Jangan Terlena dengan Prestasi SEA Games
Tim bola voli putra dan putri memang bisa mempertahankan prestasi di SEA Games 2021. Namun, grafik mereka hanya jalan di tempat. Itu patut menjadi evaluasi PP PBVSI. Timnas mesti didorong untuk berkembang.
Tim nasional bola voli ruangan Indonesia boleh jadi bisa mempertahankan prestasinya di SEA Games Vietnam 2021, tim putra mempertahankan medali emas dan tim putri mempertahankan perunggu. Namun, sejatinya, prestasi itu jalan di tempat. Padahal, tim putra khususnya memiliki potensi besar untuk berkembang dan bersaing di level lebih tinggi, setidaknya tingkat Asia.
Maka itu, sepatutnya, pemangku kepentingan voli nasional tidak lagi terlena dengan prestasi SEA Games tetapi berpikir berkembang untuk meningkatkan prestasi tersebut. Mereka semestinya berkaca dengan Thailand, terutama tim putri Gajah Putih yang tak lagi menjadikan SEA Games sebagai prioritas utama melainkan mencari cara bagaimana bisa menjadi jawara Asia dan berbicara lebih banyak di level dunia.
Euforia sesaat dirasakan oleh Pengurus Pusat Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PP PBVSI). Mereka bangga timnas putra bisa meraih emas usai menang 3-0 atas Vietnam dalam final SEA Games 2021, Minggu (22/5/2022) dan tim putri merebut perunggu pasca mengalahkan Filipina 3-1, Sabtu (21/5). Itu prestasi yang sama yang dicapai tim putra maupun putri pada SEA Games Filipina 2019.
Ketua Umum PP PBVSI Imam Sudjarwo sangat mengapresiasi capaian tersebut. Secara keseluruhan, Indonesia bisa mempertahankan juara umum voli, yakni meraih dua emas, satu perak, dan satu perunggu. Selain emas dan perunggu dari voli ruangan, tim Merah-Putih pun merebut emas di voli pantai putra dan perak di voli pantai putri.
Untuk itu, Imam menjanjikan bonus uang tunai dan usulan kenaikan pangkat untuk atlet anggota Polri dan TNI. ”Kami mengapresiasi dan berterima kasih sebesar-besarnya kepada atlet, pelatih, dan ofisial karena ini prestasi luar biasa di tengah persiapan sangat minim. Pandemi (Covid-19) dua tahun membuat latihan kurang, minim pertandingan. Kemudian masuk bulan Ramadhan dan langsung ke Vietnam. Tapi, bersyukur dengan semangat atlet bisa mempertahankan prestasi juara umum seperti di Filipina,” ujarnya saat pembubaran tim voli di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Rabu (25/5).
Tidak cukup
Bonus dan usulan kenaikan pangkat itu memang penting untuk atlet. Akan tetapi, sebagian atlet menganggap apresiasi tak cukup sampai di situ. Mereka berharap ada iktikad jelas dan pasti dari PP PBVSI untuk membawa timnas voli berprestasi lebih tinggi.
Kapten timnas voli ruangan putra Nizar Julfikar ketika dihubungi dari Jakarta, Jumat (27/5) mengatakan, sejatinya, grafik timnas putra jalan di tempat dari 2019 ke 2021. Kemampuan individu maupun tim tidak berkembang ataupun mundur. Praktis hanya opposite Rivan Nurmulki yang menunjukkan perkembangan dari teknik maupun mental karena terbiasa bermain di Liga Thailand dan Liga Jepang tiga tahun terakhir.
Itu karena timnas tidak pernah diberi kesempatan luas menambah jam terbang ikut kejuaraan internasional. Tak heran, pasca menempati urutan keempat Kejuaraan Asia 2017 di Gresik, Jawa Timur, prestasi skuad Garuda cenderung menurun, yakni berada di peringkat ke-12 Kejuaraan Asia 2019 di Tehran, Iran dan posisi keenam Asian Games Jakarta-Palembang 2018. Bahkan, mereka absen dari Kejuaraan Asia 2021 di Chiba, Jepang yang menyebabkan peringkat Asia mereka terus merosot dan bakal menyulitkan untuk ikut kejuaraan serupa edisi berikutnya.
