Perenang nasional I Gede Siman Sudartawa belum bisa kembali ke performa terbaiknya sepanjang tahun ini. Isu ketidakcocokan antara Siman dan pelatih asing Michael Piper harus segera diselesaikan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
BUDAPEST, MINGGU — Lima perenang nasional mengalami penurunan catatan waktu signifikan di Kejuaraan Dunia Budapest 2022. Mereka tidak dalam puncak performa karena baru mengikuti SEA Games Vietnam 2021, pada Mei 2022. Di tengah kewajaran itu, performa I Gede Siman Sudartawa (27) tampak cukup mengkhawatirkan.
Lima perenang itu adalah Siman, Aflah Fadlan Prawira (24), Farrel Armandio Tangkas (20), Glenn Victor Sutanto (32), dan Masniari Wolf (16). Dengan catatan waktu yang lebih lambat ketimbang di Vietnam, mereka tidak berhasil lolos dari babak kualifikasi dalam kejuaraan dunia yang berlangsung di Danube Arena pada 18-25 Juni 2022.
Menurut Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI) Harlin Rahardjo, Kejuaraan Dunia memang tidak diprogramkan sejak awal tahun. Mereka baru memutuskan berangkat setelah lima perenang dipastikan lolos limit waktu B lewat penampilan di SEA Games.
”Biasanya kalau ada yang lolos, kami pasti kirim karena bisa menambah pengalaman. Kejuaraan dunia kan levelnya bergengsi, hanya di bawah Olimpiade. Mental akan semakin bagus kalau bertemu lawan kelas dunia. Jadi, lebih ke situ, untuk pengalaman,” kata Harlin yang dihubungi dari Jakarta, Minggu (26/6/2022).
Sepulang dari Vietnam, para perenang nasional ditargetkan mencapai puncak performa lagi di Asian Games Hangzhou 2022 yang dijadwalkan pada September. Namun, program itu batal berlangsung karena Asian Games ditunda setahun oleh tuan rumah.
Namun, pemakluman tersebut tidak berlaku untuk Siman. Perenang asal Bali ini tidak pernah menyentuh performa puncak dalam tiga ajang terakhir, yakni time trial nasional, SEA Games, hingga Kejuaraan Dunia. Dia jauh dari catatan waktu terbaiknya.
Tingkat terendah performa itu terjadi di Budapest. Dia hanya mencatat waktu 26,09 detik, peringkat ke-29 dari 49 perenang, saat tampil di kualifikasi 50 meter gaya punggung. Hasil itu menjadi catatan terburuknya saat tampil di ajang internasional, menurut data Swimrangkings.
Di SEA Games, Siman yang berstatus juara bertahan harus puas dengan medali perunggu akibat finis dengan waktu 25,88 detik. Adapun pada April, dia hanya mencatat waktu 25,96 detik di time trial nasional.
Padahal, menurut pelatih kepala tim renang Indonesia, Albert Sutanto, Siman sudah difokuskan di nomor 50 meter sebelum SEA Games. Dia tidak lagi terlalu dibebani program 100 meter gaya punggung. Semua itu untuk meningkatkan catatan di 50 meter dan bisa berprestasi di level Asia.
Siman, yang merupakan salah satu perenang gaya punggung tercepat di Asia, punya standar untuk berenang di bawah 25,5 detik pada nomor andalannya itu. Catatan waktu terbaiknya adalah 25,01 detik yang dihasilkan di babak kualifikasi Asian Games 2018.
Biasanya kalau ada yang lolos, kami pasti kirim karena bisa menambah pengalaman.
Kasus Siman berbeda dengan perenang lain. Catatan waktu Farrel semakin mundur di nomor 100 meter gaya punggung. Dia finis dengan 57,17 detik di kualifikasi Kejuaraan Dunia, lebih lambat sekitar satu detik dibandingkan dengan SEA Games 2022.
Namun, Farrel berhasil mencapai puncak performa di time trial dengan 55,59 detik yang merupakan catatan waktu terbaiknya. Puncak performa itu memang seharusnya di Vietnam, tetapi setidaknya masalah perenang muda itu hanya di penempatan periodisasi.
Siman memperlihatkan masalah lain yang lebih besar. Dia berkali-kali mengatakantidak cocok dengan program latihan pelatih asing asal Australia, Michael Piper. Baginya, program Piper terlalu berat untuk perenang yang sudah dalam fase akhir usia kepala dua.
Siman mengaku tidak bisa mengeluarkan potensi terbaiknya karena sering kelelahan. ”Saya lebih cocok dengan pelatih asal AS. Programnya lebih banyak di ruang kebugaran. Kalau sekarang kan lebih banyak di air. Itu berat untuk saya karena sudah tidak muda lagi seperti dulu,” ujarnya.
Masalah ketidakcocokan itu sebenarnya sudah terjadi sebelum Pekan Olahraga Nasional Papua 2021. Beberapa solusi pun sudah dicoba, seperti mencampurkan program Piper dengan milik Albert, khusus untuk perenang veteran. Namun, hasilnya belum terlihat positif hingga saat ini.
Problem ini menjadi tanda tanya besar untuk tim pelatih dan PB PRSI. Sebab, Siman adalah satu-satunya perenang nasional yang bisa bersaing level Asia. Dia harus kembali ke performa terbaiknya pada Asian Games demi menjaga asa medali di ajang tersebut.