Palagan Si Penguasa dan ”Sang Raja” Liga Champions Putri
Final Liga Champions Putri, Minggu tengah malam, menyajikan duel si penguasa, Barcelona, menghadapi "sang raja" kompetisi itu, Olympique Lyon. Kedua tim siap menyajikan laga bersejarah di Juventus Arena.
TURIN, JUMAT — Pertemuan Barcelona kontra Olympique Lyon pada final Liga Champions Putri 2021-2022, Minggu (22/5/2022) pukul 00.00 WIB, di Stadion Juventus Arena, Turin, Italia, adalah duel ideal karena menyajikan pertarungan antara si penguasa saat ini menghadapi sang raja ajang tersebut. Tak bisa dimungkiri, Barca adalah pemegang dominasi di kancah sepak bola putri di ”Benua Biru” dalam dua tahun terakhir, sedangkan Lyon berupaya kembali menduduki singgasana di Perancis dan Eropa yang lepas pada tahun lalu.
”Blaugranes”, julukan Barcelona Femeni, adalah pemilik predikat juara Eropa musim 2020-2021. Sementara itu, Lyon adalah raja di Liga Champions Putri. Mereka meraih tujuh gelar juara dalam 11 tahun terakhir.
Baca juga: Christine Sinclair, Bintang Emas Sepak Bola Putri Kanada
Sejak 2020, Barca tidak tertandingi di kancah domestik dengan menggenggam lima trofi. Satu trofi masih mungkin mereka tambah di musim ini karena masih akan bersaing di babak semifinal Piala Ratu Spanyol.
Selain meraih gelar Liga Spanyol pada tiga edisi beruntun, yaitu 2019-2020, 2020-2021, dan 2021-2022, Alexia Putellas dan kawan-kawan juga menjadi yang terbaik di musim 2020 dan 2021 pada ajang Piala Ratu Spanyol. Pada Piala Ratu Spanyol edisi 2022, Barca akan menghadapi Real Madrid di babak semifinal, 25 Mei mendatang.
Tidak hanya soal gelar juara, performa gemilang Barca di Spanyol juga tertuang dalam hasil-hasil laga. Sebanyak 32 pertandingan telah dirampungkan Barca di kompetisi domestik edisi 2021-2022 dengan catatan kemenangan.
Kekuasaan Barca di Spanyol diwujudkan pula dengan rekor 165 gol yang terdiri dari 159 gol di liga dan enam gol di Piala Ratu Spanyol. Dalam dua kompetisi itu, mereka cuma kemasukan 12 gol.
Baca juga : Swedia Memburu Kesempurnaan demi Emas Perdana
Selain dominasi di dalam negeri, Barca juga telah menahbiskan kedigdayaan mereka di Eropa berkat trofi Liga Champions Putri musim 2020-2021. Blaugranes menghancurkan wakil Inggris, Chelsea, 4-0. Hebatnya lagi, keempat gol itu tercipta dalam waktu 36 menit di babak pertama.
Semangat menggebu-gebu dirasakan oleh skuad Barca ketika menginjakkan kaki di Turin, Jumat (20/5) kemarin, jelang laga final itu. Asisat Oshoala, penyerang Barca, mengungkapkan, timnya memiliki dua misi jelang partai puncak itu.
Selain ingin mempertahankan gelar juara, Barca juga bertekad membuktikan diri telah berbeda dibandingkan ketika kedua tim berduel di final Liga Champions Putri edisi 2018-2019.
Pada final 2019, itu menjadi pengalaman perdana Blaugranes bisa menembus parta puncak Liga Champions Putri.
Baca juga : Kanada dan Swedia Selangkah Lagi Ukir Sejarah Baru
Barca dilibas Lyon 1-4 yang merengkuh gelar keenam beruntun. Satu-satunya gol yang dihasilkan Barca di pengujung pertandingan dicetak oleh Oshoala.
Saya pikir kekalahan tiga tahun lalu itu adalah kekalahan terbaik yang kami dapatkan. Dari hasil itu, kami memahami batasan penampilan yang harus kami capai untuk bisa meningkatkan tim ini.
“Saya pikir kekalahan tiga tahun lalu itu adalah kekalahan terbaik yang kami dapatkan. Dari hasil itu, kami memahami batasan penampilan yang harus kami capai untuk bisa meningkatkan tim ini,” kata Oshoala menjawab pertanyaan Kompas dalam wawancara virtual bersama delapan media dari Asia dan Eropa, Rabu (18/5/2022).
Tanpa ragu, Oshoala menganggap final Liga Champions sebagai pertandingan terbesar dalam kariernya. Oleh karena itu, pemain berusia 27 tahun itu berambisi membantu Blaugranes mempertahankan takhta di Eropa pada duel di Turin.
