Pekan ini jadi ”final” penentuan juara Liga Italia. AC Milan lebih diuntungkan karena unggul dua poin dan agregat kemenangan atas Inter Milan. Namun, Inter tetap punya asa untuk mencuri trofi di detik-detik akhir.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
MILAN, SABTU — Untuk pertama kalinya dalam 12 tahun terakhir, perburuan gelar scudetto atau juara Serie A Liga Italia akan ditentukan pada pekan terakhir kompetisi sepak bola terelite ”Negeri Spaghetti” tersebut. Hingga pekan ke-37, AC Milan di puncak klasemen dan saudara sekotanya, Inter Milan, hanya berselisih dua poin sehingga keduanya harus menentukan nasib dalam pekan pamungkas, Minggu (22/5/2022).
AC Milan memang lebih diuntungkan. Sejauh ini, mereka sudah mengumpulkan 83 poin dari 37 laga, sedangkan Inter Milan di urutan kedua dengan 81 poin dari 37 laga. Maka itu, klub berjuluk ”Setan Merah” tersebut hanya butuh hasil seri saat menghadapi tuan rumah Sassuolo. Sebab, Alessio Romagnoli dan kawan-kawan unggul agregat atas Inter Milan.
Tim asuhan Stefano Pioli itu bermain imbang 1-1 dengan Inter Milan yang bertindak sebagai tim tamu di pertemuan pertama pada 8 November 2021 dan menang 2-1 di pertemuan kedua pada 6 Februari lalu. Tentu, mereka tidak ingin menyia-nyiakan modal berharga itu. Apalagi, mereka telah mengalami paceklik juara sejak terakhir mengangkat trofi musim 2010/2011 atau 11 tahun silam.
AC Milan punya pengalaman indah dengan perburuan juara di akhir musim. Sejak diterapkan sistem tiga poin untuk kemenangan mulai musim 1994/1995, mereka setidaknya sekali mengalami perlombaan seperti itu. Mereka merasakannya saat bersaing dengan Lazio pada musim 1998/1999. Lazio sempat unggul tujuh poin atas AC Milan, tetapi menderita dua kekalahan dan sekali imbang jelang pekan terakhir.
Hasil itu membuat klub berjuluk ”Elang Ibu Kota” itu menyerahkan puncak klasemen kepada AC Milan. Sebaliknya, AC Milan yang unggul satu poin tidak menyia-nyiakan kesempatan menjadi jawara dengan mengandaskan tuan rumah Perugia 2-1 di pekan terakhir.
Kami pantas menjadi yang pertama (di papan klasemen) musim ini. Sebab, kami telah menjadi tim terbaik sepanjang musim ini.
Itu salah satu momen bersejarah yang ingin diulangi AC Milan. ”Kami pantas menjadi yang pertama (di papan klasemen) musim ini. Sebab, kami telah menjadi tim terbaik sepanjang musim ini,” ujar Pioli di laman resmi AC Milan, Sabtu (21/5/2022).
Peluang Inter Milan
Namun, Inter Milan tetap memiliki peluang besar. Betapa tidak, klub berjuluk ”Si Ular Besar” itu bertindak sebagai tuan rumah tatkala menghadapi Sampdoria. Secara psikologi, bermain di hadapan pendukung sendiri menjadi keuntungan tersendiri untuk mengamankan tiga poin.
Selain itu, Inter Milan lebih berpengalaman dalam memperjuangkan scudetto hingga pekan terakhir. Paling tidak, mereka mengalami tiga kali perburuan juara sampai pekan terakhir. Pada musim 2001/2002, Inter Milan yang memimpin klasemen menjalani laga tandang menghadapi Lazio di pekan terakhir.
Waktu itu, Inter Milan menentukan nasib sendiri untuk juara karena Juventus di urutan kedua tertinggal satu poin dan AS Roma di peringkat ketiga tertinggal dua poin. Akan tetapi, Inter Milan justru takluk 2-4 yang melenggangkan Juventus mengangkat trofi.
Nasib Inter Milan lebih baik pada musim 2007/2008. Inter yang unggul dua poin atas AS Roma sukses meraih kemenangan 2-0 atas tuan rumah Parma di pekan terakhir. Mereka pun tidak tergeser di puncak klasemen, belum lagi AS Roma justru imbang 1-1 dengan tuan rumah Catania.
Inter Milan kembali menjalani persaingan ketat dengan AS Roma hingga pekan terakhir musim 2009/2010. Mereka yang memimpin klasemen dengan keunggulan dua poin dan berhasil menjaga jarak dengan menang 1-0 atas tuan rumah Siena sehingga kemenangan 2-0 AS Roma atas tuan rumah Chievo Verona tidak berarti.
