Sensasi David Popovici, Remaja Penguasa Dua Nomor Bergengsi
Perenang David Popovici menyatakan potensi besarnya di Kejuaraan Dunia Budapest 2022. Di usia 17 tahun, dia sudah menjadi juara dunia di dua nomor bergengsi yang paling kompetitif.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
BUDAPEST, KAMIS — Karier perenang remaja Romania, David Popovici (17), meroket sekejap. Hanya menjadi ”penggembira” di Olimpiade Tokyo 2020, dia bertransformasi sebagai juara dunia di dua nomor prestisius sekaligus, yaitu 100 meter dan 200 meter gaya bebas.
Dua hari setelah merajai 200 meter gaya bebas, Popovici menyabet medali emas 100 meter gaya bebas pada Kejuaraan Dunia Renang Budapest 2022, Rabu (22/6/2022) waktu setempat. Dia memanfaatkan ketidakhadiran juara bertahan dan peraih emas Olimpiade, Caeleb Dressel, yang mundur karena alasan medis.
Popovici, yang memecahkan rekor dunia yunior di semifinal dengan 47,17 detik, tampil tidak dalam kondisi terbaiknya di final. Namun, catatan waktunya, 47,58 detik, cukup membuatnya memenangi pertarungan ketat melawan perenang Perancis, Maxime Grousset (47,64 detik), dan atlet Kanada, Joshue Liendo Edwards (47,71 detik).
Dua emas itu menjadikan Popovici perenang kedua dalam sejarah yang bisa jadi juara dunia pada nomor 100 meter dan 200 meter gaya bebas sekaligus. Perenang pertama yang melakukannya adalah Jim Montgomery di Kejuaraan Dunia Belgrade 1973. Tiga tahun setelah capaian menawan itu, Montgomery meraih emas Olimpiade.
Saat ditanya soal kesuksesannya itu, Popovici menanggapinya dingin, biasa-biasa saja. ”Saya tidak merasa begitu (sukses), tetapi ini suatu yang positif. Ini hanya sebuah awal. Masih akan ada jalan yang amat panjang di depan,” ucap pria Romania pertama yang menjadi juara dunia renang itu.
Namun, prestasi Popovici itu spesial, tidak seperti pandangannya itu. Selain baru 17 tahun, dia juga menguasai nomor berbeda kategori. Nomor 100 meter, yang masuk jarak pendek, butuh ledakan tenaga dalam waktu singkat. Adapun nomor 200 meter, jarak menengah, butuh lebih banyak daya tahan.
Popovici bisa menyeimbangkan kebutuhan tenaga dan daya tahan pada kedua nomor itu. Hasilnya pun sama-sama maksimal. Padahal, sulit bisa mendominasi dua nomor berbeda kategori di gaya bebas yang dikenal sebagai nomor prestisius dan paling banyak kompetitor.
Namun, semua tidak hanya soal besarnya tenaga, tetapi bagaimana memakainya. Efisiensi (gerakan) adalah salah satu yang membuatnya istimewa.
Perenang olimpian asal Australia, Breet Hawke, sampai menyanjung talenta Popovici. Menurut Hawke, dengan tubuh setinggi 1,9 meter dan rentang tangan 2,05 meter, Popovici seperti juara NBA, Stephen Curry, ketika menembak tiga angka. Mereka sama-sama memiliki bakat natural.
Atlet muda tercepat
Popovici juga mengukuhkan dirinya sebagai manusia tercepat di bawah usia 18 tahun dalam kedua nomor tersebut. Remaja yang mengidolakan perenang legendaris, Michael Phelps, itu memecahkan dua rekor dunia yunior di Budapest. Catatan itu sudah cukup untuk berjaya di level Olimpiade.
Di 100 meter, Popovici hanya terpaut 0,26 detik dari rekor Cesar Cielo Filho yang sudah bertahan sejak 2009. Ia juga hanya tertinggal 0,15 detik dari catatan Dressel ketika meraih emas sekaligus memecahkan rekor Olimpiade. Jika dihitung dalam jarak, waktu sepersekian detik itu hanya terpaut kurang dari sejengkal.
Pada nomor 200 meter, Popovici mengalahkan peraih emas Olimpiade Tokyo asal Inggris, Tom Dean, dengan waktu 1 menit 43,21 detik. Hanya tiga perenang yang bisa melampaui capaiannya itu, yaitu Paul Biedermann, Phelps, dan Yannick Agnel. Mereka sudah pensiun.
Adrian Radulescu, pelatih Popovici, menilai, tenaga anak asuhnya kalah dari mayoritas perenang senior. ”Namun, semua tidak hanya soal besarnya tenaga, tetapi bagaimana memakainya. Efisiensi (gerakan) adalah salah satu yang membuatnya istimewa,” katanya.
Berkat keunggulan itu, Popovici bisa mempertahankan momentum kecepatan tinggi. Ia bahkan bisa menambah kecepatan jelang titik akhir. Seperti di final 100 meter, ia sempat tertinggal 0,19 detik dari Edwards pada paruh lomba. Namun, ia mampu menyusul tiba-tiba pada 50 meter terakhir.
Pria yang mengadopsi mentalitas ”Mamba Hitam” milik legenda NBA, Kobe Bryant, itu bangkit setelah gagal di Tokyo. Dia berhasil masuk ke final 100 meter dan 200 meter gaya bebas. Namun, saat itu, ia hanya menjadi penggembira di kedua nomor itu.
Popovici hanya terpaut 0,02 detik untuk meraih perunggu di 200 meter. Namun, setipis apa pun itu, dia tetap saja tidak tercatat dalam peraih medali. Kegagalan itu pun memacu motivasinya untuk lebih lapar lagi dalam latihan. Dia disiplin memulai latihan pada pukul 06.30 dan sudah tidur pada pukul 21.30 untuk memacu talenta besarnya.
Persiapan panjangnya, sejak dari Tokyo, tidak hanya untuk Kejuaraan Dunia. Dia akan menghadapi rentetan kompetisi pada Juli-Agustus, sepulang dari Budapest, mulai dari Kejuaraan Eropa Yunior di Romania, Kejuaraan Eropa di Roma, hingga Kejuaraan Dunia Yunior di Lima. Adapun Popivici akan berusia 18 tahun pada September nanti.
Sementara penyebab Dressel tidak bisa tampil masih belum diketahui. ”Demi kesehatannya dalam jangka panjang. Karena itu, keputusan harus dibuat. Dia tidak bisa bersaing saat ini. Kami tidak bisa memberikan informasi spesifik tentang cederanya itu,” ucap Direktur Pelaksana Tim Renang AS Lindsay Mintenko. (AP/AFP)