Everton lolos dari degradasi seusai menang 3-2 atas Crystal Palace. Hasil itu membuat mereka bertahan untuk musim ke-69 berturut di Liga Inggris. Mereka hanya kalah dari Arsenal yang bertahan selama 97 musim berturut.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
LIVERPOOL, JUMAT — Secara dramatis, Everton berhasil lolos dari zona degradasi Liga Inggris musim ini setelah membalik dari tertinggal 0-2 menjadi menang 3-2 atas tim tamu Crystal Palace dalam laga tunda pekan ke-33 Liga Inggris di Goodison Park, Liverpool, Jumat (20/5/2022). Pelatih, pemain, dan penggemar Everton itu pun larut dalam perayaan memastikan bertahan untuk musim ke-69 berturut di kompetisi terelite di Negeri Ratu Elizabeth tersebut.
Euforia mereka bak klub yang sedang merayakan kesuksesan merebut trofi juara liga. Sehabis wasit Anthony Taylor meniupkan pluit panjang tanda laga berakhir, sebagian besar penggemar Everton langsung tumpah ruah ke lapangan. Mereka berteriak, bernyanyi, melompat-lompat, dan memeluk sebagian pemain yang belum sempat keluar lapangan.
Apa yang baru saja kita lihat, ini adalah perayaan bertahan di Liga Inggris, ini bukan (lolos) Liga Champions. Tapi, apa artinya bagi klub, dalam situasi saat ini (artinya) sangat besar.
”Apa yang baru saja kita lihat, ini adalah perayaan bertahan di Liga Inggris, ini bukan (lolos) Liga Champions. Tapi, apa artinya bagi klub, dalam situasi saat ini sangat besar,” ujar pelatih Everton Frank Lampard dilansir laman resmi Everton sehabis laga tersebut.
Dalam laga itu, pelatih, pemain, dan penggemar Everton dibuat lemas oleh Crystal Palace yang mampu unggul dua gol di babak pertama, yakni melalui gol penyerang Jean-Philippe Mateta di menit ke-21 dan Jordan Ayew di menit ke-36. Gemuruh suara pendukung Everton nyaris tak dengar lagi di awal babak kedua. Betapa tidak, tim kesayangan mereka di ujung tanduk degradasi ke kasta kedua Liga Inggris.
Semangat mulai terbangun ketika bek Micheal Keane memecah kebuntuan dengan gol di menit ke-54. Selang 21 menit kemudian, gelandang Richarlison mencetak gol penyama kedudukan. Sontak, gairah pemain maupun penggemar Everton memuncak kembali. Semuanya menemukan lagi motivasi untuk memenangi laga tersebut. Tujuan mereka tercapai tatkala penyerang Dominic Calvert-Lewin menceploskan gol kemenangan di menit ke-85.
Tiga poin itu membuat Everton kokoh di urutan ke-16 dengan 39 poin dari 37 laga. Posisi mereka tidak beranjak, tetapi poin yang mereka kumpulkan tidak mungkin lagi terkejar oleh empat tim di bawahnya, yakni Burnley di peringkat ke-17 dengan 35 poin dari 37 laga, Leeds United di tempat ke-18 dengan 35 poin dari 37 laga, Watford di urutan ke-19 dengan 23 poin dari 37 laga, dan Norwich City di peringkat ke-20 dengan 22 poin dari 37 laga.
”Karakter klub ini, para pemain dan para penggembar membuat kami lolos (dari degradasi). Semangat klub ini sangat luar biasa. Ada banyak orang yang bekerja sangat keras untuk itu, para pemain, dewan, penggemar, dan staf saya. Ini malam spesial bagi Everton dan sekarang kami ingin meneruskannya,” tegas Lampard.
Beban besar terangkat
Pahlawan kemenangan Everton, Calvert-Lewin, memuji semangat juang rekan-rekannya. Semuanya terus berusaha untuk mengubah keadaan meskipun sudah tertinggal 0-2 hingga akhirnya bisa berbalik unggul menjadi 3-2. ”Saya tidak bisa menggambarkan perasaan seusai mencetak gol di laga ini. Beban terbesar di dunia telah terangkat,” katanya.
Menurut Calvert-Lewin, salah satu kunci kemenangan itu dimulai dari gol Keane. Gol itu membangun kepercayaan diri tim untuk tidak menyerah sampai akhir laga. Selain itu, tentu dukungan besar para penggemar yang tidak beranjak dari kursi untuk mendukung timnya sampai akhir.
”Dukungan mereka luar biasa, cara mereka menyambut kami di lapangan, dengan suar biru di mana-mana, itu merupakan pengalaman luar biasa. Saat kami mendapatkan gol pertama, para penggemar membuat perbedaan, terutama bagi saya. Saya selalu mencoba memberikan 100 persen dan kini saya menunjukkannya,” tuturnya.
Keane mengatakan, semua pemain sangat peduli dengan klub melebihi apa pun di dunia. Maka itu, mereka tidak menyerah kendati sudah tertinggal cukup jauh. Keberhasilan itu pun mereka persembahkan kepada para penggemar yang tak henti mendukung sepanjang musim meski perjalanan tim tidak memuaskan. ”Para pemain dan penggemar pantas mendapatkan pujian besar, begitu juga untuk manajer dan staf,” ungkapnya.
Sebaliknya, kekalahan itu membuat Crystal Palace tertahan di tempat ke-13 dengan 45 poin dari 37 laga. Hasil laga itu sejatinya tidak menentukan apa pun untuk klub asal London tersebut. Mereka tidak bisa lagi mengejar tiket ke Eropa sekalipun menang dan mereka jauh dari jurang degradasi.
Akan tetapi, laga itu cukup mengusik Pelatih Crystal Palace, Patrick Vieira. Legenda sepak bola Perancis itu sempat menendang seorang penggemar Everton yang turun ke lapangan dalam perayaan setelah laga tersebut.
Vieira kehilangan ketenangan karena salah satu pendukung Everton itu berulang kali muncul dan membuat gerakan kasar di depan wajahnya ketika dirinya berjalan menuju ruang ganti. Vieira awalnya mengabaikan perilaku itu, tetapi kemudian berbalik dan menangkap orang tersebut sebelum mengarahkan tendangan ke kaki yang menyebabkan orang bersangkutan terjatuh. ”Saya tidak punya apa-apa untuk dikatakan tentang insiden tersebut,” terangnya dikutip Metro.co.uk.
Mantan penyerang Liga Inggris, Dion Dublin, menuturkan, dirinya cukup kecewa dengan sikap penggemar Everton. Mereka boleh saja bergembira, tetapi tidak pantas untuk bersikap tanpa hormat, mendorong, ataupun meneriaki pelatih dan pemain klub lawan.
Bahkan, dia memperingatkan bahwa kejadian turunnya para pendukung Everton ke lapangan itu sangat berbahaya. ”Kami paham bahwa peristiwa tidak hormat kepada pelatih dan pemain Crystal Palace itu dilakukan oleh segelintir penggemar Everton. Namun, insiden mereka turun ke lapangan itu tidak boleh dibiarkan. Itu harus dihentikan, jangan terulang karena terlalu berbahaya,” tegasnya.