Dihiasi drama
Dari sejumlah kisah itu, perburuan juara di pekan terakhir selalu dihiasi intrik dan drama. Kegagalan Juventus yang unggul dua poin atas Lazio jelang pekan terakhir musim 1999/2000 diwarnai dengan banjir besar yang melanda Perugia.
Peristiwa itu memaksa laga ditunda sekitar 1 jam, sedangkan Lazio sudah menang 3-0 atas Reggina di Roma yang cerah. Insiden itu menjadi tekanan tersendiri untuk para pemain Juventus yang membuat mereka takluk 0-1 dari Perugia sehingga menghantarkan Lazio meraih titel juara kedua sepanjang sejarahnya.
Yang tak kalah tragis ialah kekalahan 2-4 Inter Milan dari Lazio di pekan terakhir musim 2001/2002. Waktu itu, Inter telah unggul 2-1. Namun, keceriaan di depan mata mereka berubah menjadi petaka ketika Lazio mencetak tiga gol balasan yang mengubah kedudukan menjadi 2-4. Tangis penyerang Inter Milan, Luis Nazario de Lima alias Ronaldo pecah karena dia gagal mempersembahkan trofi liga di musim terakhirnya bersama tim berjersei biru-hitam atau nerazzurri tersebut.
Uniknya, pelatih Inter Milan sekarang, Simone Inzaghi, ikut terlibat dalam dua drama tersebut. Kala itu, Inzaghi yang masih aktif bermain menjadi salah satu aktor kemenangan Lazio atas Reggina dengan gol penaltinya yang mengawali pesta tim berjersei putih-biru langit atau biancocelesti tersebut.
Lalu, Inzaghi turut berperan memupuskan asa Inter Milan juara musim 2001/2002. Waktu itu, dia menceploskan gol terakhir Lazio ke gawang Inter Milan. Mungkin saja, dirinya dituntut menebus ”dosa” itu dengan membawa Inter Milan memenangi perebutan gelar musim ini.
”Kali ini, nasib kami tidak ditentukan oleh kami. Tapi, kami tetap harus mengalahkan Sampdoria dan harus menjalani laga itu dengan serius seperti laga-laga lainnya. Terlepas dari itu, bisa juara liga atau tidak, saya melihat banyak alasan untuk bahagia di musim ini karena kami memenangi dua trofi, yakni Piala Super Italia 2021 dan Piala Italia 2021/2022, serta lolos ke 16 besar Liga Champions,” katanya dikutip Football-Italia.
Berita tidak seimbang
Bumbu-bumbu drama pun tidak lepas jelang pekan terakhir musim ini. Fans AC Milan tidak terkesan dengan berita-berita mengenai perburuan juara. Mereka menilai pemberitaan yang ada tidak seimbang. Media dianggap cenderung mendorong Sassuolo memenangi laga atas AC Milan.
”Saya membaca dengan benar bahwa Sassuolo akan bermain untuk menang dan akan memberikan 100 persen. Saya tidak melihat berita tentang Sampdoria akan menang atas Inter Milan. Apakah mereka sedang dalam pelayaran (mengacu Sampdoria yang berasal dari kota pelabuhan di Genoa),” tulis legenda tenis Italia sekaligus pendukung AC Milan, Paolo Bertolucci, dalam Twitter.
CEO Sassuolo Giovanni Carnevali menerangkan, dirinya punya hubungan baik dengan mantan Presiden Inter Milan Massimo Moratti, yakni sebagai rekan dan guru di sepak bola. Akan tetapi, dia menegaskan, pihaknya berteman juga dengan Direktur Teknik AC Milan Paolo Maldini dan Direktur Olahraga AC Milan Frederic Massara.
Intinya, Sassuolo tidak bakal bermain mata dengan sia papun. ”Kami tidak ingin memberikan bantuan kepada siap apun. Satu-satunya target kami ialah memenangi laga terakhir untuk finis di urutan kesepuluh atau kesembilan. Kami akan memberikan komitmen penuh dan profesional seperti laga-laga lainnya,” tegas Carnevali kepada Corriere dello Sport.
Sementara itu, Sampdoria bisa menjadi salah satu sosok sentral dalam ”telenovela” AC Milan dan Inter Milan musim ini. Pelatih Sampdoria, Marco Giampaolo, adalah mantan juru taktik AC Milan yang dipecat pada 8 Oktober 2019 atau cuma empat bulan seusai ditunjuk menakhodai tim berjersei merah-hitam atau rossoneri itu pada 19 Juni 2019.
Media menilai, Giampolo masih menyimpan sakit hati dengan mantan klubnya tersebut. Itu boleh jadi membuatnya lebih mendukung Inter Milan untuk mempertahankan gelar liga. ”Saya tidak ada hubungan dengan AC Milan saat ini. Tapi, saya tidak diberikan cukup waktu saat melatih di sana,” terang Giampaolo.