Situasi kian tak bersahabat karena mutu liga lokal atau Proliga tidak memungkinkan pevoli nasional berkembang. Permainan apik pevoli Tanah Air di Proliga tak lebih karena dukungan para pemain asing yang amat dominan dan bisa menggendong klubnya.
”Sekarang, semuanya ada di tangan federasi. Kalau ingin timnas berkembang, mereka harus membuat program jangka panjang dan target tidak sebatas SEA Games. Untuk mencapai itu, timnas mesti lebih sering ikut kejuaraan internasional guna menambah ilmu, pengalaman, dan meningkatkan mental. Sebab, voli berkembang sangat pesat. Bahkan, Mr Li (Li Qiujiang, pelatih tim putra di SEA Games 2019) yang kaya pengalaman pun mengaku sulit bersaing dengan voli saat ini dan butuh masukan dari Rivan yang banyak menimbah ilmu baru di Liga Jepang,” kata Nizar.
Baca juga : Saatnya Voli Meloncat Lebih Tinggi
Contoh Thailand
Menurut Nizar, sudah sepatutnya, Indonesia meniru tim-tim lain, setidaknya Thailand. Memang prestasi tim putra mereka menurun di SEA Games, dari emas pada SEA Games Kuala Lumpur, Malaysia 2017 menjadi perunggu SEA Games 2019, dan tidak mendapatkan medali sama sekali di SEA Games 2021.
Namun, yang perlu diketahui, tim putra Thailand yang turun di SEA Games 2021 bukan skuad intinya. Para pemain utama mereka sedang berkompetisi di Kejuaraan Antar Klub Asia di Tehran. Di samping itu, para pemain cadangannya di SEA Games 2021 mayoritas pemain muda yang siap melejit beberapa tahun ke depan.
Wajar jika prestasi tim putra Thailand relatif stabil di Asia Tenggara dan mulai bersaing di papan atas Asia. Berdasarkan peringkat Federasi Bola Voli Internasional (FIVB) per 27 Mei menunjukkan, Thailand berada di posisi ke-56 dunia atau kesembilan di Asia. Sedangkan, Indonesia di urutan ke-85 dunia atau ke-15 di Asia.
Padahal, bagi Nizar, bakat pevoli putra Indonesia tidak kalah dengan Thailand, bahkan Jepang sekalipun yang notabene tim terbaik kedua di Asia dan ke-11 di dunia. Secara postur atau tinggi badan, tubuh pevoli Indonesia dan Thailand ataupun Jepang tidak berbeda. Demikian skill individu, mereka tidak jauh berbeda.
”Yang membedakan, cuma pengalaman saja. Thailand dan Jepang berani aktif di kejuaraan internasional sehingga kualitas permainan mereka terus meningkat. Kalau mendapatkan kesempatan yang sama, saya cukup percaya diri Indonesia bisa menembus empat atau lima besar Asia,” tegas Nizar.
Baca juga : Lolos Final, Tim Bola Voli Putra Indonesia Dapat Bekal Berharga dari Kamboja
Hal senada pernah disampaikan outside hitter timnas voli ruangan putri Amelia Fajrina Nabila. Dia memulai karier voli hampir bersamaan dengan rekannya di klub Jakarta Mandiri Popsivo Polwan pada Proliga 2022, yakni setter sekaligus kapten tim putri Thailand pada SEA Games 2021 Pornpun Guedpard.
Amelia mulai mengenyam kompetisi internasional bersama timnas pada Kejuaraan Asia Remaja 2008 di Manila, Filipina. Sedangkan Guedpard pada Kejuaraan Asia Remaja 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia. Hanya saja, Amelia tidak mendapatkan pengalaman berkelanjutan bersama timnas. Sedangkan, Guedpard terus berkesinambungan ikut Piala Asia, Kejuaraan Asia, dan sejumlah ajang dunia.
