Kini, Nadal Favorit Juara di Roland Garros
Pada awal Perancis Terbuka, Rafael Nadal berada di bawah bayang-bayang Novak Djokovic dan Carlos Alcaraz. Setelah menyingkirkan Djokovic, dia pun berpeluang meraih gelar juara ke-14 di Roland Garros.
PARIS, KAMIS — Tak seperti biasanya, Rafael Nadal berada dalam bayang-bayang Novak Djokovic dan Carlos Alcaraz dalam Grand Slam Perancis Terbuka 2022. Namun, setelah melewati perempat final, Nadal kembali pada statusnya sebagai favorit juara di lapangan tanah liat Roland Garros.
Kemenangan atas rival utamanya, Novak Djokovic, membawa Nadal pada peluang itu. Dia mengalahkan petenis nomor satu dunia, yang juga paling difavoritkan juara, pada perempat final dengan skor 6-2, 4-6, 6-2, 7-6 (4).
Tak hanya Djokovic, Alcaraz juga tersingkir pada babak delapan besar. Bintang muda yang prestasinya melejit pada 2022 dengan menjuarai empat turnamen sebelum bersaing di Roland Garros itu dikalahkan Alexander Zverev yang akan menjadi lawan Nadal pada semifinal, Jumat (3/6/2022). Laga itu akan digelar tepat pada ulang tahun Nadal ke-36.
Semifinal lainnya akan mempertemukan dua petenis yang juga berasal dari generasi berbeda, Casper Ruud dan Marin Cilic. Ruud, petenis Norwegia berusia 23 tahun, akan menjalani semifinal pertama di Grand Slam setelah mencapai babak keempat Australia Terbuka 2021 yang juga merupakan hasil terbaiknya.
Baca Juga: ”Ikatan Batin” Nadal dan Roland Garros
Cilic, jagoan lama yang pernah menempati peringkat ketiga dunia pada 2018, adalah juara AS Terbuka 2014. Dia juga tampil di final Wimbledon 2017 dan Australia Terbuka 2018 meskipun kalah dari Roger Federer. Namun, ia belum pernah bersaing di semifinal Perancis Terbuka.
Maka, di antara empat petenis tersisa, Nadal jadi favorit peraih trofi The Musketeers untuk ke-14 kalinya. Dia memiliki persentase kemenangan tertinggi di antara semua petenis di Roland Garros, yaitu 97 persen, berkat hasil 110 kali menang dan 3 kali kalah. Namun, kondisi cedera kaki kiri, yang menghambatnya pada persiapan ke Roland Garros, sulit ditebak. Nadal membawa dokter ke dalam timnya. Namun, itu dilakukan hanya untuk mengurangi nyeri demi bisa berlatih dan bertanding, bukan menyembuhkan cedera.
Menahan sakit
Cedera itu membuatnya hanya sampai pada perempat final ATP Masters 1000 Madrid dan babak ketiga Roma Masters, setelah absen di Monte Carlo Masters dan ATP 500 Barcelona. Saat melawan Denis Shapovalov pada babak ketiga di Roma, Nadal berkali-kali meringis dan menggelengkan kepala sebagai tanda frustrasi karena tidak bisa menahan sakitnya. Maka, hanya rasa sakit yang bisa menghentikan perjalanan ”ajaib” Nadal di Roland Garros tahun ini.
Seperti dikatakan Zverev sebelum Perancis Terbuka dimulai, Roland Garros menjadi tempat yang bisa membuat Nadal berbeda. ”Saya melihat Rafa berlatih, tiba-tiba forehand-nya lebih cepat 32 km/jam. Dia bergerak dengan ringan. Ada sesuatu di lapangan ini yang membuatnya tampil lebih baik,” ujar Zverev.
Menjelang semifinal, tim pelatih Zverev sungguh memperhatikan persiapan Nadal. Beberapa anggota timnya menyaksikan latihan petenis Spanyol itu. Setelah mengalahkan Alcaraz, Zverev mengungkapkan, saat ini momen tepat baginya menjuarai Grand Slam. ”Saya tidak lagi berusia 20 atau 21 tahun. Saya sudah berusia 25 tahun. Ini saatnya juara di panggung ini,” katanya.
