Kembali Berganti Status, Pejic dan Toroman Tetap Melebur Diri
Pelatih Milos Pejic dan Rajko Toroman tidak memedulikan perubahan status di tim kepelatihan timnas basket. Mereka tetap akan saling mengisi dan melengkapi untuk membawa Indonesia berprestasi.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Status dua pelatih tim nasional bola basket Indonesia, Milos Pejic dan Rajko Toroman, kembali berubah untuk Piala Asia 2022 dan kualifikasi Piala Dunia 2023. Namun, duo ”arsitek” asal Serbia itu meyakini bahwa perubahan status itu tidak berpengaruh besar. Mereka tetap akan melebur, seperti saat timnas basket meraih medali emas di SEA Games Vietnam 2021.
Toroman kembali menjabat posisi pelatih kepala timnas. Sebelumnya, di SEA Games Vietnam pada Mei 2022, jabatan itu sempat diberikan kepada Pejic. Sementara Toroman menjabat direktur teknik. Pejic berkata, tugasnya menjabat pelatih kepala berakhir setelah juara di Vietnam.
”Dari awal sudah disampaikan, saya hanya untuk SEA Games. Setelah itu, (jabatan pelatih) kembali lagi ke coach Rajko. Sekarang saya hanya membantunya,” ucap ”murid” Toroman berusia 53 tahun itu dalam latihan perdana timnas Indonesia di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (29/6/2022).
Terlepas dari perubahan status itu, mereka masih bersama-sama memimpin latihan timnas di Istora. Indonesia, yang berstatus tuan rumah, sedang bersiap menghadapi jendela ketiga kualifikasi Piala Dunia pada 1 Juli (versus Arab Saudi) dan 4 Juli (melawan Jordania) serta babak utama Piala Asia pada 12-24 Juli.
Kata Toroman, peran mereka di lapangan tetap sama meskipun jabatannya berubah. ”Bukan masalah siapa yang tampil di depan karena semua keputusan kami ambil bersama. Kami punya ikatan sangat kuat. Tidak ada yang berubah dari SEA Games lalu,” ungkap pelatih berusia 67 tahun itu.
Prestasi timnas basket melejit di era Pejic. Indonesia menyapu bersih enam laga di SEA Games dengan kemenangan sebelum meraih emas pertama kali dalam sejarah. Namun, di balik itu, ada peran besar Toroman. Mereka berbagi tugas. Pejic mengatur pertahanan, sedangkan Toroman mengurus serangan.
Mereka bahkan bergantian memberikan instruksi saat time-out. Setelah selesai bertanding, saat semua anggota tim pulang, duet Serbia itu tetap berada di arena laga untuk mengamati calon lawan. Duet pelatih yang terpaut usia 14 tahun itu sudah tampak seperti ayah dan anak.
Mereka saling melengkapi, bukan hanya pada sistem permainan. Toroman, yang sudah menangani timnas sejak 2019, lebih mengenal para pemain. Sementara Pejic, yang lebih muda dan ekspresif, memberikan energi lebih kepada tim.
Adapun manajemen timnas bereksperimen mempromosikan Pejic pada awal 2022 setelah rentetan buruk hasil Indonesia di kualifikasi Piala Dunia dan Piala Asia. Pejic, yang cukup sukses melatih Indonesia Patriots atau timnas muda, dinilai bisa mengubah nasib timnas senior.
Abraham Damar Grahita, guard andalan timnas Indonesia, merasakan kesatuan tim yang kian kuat di era Toroman dan Pejic. ”Semuanya mengisi kekosongan masing-masing, saling mendukung. Energinya terasa lebih besar dari sebelumnya,” ujarnya.
Tur di Australia
Duet pelatih kaya pengalaman itu, setelah perubahan status, masih terbukti bertaji di tur Australia, 10-23 Juni. Indonesia meraih tujuh kemenangan dari 10 laga melawan tim-tim Divisi Kedua Liga Australia atau NBL One.
Bahkan, Indonesia mampu menyapu bersih empat laga terakhir saat pemain naturalisasi, Marques Bolden, sudah bisa bermain. Tren bagus itu menjadi sinyal positif. Indonesia bisa menunggangi momentum setelah menciptakan sejarah di SEA Games.
Menurut Toroman, tim-tim NBL One adalah lawan terberat mereka dalam persiapan tahun ini. Mereka punya level di atas barisan pemain asing Liga Bola Basket Indonesia (IBL) yang jadi lawan tanding timnas sebelum SEA Games.
”Tim NBL lebih bagus karena punya postur (tinggi dan besar). Mereka juga berada di performa puncak karena sedang di pertengahan musim. Sementara pemain asing IBL, kan, bukan tim. Mereka hanya individu yang berkualitas, lalu dijadikan ke satu tim. Tidak seperti di Australia, semua tim punya sistem. Itu bagus untuk kami,” tutur Toroman.
Hasil di Australia menjadi modal berharga jelang kualifikasi Piala Dunia. Indonesia akan ditantang Arab Saudi dan Jordania di Istora. Laga-laga dalam kualifikasi itu masih penting meskipun tidak berpengaruh pada nasib timnas. Indonesia dipastikan gagal lolos setelah kalah empat kali dari empat laga Grup C.
Laga-laga itu penting untuk persiapan ke Piala Asia. Saudi dan Jordania kebetulan juga akan berada satu grup dengan Indonesia di Piala Asia.