranggapan bahwa bersepeda itu mudah. Cukup mengayuh kedua pedal, mengejar rombongan pebalap lainnya, dan ditentukan sang juara. Padahal, tidak sesimpel itu. Di baliknya, ada proses yang harus dilalui, seperti latihan rutin, disiplin istirahat, dan pengaturan pola makan. Bahkan, sesudah pertandingan, mereka masih bergelut untuk memulihkan diri.
Dalam lomba balap sepeda terbesar di dunia, Tour de France (TdF) 2022, ada 176 pebalap sepeda profesional dari sejumlah negara. Kebutuhan nutrisi dan jenis makanan para pebalap sepeda diatur amat ketat. Setiap pebalap memiliki tim ahli nutrisi yang bertugas untuk mengatur jenis dan asupan gizi. Semua dipersiapkan sebaik mungkin untuk menunjang performa mereka.
Lomba yang berlangsung pada 1 Juli-24 Juli 2022 ini memiliki jalur lintasan sepanjang 3.349,8 kilometer yang melalui empat negara, yakni Denmark, Belgia, Swiss, dan Perancis. Jalur terbagi dalam 21 etape, yaitu 6 etape lintasan datar, berbukit (7 etape) dan pegunungan (6 etape).
Medan yang dilalui atlet dalam TdF 2022 amat menantang, maka urusan perut tak boleh dipandang sebelah mata. Asupan makanan diibaratkan sebagai ”bensin” yang akan menjadi bahan bakar bagi mesin tubuh selama perlombaan. Jika tidak tertangani dengan benar, bisa berdampak serius terhadap penampilan sang atlet.
”Kami menyesuaikan makanan dengan kebutuhan. Tidak hanya untuk etape, tetapi juga kebutuhan setiap individu,” ucap Stephanie Scheirlynck, ahli gizi tim balap sepeda Trek-Segafredo, kepada Cyclingweekly.
Scheirlynck mengatur jenis sarapan para pebalap sepeda berdasarkan peran tugas saat pertandingan dan medan etape yang akan dilalui. Ia mencontohkan, pesepeda yang melalui lintasan pegunungan lebih banyak mengonsumsi karbohidrat dan rendah serat saat sarapan. Energi banyak diambil dari pembakaran karbohidrat di dalam tubuh, sementara makanan rendah serat dipilih untuk menghindari retensi cairan.
Ahli gizi olahraga senior di PowerBar, Corinne Mäder, seperti ditulis Cyclingweekly, menyebutkan, rata-rata pebalap sepeda perlu mengonsumsi 5.000 kalori per tahapan (etape) di TdF. Poinnya bukan pada pemenuhan kalori saja, tetapi cara mengelola nafsu makan dan menu selama berminggu-minggu supaya mereka tidak jenuh. Misalnya, menggeser konsumsi salad dan sayur secara langsung ke dalam bentuk jus dengan penambahan bubuk karbohidrat.
”Makanan padat nutrisi diperlukan untuk menghilangkan volume yang besar. Ini memudahkan pebalap sepeda menjaga keseimbangan energi dan mendapatkan nutrisi yang cukup,” ujar Mäder.
Balap sepeda termasuk dalam kategori olahraga berat yang membutuhkan ketahanan (endurance). Disiplin pola makan yang telah mereka lalui jauh hari akan berpengaruh saat balapan berlangsung. Budaya konsumsi sayuran dan buah sebagai sumber serat dan lemak yang sehat diterapkan oleh tim balap sepeda Trek-Segafredo secara rutin. Terlebih untuk menunjang performa selama tiga minggu berlomba di TdF.
Selama ini, sebagian orang beranggapan bahwa sumber energi para atlet diperoleh dari konsumsi protein hewani saja, seperti daging merah, ayam, dan telur. Padahal, tidak demikian. Sebuah film dokumenter berjudul The Game Changers menampilkan fakta lapangan bahwa pola makan yang dilakukan para atlet amat berpengaruh terhadap performa saat bertanding. Dalam hal ini, pola makan nabati sangat dianjurkan.
Atlet yang menjalani pola makan nabati (plant-based diet) memiliki metabolisme dan ketahanan yang lebih baik dibandingkan mereka yang konsumsi protein hewani. James Loomis, mantan tim dokter klub St Louis Rams, dalam dokumenter itu, mengatakan, sumber energi utama yang digunakan saat latihan fisik berasal dari karbohidrat yang disimpan dalam bentuk glikogen di otot.
”Jika mengorbankan kalori karbohidrat untuk protein dalam makanan, tubuh akan mengalami deplesi karbohidrat atau glikogen yang benar-benar kronis. Hal itu mengarah pada kelelahan kronis dan kehilangan stamina,” ucapnya dalam dokumenter tersebut.
Perbekalan
Kebutuhan nutrisi dalam lomba balap sepeda berbeda dengan mereka yang bersepeda keliling kota dengan durasi singkat. Setiap atlet memiliki kebutuhan yang berbeda pada etape yang dilaluinya. Untuk menghadapi beban yang berat, atlet elite membutuhkan bekal yang mengandung sejumlah nutrisi, seperti karbohidrat kompleks (serat dan pati).
