”Darah Saya adalah Bulu Tangkis”
Setelah 30 tahun bergelut di dunia bulu tangkis, Greysia Polii berpamitan kepada penggemarnya. Berbagai prestasi, terutama medali emas Olimpiade Tokyo 2020 bersama Apriyani Rahayu, membuat Greysia layak disebut legenda.
”Saat saya memutuskan pensiun sebagai atlet, bukan karena saya sudah juara Olimpiade, melainkan karena memang sudah waktunya.”
Pernyataan itu diungkapkan Greysia Polii sebelum tampil dalam Festival Bulu Tangkis Indonesia di Bali, Oktober-November 2021. Saat itu, Greysia memastikan akan pensiun sebagai atlet pada 2022, tetapi belum memastikan waktunya. Dia hanya mengatakan tak akan mengejar Olimpiade Paris 2024 dan Kejuaraan Dunia Tokyo 2022.
Tanda-tanda pensiunnya Greysia mulai terlihat ketika Greysia/Apriyani Rahayu menolak undangan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) untuk tampil dalam Kejuaraan Dunia, 22-28 Agustus 2022. Mereka berhak atas tempat tersebut karena masih menjadi ganda putri Indonesia berperingkat tertinggi.
Baca juga: Penggemar Bulu Tangkis Rindukan Sosok Greysia Polii
Momen pensiunnya Greysia akhirnya terjadi delapan bulan setelah dia berbicara kepada Kompas di Bali. Saat itu, dia bercerita banyak tentang pengorbanannya untuk meraih emas ganda putri Olimpiade Tokyo 2020, rencana pensiun, dan apa yang akan dilakukannya setelah tidak lagi menjadi atlet.
Greysia mengukuhkan momen pensiunnya dalam acara Testimonial Day Greysia Polii di Istora, Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (12/6/2022). ”Tadi malam, saya enggak bisa tidur. Tidur pukul 03.00, bangun pukul 06.00. Perasaan saya campur aduk karena berpikir pada akhirnya saya akan mengumumkan pensiun,” tutur Greysia.
Di tempat yang sama, dua puluh satu tahun lalu, Greysia yang masih berusia 14 tahun untuk pertama kalinya merasakan tampil di Istora. Dalam turnamen Indonesia Terbuka 2001, dia berpasangan dengan Heni Budiman.
Setelah itu, dia menjalani karier di bulu tangkis dengan berganti-ganti pasangan. Laman BWF mencatat, Greysia pernah berpasangan dengan 20 pemain, terakhir bersama Apriyani, yang tak dapat menahan tangis ketika menghadiri acara pamitan Greysia.
Lihat juga: Perpisahan Greysia Polii
Mantan-mantan partnernya, seperti Vita Marissa, Liliyana Natsir, dan Nitya Krishinda Maheswari, hadir dalam acara itu. Turut hadir pula para pelatih dan pengurus PB Jaya Raya, seperti Retno Kustijah dan Imelda Wigoeno, tempat Greysia menuntut ilmu bulu tangkis sejak berusia sembilan tahun. Mereka menjadi orang-orang terdekat dan terpenting dalam kehidupan atlet yang dijalani Greysia selama 30 tahun, selain keluarga.
”Memang akan ada waktunya dia pensiun. Nanti akan muncul senior-senior baru,” ujar Nitya yang bersama Greysia meraih medali emas Asian Games Incheon 2014. Emas dari ajang multicabang negara-negara Asia itu menjadi pendobrak prestasi ganda putri Indonesia yang selama ini tak dipandang dalam persaingan dunia.
Semula, Greysia akan mengundurkan diri setelah tampil pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016 karena dia akan menikah dengan Felix Djimin pada akhir 2017 atau 2018. Greysia pun menyampaikan rencana itu kepada ibunya.
Saat saya memutuskan pensiun sebagai atlet, bukan karena saya sudah juara Olimpiade, melainkan karena memang sudah waktunya.
”Mama saya bilang enggak apa-apa. Apa pun prestasi saya hingga saat itu, baginya sudah cukup. Ternyata, ketika perjalanan saya di bulu tangkis berlanjut, saya mendapat hasil yang lebih baik. Tak ada kata lain yang bisa saya ucapkan selain bersyukur,” kata Greysia yang bersama Nitya tersingkir pada perempat final Olimpiade 2016.
Namun, dia ternyata tak bisa meninggalkan pelatnas Cipayung begitu saja setelah Nitya cedera panjang, apalagi ketika ganda putri belum punya penerus yang setara. Greysia pun mengorbankan kehidupan pribadi dengan menunda pernikahan.
Penundaan itu tak hanya berlangsung dalam hitungan bulan, tetapi hingga dua tahun. Usia kariernya, tanpa diduga, lebih panjang ketika pertemuan dengan Apriyani membuat mereka menjadi ganda putri nomor satu Indonesia. Mereka pun mendapat kesempatan tampil pada Olimpiade Tokyo 2020 yang akhirnya mundur setahun karena pandemi Covid-19.
Masa penantian Olimpiade, hingga akhirnya digelar pada 23 Juli-8 Agustus 2021, menjadi salah satu masa tersulit dalam kariernya. Tekanan psikologis datang bertubi ketika Greysia kehilangan kakaknya, Rickketsia Polii, yang meninggal karena Covid-19 pada 24 Desember 2020. Momen itu terjadi hanya sehari setelah Greysia menikah dengan Felix, yang disebut sebagai orang yang paling sabar. Selain itu, ibunya pun terinfeksi Covid-19.
