Montreal Berpotensi Menyiksa Hamilton
Lewis Hamilton menjalani balapan paling menyakitkan di Baku akibat ”porpoising”. Akhir pekan ini, Hamilton berpotensi mengalami siksaan serupa di Montreal yang treknya tidak rata, seperti Baku dan Monako.
LONDON, SELASA —Lewis Hamilton menjadi sorotan di akhir balapan Formula 1 di Baku, Azerbaijan, karena dia mengalami sakit punggung akibat porpoising (memantul-mantul) parah pada Mercedes W13. Kejadian itu pun mengalir ke politik Formula 1 karena ada indikasi mendorong FIA untuk mengubah regulasi dengan argumen porpoising berpotensi mengancam keselamatan pebalap. Pro dan kontra pun muncul, terutama dari Red Bull yang mampu membangun mobil RB18 yang bisa meminimalkan porpoising yang dihasilkan oleh konsep ground effect pada mobil-mobil F1 2022.
Mercedes sebenarnya mulai mampu mengatasi efek porpoising saat balapan di Barcelona. Bahkan, Hamilton diyakini oleh Mercedes berpotensi memenangi balapan jika tidak terlibat senggolan dengan pebalap Haas Kevin Magnussen setelah start. Insiden itu memaksa Hamilton melakukan pit stop untuk mengganti ban dan kembali ke trek di posisi ke-19, tertinggal 30 detik dari pebalap terdepan.
Namun, Hamilton mampu finis di posisi kelima berkat pace yang setara dengan para pebalap di posisi depan. Hasil balapan di Barcelona membuat Mercedes optimistis W13 akan segera kembali ke persaingan juara F1 musim ini, karena selisih waktu per lap terpangkas dari satu detik menjadi setengah detik. Bahkan, Kepala Tim Mercedes Toto Wolff menilai, Hamilton terlihat memacu mobil juara dan mengingatkan dia pada era kejayaan Mercedes sebelum perubahan regulasi F1 yang dimulai musim ini.
Baca juga: Mimpi Buruk Membelenggu Leclerc
Optimisme Mercedes itu menemui momen pengecekan realitas saat balapan di sirkuit jalan raya Monako dan Baku. Kedua trek itu tidak semulus Barcelona, dan menguak realitas W13 yang menderita di trek-trek yang tidak rata dan bergelombang, khas sirkuit jalan raya. W13 yang bisa melesat cepat di Barcelona dan minim pantulan berubah drastis di Monako dan lebih parah lagi di Baku. W13 menjadi sangat tidak nyaman dikendarai karena memantul-mantul parah. Bahkan, Wolff menyebut mobil yang dikendarai oleh Hamilton di Baku seperti mobil tua yang bobrok. Dia pun meminta maaf kepada Hamilton yang terus melanjutkan balapan meskipun harus menahan rasa sakit di punggungnya.
Wolff kemudian mengatakan bahwa Hamilton berpotensi absen di Montreal, Kanada, akhir pekan ini, jika mengalami cedera tulang belakang. Namun, Hamilton kemudian mengonfirmasi bahwa dirinya tidak mengalami masalah serius dan bisa tampil di Montreal, sirkuit tempat dia menjadi pebalap yang paling banyak menang di sana, sama dengan Michael Schumacher, tujuh kali. Hamilton menang di Montreal pada 2007, 2010, 2012, 2015, 2016, 2017, dan 2019.
”Kemarin sangat berat, dan (saya) mengalami kesulitan tidur. Namun, setelah bangun, (saya) merasa positif hari ini,” ungkap Hamilton, Senin (13/6/2022).
Punggung sedikit sakit dan nyeri, tetapi syukur tidak ada yang serius. Saya menjalani akupunktur dan fisioterapi bersama Ang (Angela Cullen, fisioterapis Hamilton) dan saya dalam perjalanan ke tim saya bekerja dengan mereka untuk meningkatkan (performa).
”Punggung sedikit sakit dan nyeri, tetapi syukur tidak ada yang serius. Saya menjalani akupunktur dan fisioterapi bersama Ang (Angela Cullen, fisioterapis Hamilton) dan saya dalam perjalanan ke tim saya bekerja dengan mereka untuk meningkatkan (performa),” lanjut juara tujuh kali F1 itu.
Baca juga: Misi Verstappen Ingin Akhiri Nestapa di Baku
”Kami harus terus berjuang. Tidak ada waktu seperti saat ini untuk bersatu, dan kami akan melakukan itu. Saya akan ada di sana (Montreal) akhir pekan ini, tidak akan melewatkan itu untuk dunia. Semoga semua orang mendapatkan hari dan pekan yang luar biasa,” pungkas Hamilton.
Montreal memiliki karakter yang mirip dengan Monako dan Baku, karena tidak mulus dan bergelombang. Kondisi trek tersebut akan menimbulkan masalah yang sama pada Mercedes W13, yaitu porpoising parah. Namun, Mercedes akan berusaha keras mengatasi itu, salah satunya dengan menggunakan setelan mobil dan suspensi seperti yag digunakan oleh George Russell. Akhir pekan lalu, Hamilton mengakui dirinya menggunakan setelan mobil serta suspensi yang berbeda dengan Russell, dan hasilnya tidak baik.
Russell tidak mengalami porpoising separah Hamilton, tetapi pebalap muda asal Inggris itu tetap menilai kesulitan mengendalikan mobilnya terutama menjelang tikungan setelah trek lurus. Dia kesulitan menentukan titik pengereman karena mobil memantul-mantul, dan itu dia nilai sangat berbahaya. Bahkan, dia sebelumnya menilai, ini hanya masalah waktu porpoising akan menyebabkan insiden besar yang membahayakan keselamatan pebalap.
