Panitia penyelenggara Asean Para Games terpaksa mencari lokasi pertandingan baru setelah De Tjolomadoe dinyatakan tidak bisa menggelar pertandingan tenis meja
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Persiapan penyelenggaraan ASEAN Para Games di Surakarta, Jawa Tengah, memasuki tahap akhir. Hampir semua arena pertandingan rampung dipersiapkan menggelar ajang dua tahunan tersebut. Namun, lokasi pertandingan tenis meja terpaksa dipindah karena kesalahan komunikasi antara pemilik gedung dengan panitia.
ASEAN Para Games ke-11 dijadwalkan berlangsung pada 30 Juli-6 Agustus 2022. Ajang olahraga untuk atlet disabilitas di Asia Tenggara itu mempertandingkan 14 cabang olahraga, termasuk tenis meja. Semula, cabang tenis meja akan dihelat di De Tjolomadoe, Karanganyar, Jawa Tengah.
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali sudah sempat meninjau lokasi tersebut pada 20 Juni 2022. Dari peninjauan ke sejumlah arena tersebut, Amali memberi beberapa catatan, yaitu pencahayaan, pendingin ruangan, toilet ramah difabel, dan karpet yang masih harus dibenahi.
Di tengah upaya memenuhi kekurangan itu, panitia penyelenggaran ASEAN Para Games 2022 mendapat kabar De Tjolomadoe tidak bisa dipergunakan sebagai tempat pertandingan tenis meja. Hal itu terungkap saat penyelengara bertemu Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, 23 Juni.
“Semula kami tak tahu. Mungkin ada miskomunikasi. Jadi tempat itu ternyata sudah disewakan untuk konser musik dan telanjur dijual tiketnya,” kata Sekretaris Jenderal Komite Nasional Paralimpiade Indonesia (NPC), Rima Ferdianto, yang dihubungi dari Jakarta, Minggu (26/6/2022).
Terkait pembatalan penggunaan gedung De Tjolomadoe, Rima mengaku tidak bisa berbuat apa-apa. Panita pun mencari alternatif lokasi pengganti, yaitu Auditorium Universitas Sebelas Maret (UNS), Diamond Convention Hall, dan Tirtonadi Sport Hall. Setelah survei ke tiga lokasi itu dan dengan sejumlah pertimbangan, laga tenis meja diputuskan dipindah ke Tirtonadi Sport Hall.
Tirtonadi Sport Hall dinilai paling representatif dan memiliki pencahayaan paling baik saat ini. “Kini kami menunggu technical delegate dari Filipina untuk meninjau tempat baru ini. Mereka katanya akan datang dalam waktu dekat,” kata Rima.
Mungkin ada miskomunikasi. Jadi tempat itu ternyata sudah disewakan untuk konser musik dan telanjur dijual tiketnya.
Rima mengungkapkan, Tirtonadi Sport Hall punya kelemahan, yaitu hanya mampu menampung tujuh meja untuk pertandingan tenis meja. Jumlah itujauh lebih sedikit daripada De Tjolomadoe bisa menampung hingga 20 meja. Bila delegasi teknis dari Filipina menilai tujuh meja kurang untuk menghelat pertandingan, panitia berencana mendirikan tenda besar di luar Tirtonadi Sport Hall untuk menampung jumlah meja sesuai yang dibutuhkan.
Selain tenis meja, persiapan lokasi pertandingan untuk cabang olahraga lainnya memasuki tahap akhir. Dari sembilan arena yang direnovasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, pengerjaannya diperkirakan selesai pada awal Juli. “Tinggal menyusul pengerjaan kolam renang di Jatidiri, Semarang, yang mungkin sebelum 20 Juli. Hanya tinggal memoles akses untuk kursi roda saja,” kata Rima.
Wali Kota Surakarta yang juga Ketua Pelaksana ASEAN Para Games Indonesia (INASPOC), Gibran Rakabuming Raka, mengatakan, panitia berusaha menyiapkan segalanya secara hati-hati dan teliti. Ia berharap Kota Surakarta mampu menjadi tuan rumah yang baik dengan berbekal kultur identitas budaya yang kuat.
“Surakarta sudah siap untuk menerima atlet, ofisial, dan tamu undangan. Kami akan melakukan yang terbaik untuk kesuksesan ASEAN Para Games,” kata Gibran.
Di samping lokasi pertandingan, atlet Indonesia yang akan berlaga di ASEAN Para Games juga dalam kondisi siap tempur. Menurut Rima, mereka sudah memasuki masa kompetisi, sehingga volume latihan perlahan mulai dikurangi. Hal itu dimaksudkan agar para atlet mampu mendekati performa puncak di akhir Juli.
Di cabang tenis meja, Indonesia berencana menerjunkan 32 atlet,terdiri atas 21 putra dan 11 putri. Pada ASEAN Para Games 2017 di Malaysia, tim tenis meja Indonesia meraih 14 emas, 10 perak, dan 4 perunggu. Sebagai tuan rumah, mereka diharapkan minimal mampu menyamai raihan prestasi di Malaysia.