”Rebound” Bukan Hanya Soal Kurcaci dan Raksasa
”Rebound” memang menguntungkan untuk pemain yang punya keunggulan fisik. Namun, hal terpenting dalam perebutan bola pantul itu sebenarnya bukanlah tinggi pemain.

Pemain Golden State Warriors, Stephen Curry (tengah), loncat untuk mencetak angka, di bawah adangan pemain Boston Celtics, Derrick White (nomor 9), Jayson Tatum (0), dan Al Horford (42) pada laga keempat final NBA di TD Garden, Boston, Sabtu (11/6/2022). Pada laga itu, Warriors menang dengan skor 107-97 dan membuat kedudukan imbang 2-2.
Di gim empat Final NBA 2022, tim raksasa Boston Celtics yang punya pemain lebih tinggi di setiap posisi kalah rebound dari para kurcaci Golden State Warriors. Logikanya, semakin tinggi pemain semakin mudah pula memenangi duel bola atas. Namun, di lapangan, rebound bukan hanya soal tinggi badan.
Forward Warriors Andrew Wiggins (2,01 meter) membuktikan itu. Dia tak lebih tinggi dari duo center Celtics Robert Williams (2,03 meter) dan Al Horford (2,06 meter). Lengannya juga lebih pendek. Akan tetapi, dia bisa mencatat 16 rebound ketika dikepung dalam gim empat di TD Garden, Boston, Sabtu (11/6/2022).
Baca juga: Hadapi Celtics, Curry Tak Bisa Menang Sendirian
Jumlah rebound itu merupakan yang terbanyak dalam laga itu, melebihi Williams (12 kali) dan Horford (6 kali). Juga, menjadi jumlah rebound terbanyak oleh satu pemain dalam satu gim di final kali ini. Wiggins menjelma jadi raksasa di depan keranjang malam itu.
Selain tinggi, tubuh atletis juga penting dalam rebound. Wiggins yang punya badan kekar dan kemampuan lompat vertikal di atas rerata punya modal untuk berduel dengan lawan di udara. Hal itu menutupi kekalahannya dalam urusan tinggi badan dan lengan.

Pemain Golden State Warriors Andrew Wiggins (kiri) melemparkan bola di bawah penjagaan pemain Boston Celtics, Robert Williams III, pada laga keempat final NBA di TD Garden, Boston, Sabtu (11/6/2022). Pada laga itu, Warriors menang dengan skor 107-97 dan membuat kedudukan imbang 2-2.
Namun, di antara semua keunggulan fisik, hal terpenting adalah kegigihan pemain itu sendiri. Pemain akan lebih agresif jika berusaha lebih. Agresivitas itu membawa sang pemain ke posisi lebih baik. Semakin baik posisi semakin besar pula peluang mendapat rebound karena bisa lebih dekat ke bola.
Ada istilah box out dalam rebound yang berarti menghalangi pemain lain untuk mengambil bola pantul. Caranya, sang pemain harus memunggungi sang lawan dan berada di posisi lebih dekat dengan keranjang. Untuk memperbutkan posisi itu, usaha dan energi ekstra dibutuhkan.
Saya hanya ingin menang. Saya tahurebound adalah faktor penting. Apalagi kami sering bermain bola kecil (tanpa center).
Baca juga: Realitas Terliar di Final NBA
Kegigihan itulah yang membuat Wiggins begitu dominan saat duel di area dalam. Padahal, dia hanya mencatat rerata 6 rebound di tiga gim final sebelumnya. ”Saya hanya ingin menang. Saya tahu rebound adalah faktor penting. Apalagi kami sering bermain bola kecil (tanpa center),” ucap Wiggins.
Ada beberapa pemain spesialis rebound yang punya teknik membaca arah pantulan bola. Contohnya legenda hidup Chicago Bulls, Dennis Rodman. Dia ratusan kali berlatih melihat ke mana pantulan bola setelah terkena keranjang. Latihan itu mempertajam instingnya untuk menentukan posisi.

Center Golden State Warriors, Kevon Looney, melesakkan bola ke dalam jaring Boston Celtics dalam pertandingan ketiga Final NBA di TD Garden, Boston, Kamis (9/6/2022). Setelah di dua babak awal selalu kalah poin, di babak ketiga, Warriors berbalik unggul 33-25 atas Celtics. Celtics menang secara telak, 116-100.
Namun, bola basket itu bulat. Pantulannya, setelah mengenai papan dan keranjang kadang bisa sesuai atau justru berbalik dari prediksi. Faktor keberuntungan itu membuat rebound penuh dengan tanda tanya. Akibat gabungan semua faktor itu, Curry, sang pemain terpendek (1,88 meter) di daftar skuad mula final, bisa mencatat 10 rebound di gim empat.
Tidak diperhitungkan
Jumlah rebound tidak begitu diperhitungkan seperti jumlah poin yang dihasilkan pemain. Namun, rebound sangatlah krusial. Dari bola pantul itu, tim bisa mengubah transisi dari bertahan ke menyerang dengan defensive rebound atau punya kans kedua menyerang dengan offensive rebound.
Baca juga: Warriors Mengundang “Deja Vu” Juara
Menurut lima kali juara NBA, Magic Johnson, rebound merupakan kunci Warriors memenangi gim empat, selain performa bersejarah Stephen Curry yang menciptakan 43 poin dan 10 rebound. Warriors mengungguli Celtics dalam rebound, 55-42, yang berujung kemenangan 107-97.
Di antaranya, Warriors mencatat 16 offensive rebound, 5 kali lebih banyak ketimbang Celtics. Curry dan rekan-rekan menghasilkan 19 poin dari kesempatan kedua atau second chance point setelah penguasaan tambahan itu, sementara Celtics hanya 12 poin.

Point guard Boston Celtics, Marcus Smart (kedua dari kanan), berusaha melepaskan tembakan dari tekanan pemain Golden State Warriors, dalam pertandingan ketiga Final NBA di TD Garden, Boston, Kamis (9/6/2022). Celtics menang secara telak, 116-100.
Pentingnya rebound juga terlihat di gim tiga ketika Celtics menang 116-100. Celtics unggul dalam total rebound 47-31. Dari ketimpangan itu, mereka berhasil mencetak 22 poin lebih banyak dari second chance point. Itulah mengapa Johnson percaya rebound akan jadi salah satu faktor terbesar penentu juara musim ini.
Pertarungan berebut bola pantul itu akan tersaji lagi dalam gim lima di Chase Center, San Francisco, pada Selasa (14/6/2022) pukul 08.00 WIB. Shooting guard Warriors, Klay Thompson, menjamin mereka akan tampil seagresif mungkin di depan publik sendiri. ”Tidak peduli menang cantik atau buruk. Yang terpenting bisa menjaga kemenangan di kandang,” katanya.
Baca juga: Cetak 43 poin, “Chef” Curry Runtuhkan Tembok Keraguan
Sementara itu, shooting guard Celtics, Jaylen Brown, mengatakan, timnya akan datang dengan energi berbeda, tidak mau kalah lagi dalam rebound. ”Kami menerima kesalahan kemarin dan telah belajar dari itu. Kami akan berada di posisi yang bagus,” ujarnya.
Rebound lebih dari yang dilihat banyak orang. Rebound yang butuh kegigihan dari pemain, memperlihatkan siapa yang lebih ingin menang di lapangan. Keinginan tersebut yang bisa mengubah takdir kedua tim di final. Setiap tetes keringat pemain akan berpengaruh menentukan siapa yang jadi juara. (AP/REUTERS)