Kroasia versus Perancis, Penebusan Dua Raksasa Terluka
Laga Kroasia kontra Perancis merupakan penebusan luka kedua tim. Laga itu sekaligus menjadi kans bagi pelatih kedua tim, Zlatko Dalic dan Didier Deschamps, bangkit dan menghibur diri seusai ditinggalkan ayah mereka.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
SPLIT, MINGGU — Perancis dan Kroasia, dua finalis Piala Dunia Rusia 2018, sama-sama takluk di kandangnya pada pekan perdana penyisihan grup Liga Nasional Eropa 2022-2023, Jumat lalu. Untuk menebus kekecewaan itu, mereka akan saling pukul dan mengejar kemenangan pada duel di Stadion Poljud, Split, Kroasia, Selasa (7/6/2022) dini hari WIB.
Sebagai dua tim unggulan di Grup A1, mereka diprediksi tidak akan kesulitan menghadapi tim-tim lawan. Realitasnya, Perancis dipermalukan Denmark, 1-2. Adapun Kroasia dihancurkan Austria, 0-3, Jumat lalu.
Namun, Pelatih Kroasia Zlatko Dalic menilai kekalahan itu bukanlah akhir dari segalanya. Masih banyak laga yang harus dimainkan Kroasia ke depan. Maka, dia bertekad membawa timnya bangkit, dimulai dari laga melawan Perancis.
”Menariknya, Perancis juga kalah. Namun, kami harus melupakan (kekalahan) ini dan memperbaiki beberapa hal,” kata Dalic dikutip dari laman UEFA, Minggu (5/6/2022).
Namun, tak mudah untuk bisa mengalahkan Perancis. Kroasia punya rekor buruk. Mereka selalu kalah pada tiga laga Liga Nasional Eropa terakhir di kandangnya. Tak hanya itu, Kroasia juga selalu kalah dalam tiga pertemuan terakhir melawan Perancis, dimulai dari final Piala Dunia Rusia, Juli 2018.
Bahkan, dalam delapan pertemuan terakhir, Kroasia tidak pernah bisa mengalahkan sang juara bertahan Liga Nasional Eropa. Kroasia enam kali kalah dan dua imbang dari Perancis.
Meskipun demikian, Dalic tidak mau ambil pusing dengan catatan rekor itu. Ia punya motivasi ganda menghadapi ”Les Bleus”, salah satu tim terkuat di Eropa saat ini. Ia ingin merebut kemenangan sebagai persembahan untuk ayahnya yang berpulang, beberapa hari lalu.
Berkabung
Di lain pihak, Pelatih Perancis Didier Deschamps juga punya misi yang sama. Ayahnya berpulang tepat menjelang laga Perancis versus Denmark. Ia bahkan harus absen mendampingi timnya karena masih berkabung untuk ayahnya.
Maka itu, laga Kroasia kontra Perancis tidak ubahnya duel penebusan luka bagi kedua tim dan pelatihnya yang tengah berduka. Kemenangan setidaknya bisa menjadi pelipur lara bagi Kroasia ataupun Perancis.
”Tentu saja kecewa dengan kekalahan ini (Denmark). Ada beberapa hal yang bisa jadi pelajaran. Kekalahan meninggalkan lubang besar dari rentetan penampilan bagus kami di laga sebelumnya. Sekarang, saatnya kami bangkit sebagai tim demi meraih kemenangan lagi,” ujar kiper Perancis, Hugo Lloris.
Badai cedera
Meskipun lebih diunggulkan dan memiliki rekor pertemuan yang baik, Perancis punya masalah lain menghadapi duel ini. Sejumlah pemain kunci mereka tengah cedera. Palang pintu andalan Perancis, Raphael Varane, dipastikan absen setelah cedera saat melawan Denmark.
Selain Varane, Perancis juga kemungkinan tidak akan diperkuat penyerang Kylian Mbappe yang juga mengalami cedera lutut kiri saat melawan Denmark.
Varane ditarik keluar setelah bermain selama satu jam pada laga itu. Ia kemudian digantikan William Saliba. Tanpa Varane, pertahanan mereka lalu berantakan. Sempat unggul lebih dulu lewat gol Karim Benzema, Perancis lantas kebobolan dua gol dari Denmark pada babak kedua. Tuan rumah pun kalah. Catatan menawan Perancis, yaitu tujuh kemenangan beruntun di seluruh turnamen, lantas terhenti seketika.
Untuk menambal lubang yang ditinggalkan Varane, bek klub Liverpool, Ibrahima Konate, bisa menjadi pilihan Deschamps. Ia mendapat panggilan perdana dari timnas Perancis untuk menghadapi Kroasia.
Selain Varane, Perancis juga kemungkinan tidak akan diperkuat penyerang Kylian Mbappe yang juga mengalami cedera lutut kiri saat melawan Denmark. Dia lalu diganti saat jeda turun minum sebagai tindakan pencegahan agar cederanya tidak semakin parah.
Dengan absennya Mbappe, Benzema akan kehilangan tandem di lini depan. Akan tetapi, Benzema tidak terlampau merisaukan hal itu. Dia menyebut Perancis masih memiliki banyak penyerang bagus lainnya, salah satunya Antoine Griezmann. Bagi Benzema, jika timnya bisa menguasai aspek mental, mereka bisa mengatasi segala kesulitan dari segi fisik.
”Semua pemain datang seusai menjalani musim yang hebat (di klub). Semua orang banyak bermain. Namun, menurut saya, masalah kelelahan itu lebih di perkara mental. Itu ada di kepala kita,” ujar striker yang baru saja membawa Real Madrid menjuarai Liga Champions Eropa itu penuh semangat.
Inggris takluk
Liga Nasional Eropa kembali menghadirkan kejutan seiring takluknya Inggris dari Hongaria, 1-0, dalam laga Grup A3, Minggu (5/6) dini hari WIB. Hasil laga itu membuat Hongaria meraih kemenangan pertama atas Inggris dalam 60 tahun. Terakhir kali Inggris kalah dari tim itu adalah pada laga Piala Dunia Chile 1962. Tidak ayal, hasil buruk melawan Hongaria setelah enam dekade tersebut meninggalkan kekecewaan besar bagi para pemain Inggris.
”Mereka sangat kecewa karena kami ingin terus memenangkan laga. Jika ingin menjadi tim tepat di papan atas, kami harus datang ke sini (Liga Nasional Eropa) dan menang,” kata Manajer Inggris Gareth Southgate dikutip Sky Sports.
Kekalahan itu, untuk sementara, membuat Inggris tenggelam di dasar klasemen Grup A3. Hongaria memuncaki grup itu. Adapun Jerman dan Italia masing-masing berada di peringkat kedua dan ketiga dengan koleksi satu poin setelah mereka bermain imbang, 1-1.
Pada laga sebelumnya, Belanda menang telak, 4-1, atas tuan rumah Belgia di Grup A4. Kemenangan besar itu menjadi modal berharga bagi tim ”Oranye” menatap Piala Dunia Qatar 2022, setelah sempat absen di edisi Rusia 2018. (AFP)