Russell dan Hamilton paling vokal terkait porpoising yang menjadi ikutan dari konsep ground effect untuk mengail downforce pada mobil-mobil F1 2022. Mercedes menjadi tim yang paling dipusingkan oleh porpoising. Mereka membangun W13 berdasarkan konsep meraih downforce maksimal dengan ride height atau jarak lantai mobil dengan permukaan trek, rendah. Kini, dengan porpoising yang parah, mereka tidak memiliki ruang yang leluasa untuk mengatasi masalah itu.
Baca juga: Hamilton Menguak Potensi Besar W13
Solusi paling mudah untuk mengatasi porpoising adalah menaikkan ride height, tetapi itu akan mengorbankan performa W13 yang didesain mencapai performa terbaik dengan lantai mobil sedekat mungkin dengan aspal. Itu solusi yang tidak diinginkan oleh Mercedes, karena mereka akan sangat lambat.
Mercedes pun memilih mencari solusi lain dengan menggunakan suspensi yang keras supaya bisa mempertahankan ride height yang rendah. Solusi itu berjalan dengan baik di sirkuit-sirkuit balap, yang terbukti di Barcelona. Namun, saat di trek-trek yang merupakan sirkuit jalan raya, porpoising kembali muncul, bahkan lebih parah.
”Kami telah membuat kemajuan di Barcelona, karena kami bisa melesat di lintasan lurus dan semuanya sangat bagus, tenang, dan nyaman bagi para pebalap. Namun, sepertinya di sirkuit yang tidak rata, kondisi berkendara menjadi masalah,” ungkap Trackside Engineer Mercedes Andrew Shovlin, dikutip Motorsport.
”Anda tidak bisa memilah dengan tepat mana masalah aerodinamika dan mana yang mekanikal, serta hubungan dengan suspensi dan peredaman yang tepat. Namun, pada intinya, kami memiliki pekerjaan untuk diselesaikan,” tegas Shovlin.
Solusi masalah ini bukan perkara mudah karena harus mempertahankan performa mobil dalam level terbaik.
Baca juga: Hamilton Temukan Titik Terang
”Kami menyadari, ini sebenarnya masalah yang amat sangat rumit. Ini bukan sesuatu di mana Anda bisa menerapkan sesuatu dan masalah hilang, serta bisa melupakan itu. Ini akan terus ada, Anda harus mendesain dan membangun itu,” ujar Shovlin.
”Mungkin memerlukan waktu lebih lama dari yang kami perkirakan, tetapi saya pikir masalahnya adalah, seperti Anda mengupas kulit bawang, akan ada lapisan lain kulit bawang untuk dikupas. Ini sangat mirip dengan itu, semakin dipelajari, Anda akan semakin menyadari bahwa Anda tidak mengetahui,” tegas Shovlin.
Masalah porpoising, diakui oleh Shovlin, masih akan menjadi kendala besar di Montreal. Namun, di trek-trek mulus seperti Silverstone, Inggris, dan Paul Ricard, Perancis, W13 berpotensi besar kompetitif.
”Montreal bukan sirkuit yang mulus, tetapi mungkin di sejumlah tempat, seperti Ricard dan Silverstone, mobil ini akan bekerja lebih baik. Namun, meskipun berada di trek yang mulus, kami sangat menyadari bahwa basis performa belum ada pada saat ini. Kami harus meningkatkan itu,” tegas Shovlin.
Kemampuan mencari solusi porpoising merupakan ujian bagi para insinyur di tiap-tiap tim F1. Saat ini, Red Bull menjadi tim paling sukses mengatasi masalah mobil yang memantul-mantul sehingga memimpin klasemen konstruktor serta pebalap. Oleh karena itu, Red Bull menilai sangat tidak adil jika regulasi diubah karena beberapa tim kesulitan mengatasi porpoising. Perubahan regulasi akan sangat merugikan tim-tim yang mampu mencari solusi masalah porpoising.
Baca juga: Misi Mercedes Menjinakkan ”Porpoising” di Miami
”Anda memiliki pilihan menjalankan mobil Anda, bukan begitu? Dan Anda seharusnya tidak pernah menjalankan mobil yang tidak aman. Namun, saya pikir itu lebih merupakan masalah para ahli tehnik karena ada beberapa mobil yang memiliki masalah tersebut, dan ada sejumlah mobil yang sangat sedikit masalah,” ungkap Kepala Tim Red Bull Christian Horner, dikutip Crash.
”Itu sepertinya tidak adil untuk menghukum pihak-pihak yang telah menjalankan pekerjaan dengan sangat baik melawan pihak-pihak yang mungkin targetnya sedikit meleset,” lanjut Horner.
”Saya pikir jika ini benar-benar masalah keselamatan bagi semua perserta balapan, ini sesuatu yang harus diperhatikan. Namun, jika ini hanya memengaruhi orang tertentu atau tim-tim tertentu, itu sesuatu yang harus diselesaikan oleh tim tersebut,” tegas Horner.
Horner menilai, masalah porpoising ini terlalu dibesar-besarkan. Dia mengakui akan melakukan hal yang sama dengan tim-tim yang mengeluhkan porpoising jika pihaknya mengalami masalah yang sama. Namun, ungkapan Horner itu terkesan menyindir Mercedes.
Baca juga: ”Porpoising” Mendera Tubuh Pebalap
”Saya akan mengatakan kepada mereka (para pebalap Red Bull) untuk mengeluh sebanyak mungkin di radio dan menjadikan ini isu sebesar mungkin yang bisa mereka lakukan. Ini bagian dari permainan,” pungkas Horner.