Baca juga: Terima Kasih Greysia/Apriyani
Ketika kesabarannya diuji hingga titik puncak dan mampu dilewati, momen indah pun datang pada saat yang tepat, yaitu di Tokyo 2020. Sejak bulu tangkis dipertandingkan pada Olimpiade Barcelona 1992, untuk pertama kalinya ganda putri Indonesia meraih medali, dan langsung meraih emas.
Meski mencapai puncak prestasi yang diimpikan semua atlet, Greysia punya kewajiban tampil pada setengah tahun tersisa pada 2021, salah satunya untuk mewujudkan target menjadi juara dunia. Hanya saja, semua pemain Indonesia akhirnya batal tampil dalam Kejuaraan Dunia di Spanyol, 12-19 Desember, karena kasus Covid-19 di Eropa meningkat.
Target menjadi juara All England 2022 pun tak tercapai karena mereka tersingkir tragis pada babak kedua, menyusul cedera betis kanan yang dialami Apriyani. Laga itu akhirnya menjadi laga terakhir Greysia di dunia yang telah dijalaninya sejak berusia lima tahun.
Tak akan menghilang
Selain penggemar bulu tangkis Indonesia, berhentinya Greysia sebagai atlet akan dirindukan lawan mainnya, salah satunya Jia Yifan. Jia, yang berpasangan dengan Chen Qingchen, adalah salah satu musuh bebuyutan yang dikalahkan Greysia/Apriyani pada final Olimpiade 2020.
Baca juga: Greysia Polii Atlet Paling Dicari di Google Tahun 2021
”Kami akan merindukannya. Dia selalu menjadi lawan yang tangguh. Sejak kecil, saya selalu menonton dia dan sebenarnya ingin mendapat lebih banyak ilmu dari Polii. Saya berharap kami bisa sering bertemu ketika pandemi (Covid-19) mereda meski Polii tidak bermain lagi. Semoga dia lebih bahagia dalam kehidupan setelah pensiun,” tutur Jia.
Eng Hian, yang berperan membangkitkan prestasi ganda putri Indonesia, menilai Greysia layak disebut sebagai legenda ganda putri Indonesia. ”Semua akan kehilangan dia, tetapi pasti akan ada waktunya dia pensiun,” kata Eng Hian.
Pelatih yang mendampingi Greysia sejak 2014 itu bercerita, ada satu karakter dari Greysia/Apriyani yang tak ada pada pemain lain. Mereka tidak pernah mengeluh atau menawar dengan program latihan seberat apa pun.
Kami akan merindukannya. Dia selalu menjadi lawan yang tangguh. Sejak kecil, saya selalu menonton dia dan sebenarnya ingin mendapat lebih banyak ilmu dari Polii.
”Saat Greysia bilang capai, itu artinya dia sudah mencapai batas fisiknya. Namun, kalau diam, artinya dia masih kuat. Karakter itu sangat luar biasa karena banyak pemain yang suka menawar program latihan atau bilang capai, padahal masih kuat,” tutur Eng Hian.
Mantan pemain ganda putra itu pun akan berupaya menanamkan karakter Greysia/Apriyani tersebut kepada pemain lain, yaitu berlatih dengan hati.
Meski telah memastikan tak akan bertanding lagi, Greysia tak akan langsung menghilang dari dunia bulu tangkis. Kepada Eng Hian, dia berjanji akan selalu ada sebagai kakak bagi ”adik-adiknya” di pelatnas Cipayung.
”Saya memintanya tetap ada untuk ganda putri, bukan dalam arti membantu kepelatihan, tetapi hadir untuk pemain-pemain muda saat dibutuhkan. Itu disambut Greysia karena dia pun tak bisa langsung meninggalkan bulu tangkis karena selama ini aktivitas sehari-harinya di lapangan. Jadi, seminggu atau dua minggu sekali akan main di Cipayung,” tutur Eng Hian.
Baca juga: Keseimbangan Hidup Greysia Polii
Seperti dikatakan Greysia saat berbicara di hadapan sekitar 5.000 orang di Istora, bulu tangkis berada dalam darahnya, maka dia pun akan selalu mencintai dunia yang telah membesarkan namanya. ”Dari 35 tahun, hanya lima tahun pertama hidup saya tidak di bulu tangkis,” katanya.
Greysia Polii
Lahir: Jakarta, 11 Agustus 1987
Menang-kalah: 448-229 (ganda putri), 58-37 (ganda campuran)
Peringkat dunia tertinggi:
·9 (bersama Jo Novita), 2006
·5 (Meiliana Jauhari), 12 Mei 2011
·2 (Nitya Krishinda Maheswari), 8 Januari 2016
·3 (Apriyani Rahayu), 20 September 2018
Prestasi (antara lain):
·Perunggu Kejuaraan Asia 2005 (bersama Jo Novita)
·Emas Asian Games Incheon 2014 (Nitya)
·Perunggu Kejuaraan Dunia 2015 (Nitya)
·Juara Korea Terbuka 2015 (Nitya)
·Perunggu Kejuaraan Asia 2016 (Nitya)
·Juara Singapura Terbuka 2016 (Nitya)
·Juara Perancis Terbuka 2017 (Apriyani)
·Perunggu Asian Games Jakarta Palembang 2018 (Apriyani)
·Perunggu Kejuaraan Dunia 2018 (Apriyani)
·Perunggu Kejuaraan Dunia 2019 (Apriyani)
·Juara Thailand Terbuka Super 1000 (Apriyani)
·Emas Olimpiade Tokyo 2020 (Apriyani)
Penghargaan:
·Pasangan terbaik 2020/2021 BWF (Apriyani)
Jabatan:
·Ketua Komisi Atlet BWF (2022-2025)