“Dibandingkan final 2019, kami adalah tim yang telah jauh berkembang dan lebih baik. Kami sudah saling memahami karena telah bermain bersama dalam waktu lama, lalu kami juga berusaha menampilkan identitas permainan dengan penguasaan bola, menekan lawan, dan tetap tenang menghadapi situasi di lapangan,” ucap peraih tiga gelar Piala Afrika Putri bersama Nigeria itu.
Baca juga : Berkat Pengalaman, Juara Dunia AS Singkirkan Tim ”Oranye”
Tak tertandingi
Dalam Liga Champions musim ini, Barca juga menunjukkan performa tak tertandingi. Dari 10 pertandingan yang telah dijalani, mereka hanya sekali gagal meraih hasil positif ketika kalah 0-2 dari VfL Wolfssburg di laga kedua semifinal. Pada babak empat besar itu, Barca telah menghancurkan finalis edisi 2019-2020 itu pada laga pertama di Stadion Camp Nou dengan skor 5-1.
Selain itu, Blaugranes juga menguasai sejumlah catatan statistik di Liga Champions. Mereka adalah tim dengan gol paling banyak dengan total 37 gol, lalu Barca adalah tim yang selalu mendominasi lawan dalam setiap permainan.
Catatan 66,3 persen rerata penguasaan bola menjadi bukti dominasi itu. Permainan tiki-taka juga diwujudkan dengan sempurna oleh Blaugranes dengan rerata tingkat akurasi operan mencapai 88,7 persen.
Menurut Pelatih Barcelona Jonatan Giraldez, Lyon adalah tim yang terbukti bisa memainkan berbagai formasi dengan pemain yang berbeda. Meski begitu, ia menambahkan, dirinya telah mempelajari taktik utama yang lebih dominan digunakan Lyon ketika menjalani laga-laga penting.
Baca juga : Indonesia Tersingkir, Saatnya Serius Berbenah
“Laga final ini akan menjadi pertandingan yang bagus, berat, dan sangat kompetitif. Kami akan menjalani pertandingan final itu dengan kepercayaan diri yang tinggi,” kata Giraldez yang menggantikan Lluis Cortes, awal Juli 2021.
Duel terbaik
Sementara itu, Ada Hegerberg, penyerang Lyon, juga mengakui Barca telah jauh berbeda dibandingkan tim yang mereka tumbangkan pada 2019 lalu. Menurut dia, Barca saat ini berpredikat sebagai tim yang amat ingin dikalahkan klub-klub lain, sehingga final edisi kali ini akan menjadi duel terbaik yang akan dijalaninya di final Liga Champions.
“Mereka pantas memenangi gelar (Liga Champions) ini tahun lalu dan menguasai liga mereka, jadi kami harus fokus pada diri kami untuk bisa tampil dengan kemampuan terbaik menghadapi mereka. Saya dan seluruh anggota tim sangat antusias karena ini akan menjadi salah satu gim (terbaik) dalam sejarah sepak bola (putri),” kata Hegerberg dilansir laman UEFA.
Hegerberg, yang menyandang sebagai pencetak gol tebanyak dalam Liga Champions Putri dengan 58 gol, membantu Lyon kembali berjaya di musim ini. Setelah nirgelar pada 2021 lalu setelah selalu meraih trofi sejak 2009, Lyon kembali merengkuh trofi Liga Perancis 2021-2022.
Baca juga : Momentum Membangkitkan Pembinaan Sepak Bola Putri
Selanjutnya, tim berjuluk "Les Fenottes" itu berupaya meraih kembali takhta mereka yang lepas tahun lalu. Untuk memuluskan misi itu, Lyon memiliki delapan pemain yang sudah terbiasa menjalani tekanan di partai puncak Liga Champions.
Empat dari delapan pemain itu bahkan menjadi pemain yang telah merengkuh tujuh trofi juara Eropa bersama Lyon, yaitu Wendie Renard (kapten Lyon), Sarah Bouhaddi, Amel Majri, dan Eugenie Le Sommer. Selain itu, masih ada Amadine Henry yang telah mengoleksi enam trofi Liga Champions.
Adapun Hegerberg, Dzsenifer Marozsan, dan Delphine Cascarino sudah merasakan lima kali mengangkat trofi lambang supremasi sepak bola Eropa itu. Alhasil, Les Fenottes itu siap membuktikan mentalitas tangguh mereka yang teruji dalam satu dekade terakhir.
Sonia Bompastor, Pelatih Lyon, mengakui, Barca adalah tim yang menampilkan permainan terbaik dan paling indah saat ini. Meski begitu, lanjutnya, sepak bola indah dan dominan bukan jaminan sebuah tim bisa menjadi juara Eropa.
“Kami memiliki skuad berkualitas yang bisa mengalahkan mereka. Kami harus bermain sangat baik karena Barca telah membuktikan bahwa mereka tim yang kuat,” ucap Bompastor yang pernah mempersembahkan 11 trofi bagi Lyon sebagai pemain. (AFP)