Rafael Nadal akan tampil pada final Perancis Terbuka untuk ke-14 kali. Namun, dia menyambut kemenangan pada semifinal dengan ”dingin” setelah lawannya, Alexander Zverev, tak bisa menyelesaikan pertandingan karena cedera.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
PARIS, JUMAT — Rafael Nadal akan tampil dalam final Grand Slam Perancis Terbuka untuk ke-14 kali setelah mengalahkan Alexander Zverev pada semifinal penuh drama. Namun, kemenangan itu memberi perasaan campur aduk bagi Nadal setelah Zverev tak dapat menyelesaikan pertandingan karena cedera.
Sebelum bertemu Zverev, Nadal melalui tantangan berat sejak babak keempat. Dia mengalahkan Felix Auger-Aliassime dan Novak Djokovic pada babak keempat dan perempat final masing-masing dalam laga lebih dari empat jam. Setelah itu, Nadal kembali menghadapi tes tak kalah berat pada semifinal di Lapangan Philippe Chatrier, Jumat (3/6/2022).
Berdasarkan statistik pertemuan, Nadal sebenarnya unggul dari Zverev, yaitu dengan enam kemenangan dari sembilan pertemuan. Namun, Zverev yang untuk pertama kali dihadapi Nadal di Roland Garros berbeda dengan Zverev yang dikalahkannya pada pertemuan terakhir, perempat final ATP Masters 1000 Roma 2021.
Tiba di lapangan utama di kompleks lapangan tenis Roland Garros, Zverev membawa permainan solid seperti ketika mengalahkan Carlos Alcaraz pada perempat final. Dia pun benar-benar mempersulit Nadal dengan kecepatan servis dan groundstroke-nya. Dengan pukulan itu, Nadal lebih banyak berada dalam posisi bertahan, jauh di belakang baseline.
Penampilan itu bisa dikatakan sebagai penampilan terbaik Zverev melawan Nadal. Pertandingan berlangsung tiga jam 13 menit meski set kedua belum selesai.
Setelah momentum terus berpindah pada dua petenis sepanjang laga, Zverev harus menunda lagi mimpinya menjuarai Grand Slam. Dia tak bisa menyelesaikan pertandingan karena cedera engkel kanan. Petenis unggulan ketiga itu jatuh dengan engkel kanan terkilir saat berlari ke sisi kanan lapangannya untuk mengembalikan pukulan Nadal. Itu terjadi saat Nadal unggul 7-6 (8), 6-6.
Seketika, Zverev mengerang kesakitan dan menangis dengan keras. Penonton yang semula menyemarakkan pertandingan dengan meneriakkan nama idola mereka menjadi senyap menyaksikan kejadian itu. Nadal turut menghampirinya, bersama wasit dan petugas lapangan lainnya, dengan wajah tegang.
Saking parahnya kejadian yang menimpa Zverev, stasiun TV pemegang hak siar menunda tayang ulang kejadian tersebut. Momen itu akhirnya diperlihatkan melalui gerakan lambat dengan kalimat peringatan dari komentator.
”Cederanya sangat parah. Bagi Anda yang tak bisa melihat tayangan mengerikan, harap dipertimbangkan untuk tidak melihatnya,” katanya.
Dalam tayangan lambat itu terlihat, engkel kanan Zverev menekuk ke kanan hingga dia terjatuh. Komentator mengatakan, cedera seperti itu, minimal, menimbulkan kerusakan pada ligamen.
Zverev pun dibawa keluar lapangan dengan kursi roda. Sekitar sepuluh menit kemudian, dia kembali ke lapangan, berjalan pincang menggunakan dua tongkat dengan kaki kanan tanpa sepatu. Dia memasuki lapangan bersama Nadal yang kebetulan meminta toilet break.
Perjuangan terbaik Zverev pun berakhir ketika dia bersalaman dengan wasit tanda mengundurkan diri. Setelah itu, dia dipeluk Nadal, meninggalkan lapangan dengan melambaikan tongkatnya pada penonton yang memberinya tepuk tangan.
Saya memang ke final lagi dan ini adalah mimpi saya, tetapi pada saat yang sama, saya tak suka pertandingan selesai dengan cara seperti ini. Saat saya ke toilet, saya melihat Sascha (panggilan Zverev) di ruang ganti. Sangat berat melihatnya menangis.
