Perjalanan karier Marin Cilic di arena tenis profesional belum selesai. Untuk pertama kalinya sejak 2018, juara AS Terbuka 2014 itu, akan tampil pada semifinal Grand Slam.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
PARIS, RABU - Marin Cilic pernah membuat prestasi yang langka didapat petenis putra pada era 2000-an, yaitu menjadi juara Grand Slam Amerika Serikat Terbuka 2014, di tengah dominasi Big Three. Setelah itu, dia kesulitan menyaingi Roger Federer, Rafael Nadal, dan Novak Djokovic hingga akhirnya kembali ke semifinal Grand Slam sejak 2018.
Atmosfer semifinal itu akan kembali dirasakannya pada Perancis Terbuka melawan Casper Ruud di Roland Garros, Paris, pada Jumat (3/6/2022). Semifinal pada Grand Slam lapangan tanah liat ini bahkan menjadi yang pertama bagi petenis Kroasia itu. Hasil terbaik sebelumnya di Perancis Terbuka adalah perempat final pada 2017 dan 2018.
Cilic mencapai semifinal setelah mengalahkan salah satu pemain muda yang diharapkan bisa bersinar pada Perancis Terbuka tahun ini, Andrey Rublev. Dia mengalahkan unggulan ketujuh itu pada perempat final, dengan skor 5-7, 6-3, 6-4, 3-6, 7-6 (10-2), Rabu. Pada babak keempat, Cilic menyingkirkan unggulan kedua, Daniil Medvedev.
Jika bisa mengalahkan Ruud, yang pada perempat final menang atas Holger Rune, Cilic berpeluang bertemu pemenang semifinal lainnya, Rafael Nadal atau Alexander Zverev.
Tiket semifinal itu juga membuat Cilic sejajar dengan Nadal, Federer, Djokovic, dan Andy Murray sebagai petenis aktif yang lolos ke semifinal di semua Grand Slam. “Ini adalah pencapaian fantastis bagi saya, bisa menjadi bagian dari mereka,” kata Cilic yang terakhir kali mencapai semifinal Grand Slam ketika lolos hingga final Australia Terbuka 2018.
“Mereka adalah petenis yang bisa berada pada level top bertahun-tahun. Dibandingkan dengan mereka, saya tidak konsisten. Setelah tampil baik pada 3-4 tahun, saya terkadang bisa bermain baik, terkadang buruk. Namun, saya tetap memiliki hasil yang bisa saya banggakan,” lanjut petenis yang pernah berperingkat ketiga dunia pada 2018 itu.
Cilic, dengan tinggi tubuh 198 cm yang memiliki servis keras, menjadi kompetitor tangguh pada turnamen-turnamen di lapangan keras dan rumput yang berkarakter cepat. Dia mulai unjuk diri pada Australia Terbuka 2010. Cilic menyingkirkan petenis-petenis yang lebih favorit, seperti Juan Martin Del Potro dan Andy Roddick pada babak keempat dan perempat final, sebelum dihentikan Andy Murray dalam semifinal.
Puncak kejutan dibuatnya di Flushing Meadows, New York, 2014. Hanya berstatus sebagai unggulan ke-14, dia menjuarai AS Terbuka pada final Grand Slam pertamanya. Cilic mengalahkan Tomas Berdych pada perempat final, lalu Federer (semifinal), dan Kei Nishikori yang juga membuat kejutan dengan lolos ke final.
Saya pun akan memanfaatkan setiap kesempatan dalam karier saya dengan baik. (Marin Cilic)
Setelah itu, Cilic masih bisa bersaing pada level top dunia dengan mencapai final pada dua Grand Slam lain, yaitu Wimbledon 2017 dan Australia Terbuka 2018. Pada dua final itu, dia kalah dari Federer.
Penampilannya kian menurun pada 2019 hingga untuk pertama kalinya gagal menjuarai turnamen sejak 2007. Dia pun terlempar dari peringkat 30 besar dunia.
Tak hanya dengan BigThree, Cilic kalah bersaing dengan petenis-petenis NextGen yang mulai bisa bersaing dengan senior. Diantara mereka, ada Medvedev yang tiga kali mengalahkannya dari empat pertemuan, Zverev (7-1), dan Rublev (4-2).
Maka, ketika dia bisa mengalahkan Rublev dengan 33 as dan lolos ke semifinal di Roland Garros, Cilic pun lega. “Saya sangat menikmati pertandingan tadi, berusaha menjadi diri saya sendiri dan itu terbayarkan. Saya pun akan memanfaatkan setiap kesempatan dalam karier saya dengan baik,” katanya.
Pada tunggal putri, petenis nomor satu dunia, Iga Swiatek, senang bisa mengatasi tekanan dengan baik selama tampil di Roland Garros tahun ini. Dia akan menjalani semifinal melawan Daria Kasatkina, Kamis, setelah mengalahkan Jessica Pegula 6-3, 6-2, pada perempat final. Adapun Kasatkina menang atas Veronika Kudermetova 6-4, 7-6 (5).
Salah satu tekanan berat yang bisa dilalui Swiatek pada Perancis Terbuka tahun ini adalah ketika menghadapi remaja asal China, Zheng Qinwen. Dengan modal pukulan keras, petenis berusia 19 tahun itu memaksa Swiatek bermain tiga set meski akhirnya kalah 7-6 (5), 0-6, 2-6.
Hasil di Roland Garros, setidaknya hingga saat ini, memperlihatkan kemampuan Swiatek mengatasi tekanan ketika berada dalam sorotan untuk menjadi juara. Dia menjadi satu-satunya favorit juara tunggal putri berkat penampilan konsisten. Sejak Februari hingga mencapai semifinal Perancis Terbuka, Swiatek tak terkalahkan dalam 33 pertandingan beruntun.
Salah satu yang membuatnya bisa bertahan dalam sorotan itu adalah pendampingan psikolog, Daria Abramowicz, dalam tim. “Ini adalah Grand Slam, persaingannya lebih berat dibandingkan turnamen lain. Saya belajar mengatasi tekanan itu dan rasanya bisa melakukannya dengan baik. Mungkin, hanya petenis-petenis underdog yang tak tertekan di Grand Slam,” tutur Swiatek.
Apa yang dikatakan petenis Polandia berusia 21 tahun itu bisa jadi benar. Dia bisa menjuarai Perancis Terbuka 2020 saat tak bertatus unggulan. Menuju tangga juara, Swiatek mengalahkan unggulan teratas, Simona Halep, pada babak keempat, dan Sofia Kenin pada final.
Swiatek harus mempertahankan ketangguhan mentalnya itu dengan tekanan yang semakin besar. Dia menjadi satu-satunya petenis yang pernah merasakan tampil pada semifinal Grand Slam dari empat tunggal putri tersisa di Roland Garros. Kasatkina, serta semifinalis lain, yaitu Cori Gauff dan Martina Trevisan, adalah wajah baru dalam babak empat besar Grand Slam. (AFP/Reuters)