Untuk itu, prestasi Amelia dengan timnas mentok dengan enam perunggu dari SEA Games Vientiane, Laos 2009 hingga SEA Games 2021. Adapun, Guedpard meraih sekurangnya lima emas dari SEA Games Naypyidaw, Myanmar 2013 sampai SEA Games 2021, emas Piala Asia 2012, emas Kejuaraan Asia 2013, perunggu Summer Universiade 2013, perak Montreux Velley Masters 2016, dan perak Asian Games 2018.
”Kalau sebatas ikut Proliga dan SEA Games, tim putri sulit untuk berkembang. Tidak heran, kita tertinggal jauh dengan Thailand yang kini levelnya bukan lagi Asia, tetapi dunia (Indonesia posisi ke-76 dunia atau ke-11 Asia dan Thailand urutan ke-19 dunia atau atau keempat Asia). Padahal, postur tubuh dan skill individu kita 11-12 dengan Thailand. Namun, pola permainan atau taktik-strategi Thailand sudah matang sekali karena ditempa banyak pertandingan melawan tim-tim yang jauh lebih baik di kejuaraan internasional,” ungkap Amelia.
Baca juga : Tim Voli Putra Indonesia Waspadai Kejutan Kamboja
Jangan puas diri
Manajer timnas Indonesia sekaligus Kepala Seksi Voli Ruangan PP PBVSI Loudry Maspaitella menyadari tim voli putra maupun putri tidak boleh berpuas diri dengan prestasi SEA Games. Oleh karena itu, dia mendorong segenap pemangku kepentingan menyiapkan program jangka panjang.
Bagi PBVSI, mereka mesti segera menyiapkan tim pelapis agar transisi antara pemain yunior ke senior tidak mengalami jeda. Kemudian, pengurus klub maupun pengelola Proliga harus mendukung para pemain untuk mencoba berkarier di luar negeri.
Kalau belum bisa ke liga elite Asia seperti di Jepang dan di kawasan Asia Barat, mereka bisa mencoba dahulu tampil di Liga Thailand atau Liga Vietnam. ”Bermain di luar negeri itu akan membangun mental pemain. Lihat Rivan, dia tidak canggung lagi dengan tekanan di laga krusial karena terbiasa dengan persaingan ketat di liga luar negeri,” terang Loudry.
Selanjut, lanjut Loudry, pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga, Komite Olahraga Nasional Indonesai, atau Komite Olimpiade Indonesia mesti mendukung penuh terkait anggaran. Sebab, ikut kompetisi internasional butuh biaya besar.
Baca juga : Tim Voli Putra Selangkah Lagi Menuju Juara Grup
Bermain di luar negeri itu akan membangun mental pemain. (Loudry Maspaitella)
”Peluang itu ada asalkan dibantu. Misalnya sekarang, Indonesia punya kesempatan ikut liga Asia. Kami mau mendaftar tapi jangan sampai pas sudah daftar justru uangnya tidak ada. Kita bisa kena sanksi kalau tiba-tiba mundur,” tuturnya.
Terakhir, Loudry menuturkan, PBVSI harus menjalin kerjasama jangka panjang dengan sponsor minimal per setahun atau bukan lagi per kegiatan. Tujuannya, agar program pembinaan bisa terus berkelanjutan. ”Saat ini contohnya, selepas SEA Games 2021, timnas putra dan putri dibubarkan. Dampaknya, anak-anak kehilangan momentum untuk meningkatkan performa,” ujarnya.
Kalau tidak ada perubahan berarti, tim putra bisa disalip kembali oleh Thailand di pentas SEA Games Kamboja 2023. Tak menutup kemungkian, mereka dilewati oleh Vietnam, Kamboja, dan Filipina yang pembinaannya terus berjalan dan menyakinkan. Sementara itu, di putri, mereka akan semakin tertinggal dari Thailand dan Vietnam tanpa ada perubahan signifikan.