Dalam The Conversation, John Eric Goff, dosen dan ahli bidang fisika olahraga di Universitas Lynchburg, menuliskan pendapatnya terkait jumlah kalori yang dibakar oleh para pebalap sepeda TdF. Dia membuat sebuah analisis berdasarkan data yang dikumpulkan, untuk memperkirakan jumlah makanan yang dibutuhkan pesepeda untuk menang dalam TdF.
”Tidak banyak elite yang bisa menyelesaikan setiap etape Tour de France dalam hitungan jam. Kekuatan besar ini didapat dari makanan yang mereka makan,” tulisnya.
Menurut dia, selama balapan TdF, setidaknya 120.000 kalori atau rata-rata 6.000 kalori pada setiap etape, dibakar oleh pebalap sepeda yang berhasil menuntaskan 21 etape. Sementara, jumlah kalori yang dibakar pada lintasan pegunungan sekitar 8.000 kalori. Artinya, mereka harus membayar kehilangan energi itu dengan makanan yang bergizi dan tidak memerlukan energi tambahan dalam menyantapnya.
Ia mencontohkan Tadej Pogačar, juara dalam Tour de France 2021 dan 2020, yang memiliki berat badan sekitar 66 kilogram. ”Pebalap sepeda Tour de France tak punya banyak lemak untuk dibakar menjadi energi. Mereka harus memasukkan makanan ke dalam tubuh mereka terus-menerus sehingga dihasilkan energi yang terlihat seperti manusia super,” tulisnya.
Dalam pertandingan, pebalap sepeda akan menerima sebuah tas (musette bag) berisi bekal amunisi dari tim ahli nutrisi yang diberikan pada titik tertentu. Dalam kantong itu, ada beragam makanan dan minuman, seperti snack bar, kue beras, roti selai buah, jel, isotonik, coke, kopi, air mineral, atau minuman berenergi (energy drinks).
Mengapa ada coke dan kopi? Keduanya mengandung kafein yang berperan sebagai stimulan untuk meningkatkan performa, konsentrasi, dan kewaspadaan para atlet. Bahkan, mereka juga mengonsumsi kafein beberapa menit sebelum pertandingan untuk mendapatkan manfaatnya saat bertanding.
Saat melintasi medan yang sulit, minuman berenergi dan gel menjadi pilihan jitu. Keduanya diminum untuk menambah energi saat bertanding dalam durasi lama dan berat.
Perbekalan roti isi selai dan kue beras, yang mengandung karbohidrat dan rendah serat, disantap ketika melalui jalur panjang. Snack bar dipilih saat melalui lintasan datar dan tidak terlalu intens.
Bagi atlet balap sepeda, asupan karbohidrat sangat penting selama pertandingan berlangsung. Studi berjudul ”The Tour de France: A Physiological Review” (2003) menganalisis beberapa studi terkait penerapan dari ilmu-ilmu fisiologis olahraga pada TdF, yakni sejarah asupan nutrisi dan hidrasi, serta penggunaan doping pada TdF.
Penelitian tentang pengaruh baik dari konsumsi karbohidrat dilaporkan pertama kalinya pada tahun 1930. Kala itu, para atlet belum menyadari pentingnya memenuhi kebutuhan karbohidrat sebagai sumber energi. Ketidaktahuan itu berdampak pada munculnya fenomena gejala neurologis yang banyak dialami oleh pebalap sepeda.
Seiring meningkatnya intensitas olahraga, karbohidrat lebih banyak digunakan ketimbang komponen lainnya. Bahkan, dalam durasi lama dan intens, karbohidrat menjadi sumber energi satu-satunya. Oleh sebab itu, penting untuk memperhatikan asupan karbohidrat selama pertandingan dan latihan.
Latihan fisik yang intens harus diimbangi dengan asupan nutrisi yang tepat. Ini berhubungan dengan proses pemulihan mereka setelah pertandingan agar lekas tercapai. Pemberian jenis dan jumlah porsi yang diberikan menyesuaikan dengan kebutuhan setiap atlet.
Seusai pertandingan, asupan protein harus segera diberikan kepada pebalap sepeda untuk memperbaiki sel-sel yang rusak selama pertandingan. Asupan protein yang diberikan oleh tim nutrisi untuk para atlet berupa protein shake atau jus buah yang ditambahkan dengan bubuk protein. Konsumsi protein tak boleh berlebihan karena berpotensi menimbulkan dehidrasi pada atlet.
Selain protein, asupan karbohidrat dan cairan elektrolit turut diberikan untuk menggantikan komponen yang hilang. ”Minuman probiotik juga digunakan untuk membantu fungsi kekebalan tubuh karena tubuh pebalap sepeda secara alami akan mengalami banyak stres,” ucap Pete Slater, co-founder OTE Sports, kepada Cyclingweekly.
Jendela pemulihan atau golden window merupakan momen yang penting bagi tubuh untuk menyerap segala nutrisi secara maksimal seusai latihan atau pertandingan. Nutrisi yang masuk ke tubuh diupayakan yang terbaik sehingga proses pemulihan bisa cepat.
Pada akhirnya, penampilan atlet yang memukau di lapangan merupakan buah manis dari disiplin diri yang telah dilakukan sebelumnya. Prosesnya tidak singkat.
Dalam membentuk stamina dan ketahanan fisik yang kuat harus didukung dengan makanan yang bergizi. Pengaturan asupan nutrisi ini diperhatikan sejak masa latihan, sebelum pertandingan, saat pertandingan, hingga seusai pertandingan.