Suasana tersebut membuat Nadal tak menyambut kemenangannya dengan gembira. ”Saya memang ke final lagi dan ini adalah mimpi saya, tetapi pada saat yang sama, saya tak suka pertandingan selesai dengan cara seperti ini. Saat saya ke toilet, saya melihat Sascha (panggilan Zverev) di ruang ganti. Sangat berat melihatnya menangis,” tutur Nadal.
Nadal turut menyesalkan kejadian itu karena Zverev memiliki target besar menjuarai Grand Slam untuk pertama kalinya. ”Dia adalah teman yang baik. Hari ini bermain luar biasa dengan level sangat tinggi. Dia berjuang untuk juara Grand Slam, tetapi tidak beruntung. Namun, ke depan, saya yakin dia akan juara, lebih dari satu gelar,” lanjut Nadal yang akan berhadapan dengan Casper Ruud atau Marin Cilic pada final.
Salah satu senjata Zverev pada laga itu adalah servis pertama yang berkecepatan hingga 214 km/jam. Servis itu menghasilkan lima as. Zverev juga memanfaatkan kecepatan servisnya itu untuk melancarkan taktik serve and volley.
Ground stroke, terutama forehand yang keras dengan bola yang memantul mendekati baseline membuat Nadal harus selalu berada dalam posisi bertahan. Dengan pukulan itu, Zverev bisa membuat Nadal berlari dari sudut ke sudut lain untuk sprint mengejar bola.
Zverev pun langsung unggul dengan mencuri servis Nadal pada gim pertama. Apalagi, di sisi lain, penampilan Nadal tak sesolid pada awal permainan ketika melawan Djokovic.
Pada perempat final, Nadal selalu unggul lebih dulu dari petenis nomor satu dunia itu pada set pertama hingga set ketiga. Dia tertinggal pada set keempat, sebelum akhirnya bisa membalikkan keadaan dan menang 6-2, 4-6, 6-2, 7-6 (4).
Nadal baru merebut servis Zverev pada gim kedelapan ketika dia mulai bisa mengantisipasi servis lawannya itu, terutama servis kedua. Meski memiliki servis pertama yang mematikan, Zverev memiliki kelemahan pada servis kedua. Kecepatan rata-rata servis keduanya adalah 145 km/jam, sementara Nadal dengan 155 km/jam.
Dengan kelemahan itu, Zverev membuat total delapan double fault, dua di antaranya pada gim kesepuluh set pertama. Pada gim ini, petenis berusia 25 tahun itu harus mempertahankan servisnya selama 14 menit, termasuk menggagalkan tiga set point Nadal.
Pemenang set pembuka, yang berdurasi satu jam 33 menit, akhirnya harus ditentukan melalui tiebreak. Seperti pada 12 gim sebelumnya, momentum perolehan poin berganti di antara mereka. Zverev memiliki peluang besar merebut set ini ketika membutuhkan satu poin lagi pada keunggulan 6-2.
Namun, Nadal yang dikenal para kompetitornya sebagai petenis paling kompetitif, membalikkan keadaan dengan merebut lima poin beruntun. Nadal memenangi tiebreak 10-8 dengan tiga poin diantaranya berasal dari salah satu pukulan sulit dalam tenis, running forehand.
Bola yang dipukul sambil berlari kencang itu meluncur deras, melewati Zverev di dekat net, dan jatuh menyusur garis pinggir. Satu pukulan lain diarahkan menyilang. Penonton pun bertepuk tangan sambil berdiri, beberapa di antara mereka memperlihatkan ekspresi wajah terkejut.
Final yang akan berlangsung pada Minggu menjadi final ke-14 Nadal setelah 13 kali membawa trofi The Musketeers dari 17 partisipasi sebelumnya. Dia datang ke Roland Garros kali ini dengan cedera kaki kiri yang pertama kali dirasakannya sejak remaja.
Dengan kondisi itu, Nadal berada di bawah bayang-bayang Djokovic dan Alcaraz yang lebih difavoritkan juara. Namun, petenis yang berulang tahun ke-36 saat semifinal itu kembali menunjukkan bahwa Roland Garros adalah zona nyamannya. (AFP)