Tiga kali melawan Viktor Axelsen tahun ini, tiga kali pula Anthony Sinisuka Ginting kalah. Seiring kepercayaan diri yang telah kembali, Anthony memiliki peluang lain mengalahkan pebulu tangkis nomor satu dunia itu.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
KUALA LUMPUR, KAMIS — Seiring dengan lahirnya kembali kepercayaan diri Anthony Sinisuka Ginting, penampilannya semakin baik, termasuk ketika berhadapan dengan Viktor Axelsen. Namun, untuk bisa mengalahkan pebulu tangkis yang mendominasi persaingan tunggal putra itu, Anthony harus tampil dengan daya tahan yang lebih baik.
Kesempatan mengalahkan Axelsen untuk pertama kalin dalam dua tahun terakhir didapat Anthony pada perempat final Malaysia Terbuka di Axiata Arena, Kuala Lumpur, Jumat (1/7/2022). Persaingan tersebut akan terjadi setelah Anthony mengalahkan Sitthikom Thammasin (Thailand), 21-18, 21-18, pada babak kedua, Kamis. Sementara Axelsen harus menjalani laga lebih ketat untuk mengalahkan Lee Cheuk Yiu (Hongkong), 15-21, 21-6, 21-13.
Pertemuan Anthony dan Axelsen akan menjadi yang ke-13 sejak pertama kali bersaing pada kejuaraan beregu campuran Piala Sudirman 2017. Anthony kalah delapan kali, termasuk pada tiga pertemuan tahun ini, yaitu di All England, Indonesia Masters, dan Indonesia Terbuka.
Tiga hasil itu didapat melalui proses berbeda. Kekalahan pada perempat final All England terjadi ketika Anthony berada dalam titik terendah kepercayaan dirinya akibat hasil buruk sejak Oktober 2021. Skor yang didapatnya pun menjadi skor terburuk dari pertemuan dengan Axelsen, yaitu 4-21, 9-21.
Dua pertemuan berikutnya, di Istora, terjadi saat kepercayaan dirinya bangkit. Dia tetap kalah, tetapi dengan penampilan yang lebih baik. Pada semifinal Indonesia Masters, Anthony kalah 15-21, 15-21, dan bisa memaksa Axelsen bermain tiga gim dalam perempat final Indonesia Terbuka, sepekan berikutnya.
Tunggal putra Indonesia peringkat keenam dunia itu memperlihatkan kembali kemampuan spesialnya, yaitu bermain dalam tempo cepat serta dengan pukulan net yang sulit dikembalikan lawan. Kekurangan Anthony dalam pertemuan terakhir itu adalah fisiknya yang menurun pada gim ketiga. Tenaganya terkuras pada dua gim awal hingga kalah dengan skor 13-21, 21-19, 9-21.
Berhadapan dalam perempat final di Malaysia, Anthony harus memiliki daya tahan lebih baik karena Axelsen menjadi tunggal putra yang paling sulit dikalahkan, setidaknya sejak 2021. Selain memiliki jangkauan lebih baik karena memiliki tinggi badan 194 cm, pemain Denmark itu jarang membuat kesalahan. Tahun ini, Axelsen telah meraih empat gelar juara, yaitu All England, Kejuaraan Eropa, Indonesia Masters, dan Indonesia Terbuka.
Ketatnya persaingan tunggal putra, seperti dikatakan Anthony, tergambar di Malaysia Terbuka yang berlevel BWF World Tour Super 750. Unggulan keempat, Chou Tien Chen, kalah dari Prannoy HS, 15-21, 7-21, yang akan menjadi lawan Jonatan Christie pada perempat final. Tunggal putra nomor dua Indonesia itu mendapat tiket perempat final setelah mengalahkan Kenta Nishimoto, 21-18, 21-17.
Langkah Anthony dan Jonatan diikuti Shesar Hiren Rhustavito yang turut memanaskan persaingan dengan menyingkirkan unggulan kelima, Lee Zii Jia, 21-19, 19-21, 21-16. Ini menjadi kemenangan pertama Shesar atas Lee sejak babak kedua Taiwan Terbuka 2019.
Tidak mudah melawan wakil tuan rumah dengan dukungan penonton untuk Lee. Lee juga bermain bagus. Saya pun bersyukur bisa menang.
”Tidak mudah melawan wakil tuan rumah dengan dukungan penonton untuk Lee. Lee juga bermain bagus. Saya pun bersyukur bisa menang,” kata Shesar.
Kunci kemenangan pada laga tersebut, dikatakan Shesar, adalah berkat upayanya menjaga fokus, terutama menjelang poin-poin terakhir. Dia sempat kehilangan fokus pada gim kedua, tetapi memperbaikinya pada gim ketiga.
Setelah mengalahkan bintang tuan rumah, kemampuan Shesar akan diuji Kento Momota pada perempat final. Jika bisa tampil seperti melawan Lee, Shesar memiliki kesempatan mengalahkan Momota untuk pertama kalinya.
Pemain Jepang itu tak berada dalam penampilan terbaiknya pada tahun ini. Hasil terbaik tunggal putra peringkat kedua dunia itu pada tahun ini adalah perempat final All England. Selain itu, dia datang ke Malaysia setelah tersingkir pada babak pertama dalam tiga turnamen beruntun, yaitu Kejuaraan Asia, Thailand Terbuka, dan Indonesia Terbuka.
Kejutan, juga, dibuat wakil ganda putri, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti. Pasangan yang baru berpartner pada tahun ini tersebut menyingkirkan juara All England dan Indonesia Terbuka, Nami Matsuyama/Chiharu Shida, 21-16, 21-15.
Fadia mengatakan, kemenangan itu membuatnya percaya diri untuk menghadapi tantangan berikutnya, yaitu melawan ganda putri nomor satu dunia, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan. Ini menjadi kesempatan Apriyani/Fadia setelah dikalahkan pasangan juara dunia itu pada final Indonesia Masters.
Pada ganda putra, Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri gagal mengulang kemenangan atas juara dunia, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi, seperti yang mereka lakukan di perempat final All England. Bagas/Fikri kalah 21-18, 13-21, 19-21.
Di All England, salah satu pasangan pelapis pelatnas utama itu menang 16-21, 21-16, 22-20 setelah tertinggal 17-20 pada gim ketiga. Mereka hampir melakukan hal yang sama ketika mendekati skor lawan, dari 15-20 menjadi 19-20. Namun, pasangan berjulukan ”Bakri” itu tak bisa mengulang momen keajaiban di All England.