Nama Zverev melejit pada 2017-2018 saat berusia 20-21 tahun. Pada tahun itu, ia menjuarai tiga turnamen ATP Masters 1000 dan menjadi yang terbaik di antara delapan petenis terbaik dalam turnamen Final ATP 2018. Namun, hingga saat ini, petenis Jerman itu tidak pernah membawa gelar juara dari arena Grand Slam. Hasil terbaiknya adalah tampil di final AS Terbuka 2020.
Dia akan berusia 36 tahun. Umumnya, petenis telah pensiun di usia itu, apalagi Rafael didera cedera. Namun, selama masih kompetitif, saya rasa dia akan melanjutkan kariernya. Jangan terburu-buru mencoretnya dari persaingan elite.
Kakak Zverev yang juga petenis, Mischa Zverev, bercerita tentang satu faktor yang membuat adiknya tampil solid di Roland Garros, terutama saat mengalahkan Alcaraz. Hal itu karena keberadaan ayah mereka, Alexander Zverev Sr (62), di tribune tim. Zverev Sr adalah mantan petenis yang bermain untuk Uni Soviet.
”Sascha (panggilan Zverev) memiliki forehand dan backhand paling keras di Perancis Terbuka. Servisnya kencang. Dia juga bertubuh tinggi hingga punya jangkauan lebar. Pertanyaan saya, bagaimana dia akan kalah kalau dia bermain sebagus itu?” ujar Mischa yang juga komentator Eurosport.
Zverev pernah mengalahkan Nadal dalam turnamen di lapangan liat, yaitu pada perempat final Madrid Masters 2021. Akan tetapi, dia belum pernah melakukannya di ajang Grand Slam. Seperti dikatakan Djokovic, menghadapi Nadal menjadi tantangan paling besar di Roland Garros.
Mantan pelatih yang juga paman Nadal, Toni Nadal, menilai keponakannya itu masih berpeluang menjadi juara. ”Dia akan berusia 36 tahun. Umumnya, petenis telah pensiun di usia itu, apalagi Rafael didera cedera. Namun, selama masih kompetitif, saya rasa dia akan melanjutkan kariernya. Jangan terburu-buru mencoretnya dari persaingan elite,” ujarnya dikutip Eurosport.
Menghadapi Nadal, yang dikenal paling kompetitif, Zverev harus siap mengerahkan semua kemampuan terbaik sejak poin pertama hingga terakhir, tanpa cela. Lengah sedikit, Nadal bisa mengendalikan permainan karena sangat mengenal Roland Garros, terutama Lapangan Philippe-Chatrier, lapangan utama di kompleks tenis yang dibangun pada 1928. Nadal juga punya ketangguhan mental yang diakui petenis lain sebagai yang terbaik.
Baca Juga: Rune Lengkapi Sensasi Remaja di Roland-Garros
”Saya memang belum pernah mengalahkan Djokovic atau Nadal di Grand Slam, tetapi saya merasa momen itu semakin dekat. Saya pernah membuat mereka kesulitan, tetapi itu memiliki makna berbeda dengan mengalahkan mereka. Semoga penampilan pada perempat final bisa saya bawa ke semifinal,” kata Zverev.
Swiatek ke final
Pada persaingan putri, tunggal nomor satu dunia, Iga Swiatek, tinggal selangkah lagi mengulang prestasi yang dibuatnya pada 2020 ketika menjuarai Perancis Terbuka. Petenis Polandia itu melangkah ke final setelah mendominasi semifinal melawan Daria Kasatkina dengan skor 6-2, 6-1.
Dalam laga selama 1 jam 4 menit tersebut, dominasi Swiatek salah satunya diperlihatkan melalui perolehan poin. Total, dia mendapat 59 poin, sedangkan Kasatkina hanya 29. Pada gim keempat hingga keenam di set kedua, Kasatkina bahkan tak memperoleh satu poin pun. Swiatek juga unggul dalam membuat winner, yaitu sebanyak 22, sedangkan Kasatkina 10 winner.
”Ini momen spesial bagi saya, apalagi banyak pendukung dari Polandia. Saya senang bisa kembali ke final,” kata Swiatek yang akan berebut trofi juara dengan Cori Gauff atau Martina Trevisan pada final, Sabtu.
Kemenangan atas Kasatkina menjadi kemenangan ke-34 berturut-turut Swiatek sejak Februari. Jika bisa menambah satu kemenangan lagi, dia akan menambah lima gelar juara beruntun sebelum tiba di Roland Garros. (AFP/REUTERS)