Wimbledon tak hanya menyajikan persaingan petenis-petenis top dunia. Grand Slam prestisius ini juga memiliki dongeng dari petenis kelas menengah dan bawah.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Ajang Grand Slam tak hanya menyajikan persaingan bintang-bintang tenis kelas dunia. Di balik panggung persaingan tenis akbar itu selalu ada pengalaman petenis kelas menengah dan bawah, bagai dongeng, termasuk di Wimbledon 2022.
Tunggal putra Belanda, Tim van Rijthoven, memiliki statistik menang-kalah 8-0 dalam sebulan terakhir. Selain lima kemenangan yang membawanya pada gelar juara turnamen ATP 250 ‘s-Hertogenbosch, tiga kemenangan di All England Club, London, Inggris, mengantarkan petenis berusia 25 tahun itu pada babak keempat Wimbledon.
Pengalaman paling besar dalam kariernya akan dirasakan ketika dia mendapat kesempatan melawan unggulan teratas dengan reputasi 20 kali juara Grand Slam, Novak Djokovic, pada Minggu (3/7/2022). Van Rijthoven akan menjalani laga itu tanpa kehilangan satu set pun pada tiga babak, dua di antaranya dengan mengalahkan unggulan.
Pada babak ketiga, Jumat, dia menang atas unggulan ke-22, Nikoloz Basilashvili, 6-4, 6-3, 6-4. Dua hari sebelumnya, dia menghentikan Reilly Opelka, yang ditakuti banyak petenis karena servis kerasnya, dengan skor 6-4, 6-7 (8/10), 7-6 (9/7), 7-6 (7/4).
Delapan kemenangan beruntun itu didapat setelah Van Rijthoven tak pernah mendapat satu kemenangan pun pada babak utama turnamen ATP Tour selama tujuh tahun berkarier di arena tenis profesional!
Perjalanan kemenangannya didapat setelah Van Rijthoven mendapat wild card untuk bermain pada babak utama turnamen ATP ‘s-Hertogenbosch di negaranya sendiri, 6-12 Juni. Turnamen di kota Den Bosch ini merupakan salah satu turnamen lapangan rumput yang menjadi pemanasan untuk Wimbledon.
Van Rijthoven, yang saat itu berperingkat ke-2.015 dunia, akhirnya mendapat kemenangan pertama dalam ATP Tour pada 7 Juni saat mengalahkan petenis Australia, Matthew Ebden, 7-6 (7/4), 7-6 (11/9). Tak diduga, perjalanannya berlanjut hingga hari terakhir yang menghasilkan gelar juara. Tiga unggulan disingkirkannya, yaitu Taylor Fritz, Felix Auger-Aliassime, dan petenis nomor satu dunia, Daniil Medvedev, pada final.
Hasil itu membawanya pada posisi ke-106 dunia dan babak utama Grand Slam untuk pertama kalinya. Panitia penyelenggara Wimbledon memberinya wild card.
”Saya sulit untuk menjelaskan situasi ini. Pada hari pertama di sini, dia seperti ’anak baru’. Sekarang, Tim seperti petenis yang sudah berpengalaman sepuluh tahun tampil di sini,” kata Igor Sijsling, pelatih Van Rijthoven yang juga masih aktif bertanding, kepada The New York Times.
Van Rijthoven tak menampik jika banyak orang menilai perjalanannya di All England Club bagaikan dongeng. Apalagi, perjalanannya sebagai petenis profesional diwarnai cedera yang membuatnya harus menjalani operasi.
Dia pernah menjalani operasi pergelangan tangan dan mengalami pembengkakan pada tendon di bagian dalam siku. Kondisi kesehatan lain yang mengganggunya adalah penggumpalan darah yang terbentuk di pembuluh darah lengan. Ini membuat jari tangannya mati rasa. Dia pun menjalani operasi untuk menghilangkan penggumpalan itu.
Saya memintanya untuk lebih sering bergerak ke depan net dan menyerang dengan lebih banyak tenaga. Jika tidak berubah, penampilannya dalam turnamen akan sia-sia.
Namun, masalah terbesar yang dihadapi Van Rijthoven adalah kondisi mentalnya. Dia sering kali jengkel dan malu ketika membuat kesalahan saat bertanding. Van Rijthoven sangat terobsesi bahwa orang lain berpikir permainannya begitu jelek.
Awal tahun ini, Van Rijthoven belajar mengubah pola pikirnya. ”Saya belajar menerima setiap kesalahan dan bersikap lebih dewasa. Pada diri sendiri, saya mengatakan tak akan bersikap negatif lagi dan ini tak hanya dilakukan untuk satu hari. Saya harus benar-benar berubah,” katanya.
Dari sisi teknis, Sijsling mengubah Van Rijthoven dari petenis bertipe defensif menjadi lebih agresif. ”Saya memintanya untuk lebih sering bergerak ke depan net dan menyerang dengan lebih banyak tenaga. Jika tidak berubah, penampilannya dalam turnamen akan sia-sia,” ujar Sijsling.
Perubahan tersebut dibangun Van Rijthoven sejak latihan. Sijsling memaksanya berlatih dalam durasi lebih lama, mengubah kebiasaan Van Rijthoven yang berlatih intens tetapi dalam waktu sebentar. ”Tanpa latihan keras, kamu tak akan mencapai level atas,” kata Sijsling kepada Van Rijthoven.
Contoh bagi anak
Pada tunggal putri, Tatjana Maria masih menikmati tenis meski telah memiliki dua anak. Ini merupakan penampilan pertamanya di Wimbledon sejak 2019 setelah dia melahirkan putri kedua, Cecilia, April 2021. Tiga kemenangan, termasuk atas unggulan kelima asal Yunani, Maria Sakkari, 6-3, 7-5, pada babak ketiga, Jumat, dipersembahkan untuk kedua putrinya.
”Sulit rasanya untuk mengungkapkan perasaan saat ini, apalagi saya datang dengan dua anak. Untuk bisa bermain pada babak utama saja, saya sudah merasa sangat senang karena saya menikmati bermain di lapangan rumput,” ujarnya setelah mengalahkan Sakkari.
Pada Wimbledon 2013, Maria bahkan bermain ketika hamil putri pertamanya, Charlotte, sekitar tiga bulan. ”Itu menjadi tanda bahwa saya begitu mencintai Wimbledon. Melihat kemenangan saya tahun ini, anak-anak meloncat-loncat di depan TV,” kata Maria.
Kembalinya petenis Jerman berusia 34 tahun itu ke lapangan tenis setelah melahirkan tak lepas dari peran suami yang juga pelatihnya, Charles Maria. Dia selalu menumbuhkan kepercayaan diri istrinya yang menjalani karier sebagai petenis profesional sejak 2007.
Pada babak keempat, hasil terbaiknya di arena Grand Slam hingga saat ini, Maria akan berhadapan dengan Jelena Ostapenko. Semifinalis Wimbledon 2018 itu mengalahkan Irina Begu, 3-6, 6-1, 6-1, pada babak ketiga.