Pembatasan kuota atlet membuat dua pemanah putri pelatnas tidak bisa bergabung tahun ini. Padahal, mereka dipersiapkan untuk mengikuti kualifikasi Olimpiade tahun depan.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
Meski tampil gemilang dengan merebut empat emas di SEA Games Vietnam 2021, tim nasional panahan Indonesia divisi recurve belum cukup teruji di sektor beregu putri. Kuota atlet menyebabkan Indonesia belum dapat menurunkan atlet di nomor beregu putri di SEA Games. Tim panahan harus bergerak cepat menambal lubang di sektor putri lantaran tahun depan ada banyak turnamen menjelang Olimpiade Paris 2024.
Capaian tim panahan divisi recurve di SEA Games Vietnam tergolong istimewa karena berhasil menyapu bersih empat nomor yang diikuti, yaitu individu putra dan putri, beregu putra, dan beregu campuran. Raihan empat emas itu terasa kurang lantaran Indonesia tidak menurunkan wakil di nomor beregu putri.
Menurut Manajer Tim Panahan Indonesia Ari Wiranto, pembatasan kuota atlet membuat mereka tidak menurunkan pemanah putri di nomor beregu. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) hanya memberikan kuota 10 pemanah untuk divisi recurve dan compound.
Setelah melalui berbagai macam pertimbangan, diputuskan divisi recurve mengirim enam atlet yang terdiri dari empat atlet putra dan dua atlet putri. Sementara divisi compound menurunkan empat atlet, tiga pemanah putra dan satu putri.
”Kuota 10 pemanah itu sudah maksimal. Kalau bisa full team, kami inginnya berangkat semua,” ucap Ari, dihubungi pada Minggu (29/5/2022) sore.
Khusus untuk divisi recurve, jumlah pemanah putri di pelatnas tidak hanya dua orang, tetapi empat orang. Selain Rezza Octavia dan Pande Putu Gina yang diturunkan di SEA Games Vietnam, masih ada dua pemanah putri yang tidak dipanggil karena batasan kuota, yaitu Asyifa Nur Hainza dan Ratna Humaira.
Mereka berdua dipastikan tidak akan mengikuti pelatnas sepanjang 2022 karena anggaran pelatnas berlaku selama satu tahun. Dengan begitu, hingga 2022 berakhir, pelatnas panahan Indonesia hanya akan diikuti enam pemanah divisi recurve. Jika dimungkinkan, Ari berharap Asyifa dan Ratna bisa kembali ke pelatnas tahun ini, tidak perlu menunggu anggaran pelatnas tahun depan.
Apalagi, pelatih tim panahan Indonesia, Nurfitriyana Saiman, mengakui materi atau kekuatan pemanah putri Indonesia belum mumpuni untuk bersaing. Dengan begitu, mereka harus terus mengasah kemampuan di pelatnas sembari menambah jam terbang dengan mengikuti turnamen-turnamen internasional. Peningkatan kemampuan mereka akan kurang optimal jika baru bisa mengikuti pelatnas tahun depan.
Sejauh ini, hanya Rezza yang bisa membuktikan kemampuannya dengan menyabet medali emas di nomor individu dan beregu campuran SEA Games Vietnam. Prestasi itu bisa diraih setelah dia ditempa di pelatnas dalam jangka waktu lama dan mengikuti berbagai turnamen panahan internasional.
Rezza adalah pemanah yang berkembang di bawah arahan dua seniornya, Diananda Choirunisa dan Titik Kusumawardani. Kombinasi Rezza, Titik, dan Diananda pernah mengarungi kerasnya persaingan merebut tiket Olimpiade Tokyo 2020. Mereka gagal di babak perempat final.
Kemudian, dalam Piala Dunia Panahan Stage 1 di Antalya, Turki, awal tahun ini, Rezza juga kandas di fase yang sama. Gagal dua kali berturut-turut di babak yang sama memotivasi Rezza untuk meraih emas di SEA Games.
Adapun Pande Putu Gina belum bisa berprestasi di SEA Games karena tergolong baru tiga bulan bergabung di pelatnas. Ari mengatakan, performa Gina masih bisa berkembang jika terus ditempa di pelatnas. Rezza dan Gina juga direncanakan mengikuti Piala Dunia Panahan Stage 3 di Paris, Perancis, akhir Juni nanti.
Tiket Olimpiade
Menambal lubang di sektor putri mendesak dilakukan mengingat tahun depan berbagai turnamen panahan menanti. Asian Games Hangzhou yang ditunda pada tahun depan dan Piala Dunia Panahan menjadi jalan bagi pemanah Indonesia untuk tampil di Olimpiade Paris.
Menambal lubang di sektor putri mendesak dilakukan mengingat tahun depan berbagai turnamen panahan menanti. Asian Games Hangzhou yang ditunda pada tahun depan dan Piala Dunia Panahan menjadi jalan bagi pemanah Indonesia untuk tampil di Olimpiade Paris. Dengan begitu, persiapan bagi dua pemanah putri tidak akan optimal jika mereka baru mulai bergabung di pelatnas tahun depan.
Kalaupun tidak ada kesempatan bagi Ratna dan Asyifa untuk bergabung tahun ini, Ari mengaku akan menyiapkan program khusus agar mereka bisa segera meningkatkan performanya dalam waktu relatif singkat.
”Kami bisa membuat satu program di mana atlet itu setiap saat on fire. Ini untuk mengakali kalau pemanah putri baru bisa full team di 2023,” kata Ari.
Program khusus tersebut, lanjutnya, terbukti mampu membuat para pemanah merebut lima emas, termasuk satu emas dari divisi compound, di SEA Games Vietnam. Para pemanah Indonesia baru menjalani pelatnas pada akhir Februari dan langsung berlaga di SEA Games tiga bulan berikutnya.
Dalam waktu singkat untuk persiapan menjelang SEA Games itu, mereka menjalani latihan intensif. Latihan terkadang dilakukan hingga malam hari dan dalam intensitas tinggi saat bulan puasa.
Satu hal yang tidak kalah penting adalah merealisasikan program menambah jam terbang pemanah dengan lebih sering mengikuti turnamen internasional. Saat ini, para pemanah pelatnas diagendakan mengikuti dua kali turnamen internasional dalam satu tahun. Ari berjanji akan meningkatkannya menjadi tiga hingga empat kali turnamen pada tahun depan.
Dengan lebih sering mengikuti turnamen internasional, mental bertanding, teknik, dan akurasi pemanah akan semakin meningkat. Indonesia relatif tertinggal dibandingkan dengan negara lain dalam urusan mengikuti turnamen panahan internasional. Para pemanah Amerika Serikat dan Korea Selatan, misalnya, rutin mengikuti Piala Dunia Panahan setiap tahun.