Berbeda dengan Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang memiliki pola main lambat, Apriyani/Fadia memiliki pola permainan dalam irama cepat. Gaya main itu membuat mereka menang atas dua kali juara dunia asal Jepang.
Oleh
YULIA SAPTHIANI, I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti membuat salah satu kejutan pada babak pertama turnamen East Ventures Indonesia Terbuka. Pasangan baru Indonesia itu menyingkirkan dua kali juara dunia, ganda putri Jepang Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara.
Kemenangan tersebut mereka peroleh di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (15/6/2022) dengan skor 21-7, 17-21, 21-17 dalam waktu satu jam delapan menit. Durasi tersebut termasuk cepat untuk pertandingan ganda putri dalam tiga gim. Hal ini karena Apriyani/Fadia bermain dalam irama yang cenderung cepat.
Fadia sangat cekatan dalam permainan yang membutuhkan refleks di depan net, hingga bisa membuka peluang Apriyani melancarkan serangan melalui smes atau drive dari belakang lapangan. Fadia, yang berusia 21 tahun dan baru dipasangkan dengan Apriyani pada tahun ini, bisa mengimbangi seniornya yang berpengalaman menjuarai ajang besar bersama Greysia Polii, salah satunya medali emas Olimpiade Tokyo 2020.
Lawan, yang merupakan juara dunia 2018 dan 2019, pun terkejut oleh permainan Apriyani Fadia. “Saat bermain bersama Greysia, Apriyani biasanya bermain lambat. Sekarang, bersama pemain yang lebih muda, mereka bermain lebih cepat dan lebih banyak menyerang,” ujar Matsumoto, yang bersama Nagahara ditempatkan sebagai unggulan kelima.
Selain itu, seperti jelaskan Nagahara, Apriyani/Fadia memiliki waktu beradaptasi dengan situasi stadion karena bertanding sejak Daihatsu Indonesia Masters, pekan lalu. Dalam turnamen tersebut, Apriyani/Fadia menembus final sebelum kalah dari ganda putri nomor satu dunia, Chen Qing Chen/Jia Yifan.
“Pada gim ketiga, sebenarnya kami berimbang, tetapi keinginan mereka untuk menang terlihat sekali lebih besar. Itu yang kami sesalkan pada pertandingan tadi,” kata Matsumoto.
Apriyani, yang hanya menang sekali atas Matsumoto/Nagahara saat berpasangan dengan Greysia, bercerita, dia dan Fadia berusaha untuk menjaga pola pikir positif, terutama pada gim penentuan. “Saya selalu mengatakan, ‘Terima kasih, enggak apa-apa’ saat Fadia melakukan kesalahan, begitu pula Fadia pada saya. Jadi, saat partner membuat kesalahan, kami tidak mengeluh,” tutur Apriyani.
Pasangan, yang akan berhadapan dengan Zhang Shuxian/Zheng Yu (China), pada babak kedua ini berharap, kemenangan tersebut bisa membuat mereka kian percaya diri untuk membentuk pola main yang tepat. “Meski demikian, kami tidak puas sampai di sini. Masih banyak pekerjaan rumah untuk kami,” kata Apriyani.
Apriyani/Fadia adalah salah satu ganda putri yang dipasangkan pada tahun ini oleh pelatih Eng Hian, menyusul pensiunnya Greysia. Pasangan lain adalah Ribka Sugiarto/Febby Valencia Dwijayanti Gani.
Saat bermain bersama Greysia, Apriyani biasanya bermain lambat. Sekarang, bersama pemain yang lebih muda, mereka bermain lebih cepat dan lebih banyak menyerang.
Setelah beberapa kali tertunda untuk debut dalam kejuaraan, mereka tampil dalam SEA Games Vietnam 2021 yang diselenggarakan 12-23 Mei. Turnamen Indonesia Terbuka menjadi turnamen BWF kedua setelah Indonesia Masters.
Kemenangan juga didapat ganda putri lainnya, Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi. Mereka mengalahkan pasangan Perancis, Margot Lambert/Anne Tran 21-19, 17-21, 21-15.
Alihkan Fokus
Kejutan lain pada babak pertama, Rabu, terjadi ketika ganda putra unggulan kedua, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan disingkirkan Liu Yuchen/Ou Xuanyi 17-21, 22-24. Ini menjadi hasil buruk kedua pasangan Indonesia berjulukan “The Daddies” itu setelah kalah pada babak kedua Indonesia Masters. Hendra mengatakan, kekalahan dari pasangan baru China itu terjadi karena dia dan Ahsan banyak membuat kesalahan pada momen kritis.
Hendra/Ahsan memiliki kesempatan membuat pertandingan berjalan tiga gim ketika unggul 20-18 pada gim kedua. Namun, lawan bisa menyamakan skor ketika pukulan Ahsan, untuk mengembalikan pukulan net lawan tak akurat. Kok jatuh di luar lapangan. Setelah itu, Hendra tak dapat mengembalikan servis Liu yang membuat kok melintas tipis di atas net.
Dua game point berikutnya, pada skor 21-20 dan 22-21, juga, gagal dimanfaatkan karena tekanan smes dari Liu/Ou dan ketika pukulan net dari Hendra membuat kok tak bisa melewati net.
“Hasil kami pada dua turnamen ini tidak sesuai keinginan. Saya berharap, bisa mendapat hasil bagus di Malaysia dan Singapura nanti,” kata Hendra.
Setelah Indonesia Masters dan Terbuka, Hendra/Ahsan dan pemain Indonesia lainnya akan tampil dalam Malaysia Terbuka, Malaysia Masters, dan Singapura Terbuka pada tiga pekan beruntun mulai 28 Juni.
Sementara, juara Indonesia Masters, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, mengawali langkah mereka pada Indonesia Terbuka dengan kemenangan atas pasangan Malaysia, Goh Sze Fei/Nur Izuddin 21-19, 21-14.
Fajar mengatakan, meski fisik masih lelah setelah bermain pada final Indonesia Masters, Minggu, itu tak menjadi alasan bagi mereka untuk tidak tampil maksimal sejak babak pertama. “Semua pemain lelah. Masing-masing atlet memiliki cara berbeda untuk menjaga kebugaran,” kata Fajar.