Lagi-lagi, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti membuat kejutan, kali ini, dengan menyingkirkan dua kali juara dunia pada babak pertama Indonesia Terbuka. Namun, mereka tak ingin cepat puas dengan hasil itu.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti menyingkirkan dua kali juara dunia, sementara ganda putra pelapis akan menghadapi pemain peringkat sepuluh besar dunia. Momen dalam turnamen bulu tangkis East Venture Indonesia Terbuka tersebut menjadi bagian dari proses para pemain muda itu untuk menjadi bagian dari pemain top dunia.
Sebagai ganda putri yang baru diduetkan pada tahun ini, Apriyani/Fadia, membuat kejutan dengan mengalahkan Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara 21-7, 17-21, 21-17 pada babak pertama di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (15/6/2022). Sebelum ini, mereka membuat kejutan dengan menembus final Indonesia Masters, pekan lalu. Adapun dalam debut pada kompetisi, Apriyani/Fadia mendapat medali emas dalam SEA Games Vietnam 2021 yang berlangsung 12-23 Mei 2022.
Permainan Apriyani/Fadia dalam irama cepat mengagetkan Matsumoto/Nagahara yang empat kali mengalahkan Greysia Polii/Apriyani dari lima pertemuan. Selama ini, juara dunia 2018 dan 2019 itu terbiasa dengan pola lambat, dengan kecenderungan permainan reli panjang, saat melawan Greysia/Apriyani.
“Apriyani/Fadia masih muda. Mereka akan terus berkembang. Namun, jika kami memiliki kesempatan bertemu lagi, kami akan berusaha lebih baik,” kata Matsumoto.
Selain ganda putri Jepang berperingkat kelima dunia itu, pemain peringkat sepuluh besar dunia yang juga mendapat kejutan dari Apriyani/Rahayu adalah pemain peringkat kedua, Lee So-hee/Shin Seung-chan (Korea Selatan) dan Jongkolphan Kittitharakul/Rawinda Prajongjai (Thailand). Mereka kalah, masing-masing, pada perempat final Indonesia Masters dan SEA Games 2021.
“Tentu kami senang dengan hasil ini, semoga ini membuat kami semakin percaya diri. Namun, kami tidak langsung puas karena masih harus menjalani proses yang panjang, terus belajar, dan tidak boleh lengah supaya bisa menjadi bagian dari pemain top dunia,” tutur Apriyani.
Meski telah meraih prestasi tertinggi yang bisa dicapai atlet, yaitu meraih medali emas Olimpiade di Tokyo 2020 (bersama Greysia), Apriyani selalu mengatakan, bahwa, dia menjalani langkah baru bersama Fadia. Dalam perjalanan pada tiga kejuaraan, mereka setidaknya telah memperlihatkan modal penting, yaitu memiliki motivasi dan semangat juang yang tinggi.
Mereka juga pantang takut meski lawan yang dihadapi berstatus pemain elite, seperti Matsumoto/Nagahara. “Mereka adalah juara dunia, tetapi di lapangan, semua pemain memiliki peluang sama,” kata Fadia.
Kami tidak langsung puas karena masih harus menjalani proses yang panjang, terus belajar, dan tidak boleh lengah supaya bisa menjadi bagian dari pemain top dunia. (Apriyani Rahayu)
Melalui pertandingan melawan pemain elite itulah, semua bentuk kemampuan mereka, yaitu fisik, teknik, dan mental diasah. “Posisi saya saat ini harus mengejar mereka. Jadi, saya pun harus latihan ekstra keras. Apalagi, melawan pemain top, setiap poin tak bisa didapat dalam satu-dua pukulan,” kata Fadia.
Proses pembelajaran serupa dijalani tiga pasangan pelapis ganda putra yang juga akan tampil pada babak kedua. Mereka adalah Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, dan Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri.
Pada babak kedua, Pramudya/Yeremia akan melawan peraih emas Olimpiade Tokyo 2020, Lee Yang/Wang Chi Lin (Taiwan/peringkat keempat), sementara Leo/Daniel berhadapan dengan Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen (Denmark/9). Adapun Bagas/Fikri menantang rekan latihan sepelatnas dengan ranking keenam dunia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.
“Saya memang mengandalkan para pemain pelapis dalam Indonesia Terbuka ini, tetapi, target saya bukan hasil, melainkan cara mereka bermain. Kalah 10-21 misalnya, tentu memiliki cara main yang berbeda dibandingkan kalah 19-21,” kata pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi.
Maka, pertemuan melawan pemain top dunia, terutama dengan pasangan dari luar Indonesia, dinilai Herry menjadi momen yang tepat untuk Leo dan kawan-kawan dalam menimba ilmu untuk memperkaya pola permainan mereka. “Dalam setiap babak, mereka bisa menghadapi lawan dengan karakter permainan berbeda. Pemain-pemain pelapis masih dalam proses belajar untuk bisa beradaptasi dengan cepat menghadapi pola berbeda. Mereka belum bisa lepas dari arahan pelatih saat menghadapi situasi itu,” kata Herry.
Pramudya pun percaya bahwa proses belajar dari satu pertandingan ke pertandingan akan membuatnya bisa tampil konsisten pada masa depan. Setiap atlet tentu ingin jadi juara. Makanya, kami sekarang berpikir step by step dulu dengan tampil sebaik mungkin di setiap pertandingan. Kalau menang, ya berarti itu bonus," ujar Pramudya.
Sementara, kejutan lain terjadi dengan tersingkirnya unggulan kedua tunggal dan ganda putra. Kento Momota kalah dari Rasmus Gemke, 19-21, 21-19, 14-21, adapun Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dikalahkan Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi 17-21, 22-24.
Momota mengatakan, kekalahannya disebabkan stamina yang menurun, tetapi tidak berhubungan cedera pinggang yang dialami pada akhir 2021. “Saya senang bisa kembali ke Istora, tetapi kesal karena tersingkir di babak awal. Padahal, sebenarnya ingin bermain dalam banyak pertandingan di Indonesia Terbuka,” kata Momota.