Petembak putri Indonesia, Vidya Rafika Rahmatan Toyyiba, gagal membawa pulang medali dari SEA Games Vietnam 2021. Penampilannya di final sangat kontras dibandingkan saat kualifikasi.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
HANOI, KOMPAS —Petembak putri andalan Indonesia, Vidya Rafika Rahmatan Toyyiba, belum mampu mempersembahkan medali untuk Indonesia di nomor senapan angin 50 meter tiga posisi. Fika, sapaan akrabnya, tersisih lebih awal di final meski tampil bagus saat kualifikasi di National Training Sport Center, Hanoi, Vietnam, Jumat (20/5/2022).
Di nomor ini, Indonesia menurunkan tiga petembak, yakni Fika, Diaz Kusumawardani, dan Audrey Zahra Dhiyaanisa. Fika tampil prima di babak kualifikasi dengan meraih 1.160 poin. Dia berada di posisi kedua, di bawah petembak Thailand Ratchadaporn Plengsaengthong, yang mengumpulkan 1.163 poin.
Memasuki babak final yang diikuti delapan petembak, penampilan Fika goyah. Dia menjadi yang pertama tersingkir dengan hanya mengumpulkan 379 poin. Diaz yang mencatat 395,4 poin menyusul tersingkir setelahnya di posisi ketujuh.
Emas akhirnya direbut petembak tuan rumah Vietnam, Phi Thanh Thao, yang mengumpulkan 451,1 poin. Adapun perak menjadi milik Plengsaengthong yang meraih 444 poin.
”Aku harus menerima kenyataan ini. Mungkin ada hikmahnya karena mungkin yang tadi di kualifikasi aku merasa bagus. Lalu di sini aku harus dihadapkan dengan kenyataan buruk. Aku harus belajar terus,latihan untuk final penting dan latihan kualifikasi juga tidak kalah penting,” tutur Fika setelah berlomba.
SEA Games Vietnam 2021 menjadi debut Fika berlomba di nomor senapan angin 50 mtiga posisi. Fika sebelumnya lebih diandalkan di nomor 10 mindividu. Pada nomor itu dia meraih medali emas SEA Games Filipina 2019, bahkan lolos kualifikasi untuk tampil di Olimpiade Tokyo 2020.
Namun, dalam perjalanan menjelang SEA Games, tim pelatih menilai performa Fika kurang memuaskan dibandingkan dengan rekan-rekannya. Mereka menilai Fika lebih cocok bermain di nomor 50 mtiga posisi. Jadilah hingga SEA Games berlangsung, Fika berlomba di nomor tersebut.
”Pada waktu itu memang di senapan angin 10 meter ada masalah,” katanya.
Terdapat sedikit perbedaan bagi petembak yang bermain di satu posisi dan tiga posisi (kneeling, prone, standing). Fika yang fasih bermain di satu posisi pada nomor 10 meter mengaku tidak kesulitan dipindahkan ke tiga posisi, karenamemiliki dasar yang kuat dalam posisi berdiri. Saat dipindah ke tiga posisi, Fika hanya perlu memperkuat teknik dalam posisi prone(telungkup) dan kneeling (berlutut).
Tetap nyaman
Fika mengaku nyaman dimainkan di kedua nomor tersebut. Oleh karena itu, dia tidak mengerti alasan performanya melorot di final nomor 50 mtiga posisi. Disinggung mengenai suara para penonton, Fika menyebut sudah biasa berlomba di suasana yang cukup gaduh.
Sebelum tampil di SEA Games, Fika bersama tim nasional menembak Indonesia menjalani pemusatan latihan di Budapest, Hongaria, pada 24 April-9 Mei 2022. Saat itu, Fika juga mengikuti kejuaraan menembak dan tampil di nomor 50 mtiga posisi, dengan hasil yang lebih baik daripada final SEA Games Vietnam.
”Mungkin karena SEA Games ini euforianya besar. Aku juga punya tanggung jawab moral mengibarkan bendera Merah Putih. Di Eropa, aku merasa menikmati, bisa tampil lepas. Tetapi mau tak mau kita harus belajar menghadapi euforia yang besar seperti ini,” ujar Fika.
Aku harus menerima kenyataan ini. Mungkin ada hikmahnya karena mungkin yang tadi di kualifikasi aku merasa bagus.
Fika berniat menebus kegagalannya di SEA Games dan menyempurnakan teknik di nomor tiga posisi agar dapat berprestasi di Asian Games Hangzhou 2022. Fika juga menatap sejumlah turnamen internasional, seperti Piala Dunia Menembak yang menurut rencana akan dilaksanakan di Korea Selatan pertengahan tahun ini.
Pelatih kepala tim menembak Indonesia, Ebrahim Inanlou atau Ali Reza, menyampaikan, tekanan SEA Games membebani Fika yang baru pertama kali mencoba berlomba di nomor baru.
Ali menyebut petembak dari Singapura, Thailand, dan Malaysia sudah lebih berpengalaman daripada Indonesia. Menurut dia, beberapa petembak dari tiga negara itu sudah 10 tahun berlomba di nomor 50 mtiga posisi. ”Sementara kami baru memulai sekitar dua tahun lalu,” kata Ali.
Meski gagal meraih medali, Ali yakin tim menembak Indonesia saat ini memiliki masa depan yang cerah. Banyak petembak muda yang harus lebih banyak diberi jam terbang.
”Para petembak kita sebelumnya hanya tampil di satu posisi. Ini sedikit sulit bagi Fika dan Diaz yang tampil di kompetisi pertama dengan nomor 50 mtiga posisi. Itu sangat sulit untuk mereka,” katanya.