Aura berbeda akan tersaji dalam laga ulangan final Piala Eropa 2020. Inggris tidak ada ambisi balas dendam kepada Italia karena mementingkan persiapan ke Piala Dunia 2022. Adapun Italia dalam transisi ke gerenasi baru.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
WOLVERHAMPTON, JUMAT — Setelah pertemuan pada final Piala Eropa 2020 di Stadion Wembley, London, Inggris, pada Juli tahun lalu, Inggris dan Italia berjumpa lagi dalam pekan ketiga penyisihan grup Liga Nasional Eropa musim 2022-2023 di Stadion Molineux, Wolverhampton, Inggris, Minggu (12/6/2022). Namun, Inggris diprediksi tidak terlalu ngotot untuk membalas dendam kekalahan adu penalti, 2-3 (1-1), dari Italia dalam final Piala Eropa 2020.
Inggris tampaknya lebih menjadikan laga itu untuk mencari skuad terbaik sebelum tampil di Piala Dunia Qatar 2022, 21 November-8 Desember. ”Anda bisa melihat di seluruh Eropa, Perancis merotasi sepuluh pemain, Spanyol delapan, Portugal tujuh. Itu cukup unik di mana sejumlah tim memikirkan kesiapan dan kondisi pemain. Mereka tengah mempersiapkan diri ke Piala Dunia,” ujar Pelatih Inggris Gareth Southgate dilansir UEFA.com, Jumat (10/6/2022).
Performa Inggris tidak terlalu stabil pada awal tahun ini. Seusai menang 2-1 atas Swiss dan 3-0 atas Pantai Gading dalam laga uji coba Maret lalu, tim ”Tiga Singa” kalah 0-1 dari tuan rumah Hongaria dalam pekan pertama Liga Nasional Eropa, Sabtu (4/6/2022). Pada pekan kedua, Rabu (8/6/2022), mereka hanya bermain imbang 1-1 dengan tuan rumah Jerman.
Southgate mendapatkan banyak kritik atas hasil kurang positif tersebut. Akan tetapi, dia punya dalih kuat untuk tidak serta-merta disalahkan. Dalam empat laga terakhir, pelatih berusia 51 tahun itu terlihat sedang bereksperimen pada timnya.
Selain selalu mengubah komposisi pemain, Southgate pun mencoba sedikitnya tiga formasi berbeda dalam empat laga terakhir. Dia menerapkan formasi 3-4-3 melawan Swiss, 4-3-3 kontra Pantai Gading, dan 4-2-3-1 menghadapi Jerman.
”Dengan Inggris, Anda akan dinilai dan terus dituntut memenangi setiap pertandingan. Tapi, saya harus berpikir sedikit berbeda dan mesti siap menerima semua kritikan,” tegas pelatih kelahiran 3 September 1970 tersebut.
Meningkatkan level pemain
Southgate berpendapat, bermain untuk timnas dan klub sesuatu yang berbeda. Dia berupaya agar semua pemain mencapai level bermain untuk timnas yang tidak sama dengan di klub. ”Inggris merupakan konsekuensi yang berbeda dibandingkan saat Anda bermain untuk klub. Sekarang, ada sejumlah pemain yang levelnya belum berada di level yang lainnya,” ungkapnya.
Kontra Italia, Southgate juga berniat mengistirahatkan beberapa pemain yang turun ketika menghadapi Jerman. Alih-alih memainkan penyerang sekaligus kapten tim yang mencetak gol ke gawang Jerman, Harry Kane, misalnya, Southgate kemungkinan menurunkan Tammy Abraham. Saat melawan Jerman, Abraham cuma menghangatkan bangku cadangan.
Padahal, Kane memiliki ambisi besar untuk mengejar Wayne Rooney sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah Inggris. Gol Kane ke gawang Jerman adalah gol ke-50 dari 71 laga untuk Inggris. Ia hanya terpaut tiga gol di bawah Rooney yang mengoleksi 53 gol dari 120 laga.
Namun, tanpa Kane, Abraham bisa diandalkan. Pemain berusia 24 tahun itu tampil cukup baik bersama AS Roma sepanjang musim lalu yang baru berakhir. Ia membukukan 27 gol dari 53 laga di seluruh kompetisi. Dengan pengalaman setahun terakhir berlaga di Liga Italia, dia bisa menjadi ”mata-mata” untuk menembus pertahanan ”Gli Azzurri”.
”Kami jelas harus menjaga kebugaran pemain. Harry (Kane) memang profesional yang paham menjaga dirinya. Tapi, dia belum tentu bisa menjalani laga keempatnya (tahun ini) karena ada Tammy (Abraham) yang ingin kami lihat penampilannya,” kata Southgate dikutip Daily Mail, Rabu (8/6/2022).
Generasi baru Italia
Inggris sejatinya punya kesempatan untuk membalas dendam kekalahan kepada Italia. Sebab, Italia sedang menjalani masa transisi menuju generasi baru setelah tidak lolos ke Piala Dunia 2022. Sebagian besar pemain yang dibawa pelatih Italia Roberto Mancini ialah pemain muda ataupun minim pengalaman internasional.
Mancini sempat tetap mengandalkan sebagian besar pemain veteran sewaktu kalah 0-3 dari Argentina dalam Finalissima atau laga antara juara Eropa dan Amerika Latin di Stadion Wembley, Kamis (2/6/2022). Dalam laga itu terdapat pemain kenyang pengalaman, seperti duo bek Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci, gelandang Jorginho, dan penyerang Andrea Belotti.
Akan tetapi, seusai kekalahan itu, Mancini bak ”bertobat”. Pelatih berusia 57 tahun itu mulai tersadar untuk merevolusi skuad dengan memercayai nama-nama baru di Liga Nasional, seperti bek Alessandro Bastoni dan Gianluca Mancini, gelandang Davide Frattesi, serta penyerang Wilfried Gnonto dan Gianluca Scamacca.
Kami bermain dengan beberapa pemain muda dan sadar banyak hal yang mesti dibenahi. Tapi, itu bagian untuk proyek jangka panjang.
Hasilnya cukup apik. Mereka bisa menahan imbang 1-1 tim tamu Jerman pada pekan pertama Liga Nasional, Minggu (5/6/2022) dan menang 2-1 atas Hongaria, Rabu (8/6/2022). Mereka pun memimpin klasemen sementara Grup A3 dengan 4 poin dari dua laga.
”Kami bermain dengan beberapa pemain muda dan sadar banyak hal yang mesti dibenahi. Tapi, itu bagian untuk proyek jangka panjang. Kami bisa sedikit percaya diri karena kami mendapatkan hasil bagus dalam dua laga cukup sulit menghadapi Jerman dan Hongaria,” ungkap Roberto Mancini.
Kiper Italia, Gianluigi Donnarumma, dilansir Football-Italia, menyampaikan, para pemain baru sudah bekerja keras untuk memberikan andil besar kepada tim dalam dua laga terakhir. Kini, mereka memiliki tujuan bersama membawa negaranya menjadi lebih baik.
”Kami harus melakukan sesuatu yang baru untuk berubah, memulai kembali. Para pemain berada di jalur yang tepat. Mereka bersemangat untuk bekerja, dan itu sikap yang benar karena jersei ini (Italia) tak ternilai harganya,” pungkasnya. (AFP/REUTERS)