Jarak tunggal putra pelapis dan utama Indonesia ternyata masih jauh. Dari sisi teknik mungkin mirip, tetapi tidak dalam hal mentalitas.
Oleh
KELVIN HIANUSA, YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
BAC GIANG, KOMPAS – Kekalahan tim bulu tangkis putra Indonesia dari Thailand di semifinal beregu SEA Games Vietnam 2021 memperlihatkan problem nyata regenerasi. Di tunggal putra, ada jurang lebar antara lapis pertama dengan lapis kedua yang dikirim ke Vietnam. Jurang kualitas itu diekspos dengan jelas oleh Thailand.
Tiga tunggal Indonesia, yaitu Chico Aura Dwi Wardoyo (23), Christian Adinata (20), dan Bobby Setiabudi (21), kalah dari Thailand di Bac Giang Gymnasium, pada Selasa (17/5/2022). Dampaknya, tim “Merah Putih” kalah 2-3 dan gagal mempertahankan emas. Indonesia harus puas hanya dengan medali perunggu.
Kekalahan dipastikan setelah tunggal ketiga, Bobby, menyerah dari Panitchaphon Teeraratsakul 18-21, 19-21. Sang debutan itu selalu unggul pada awal gim, tetapi kemudian dikejar setelah interval. Dia banyak membuat kesalahan sendiri ketika sudah unggul. “Saya kurang sabar. Tadi juga terlalu yakin. Akhirnya jadi bumerang padahal lawan hanya menang dari semangat,” katanya.
Pelatih tunggal tim putra Indonesia Harry Hartono berkata, mereka menargetkan satu kemenangan dari tiga pemain tunggal, yaitu lewat Bobby. Lawannya adalah atlet 17 tahun peringkat ke-545 dunia. Adapun dua tunggal lain dinilai ada yang kalah dari sisi prestasi dan pengalaman.
“Seharusnya kami bisa mengambil di tunggal ketiganya. Tetapi partai penentu memang tidak mudah. Harus disiapin pikiran dan mental. Tadi Bobby kelihatan tegang banget. Padahal, dari kualitas Bobby ada di atas," ucap Harry.
Para tunggal tampak tidak siap tampil karena semua kalah dengan mudah. Tidak satu pun berhasil mencuri satu gim. Semua laga dimenangkan Thailand dengan dua gim langsung.
Selain Bobby, sorotan juga tertuju kepada tunggal pertama Chico yang kalah dari Kunlavut Vitidsarn 14-21, 14-21. Kunlavut, peringkat ke-18 dunia, memang unggul dari sisi prestasi ketimbang Chico (peringkat ke-44).
Namun, di ajang beregu, kualitas teknik dan ranking dunia sering kali bukan jadi faktor penentu utama. Mentalitas bertarung jauh lebih penting, seperti yang ditampilkan tunggal ketiga Thailand. Daya juang itu tidak terpancar karena laga berakhir tanpa perlawanan.
Adapun Chico sebenarnya lebih tua tiga tahun daripada Kunlavut. Hal ini memperlihatkan generasi baru tunggal putra Indonesia yang sudah tertinggal dibandingkan negeri "Gajah Putih".
"Kalau bicara generasi dari sisi prestasi memang Kunlavut lebih baik. Kami sedang berusaha tingkatkan Chico lagi. Sebab, sejak final Kejuaraan Dunia Yunior 2016 memang ada 2-3 tahun di mana dia harusnya lebih baik," tambah Harry.
Mirisnya, tiga pemain tunggal di SEA Games merupakan pelapis setelah atlet utama seperti Anthony Ginting dan Jonathan Christie. Kata Harry, jurang pemisah antara mereka memang cukup terlihat. Namun, tim pelatih sedang berupaya menyelesaikan itu, termasuk dengan cara memberi jam terbang atlet muda di Vietnam.
Dua pasangan ganda putra Indonesia menjadi pemanis dalam semifinal tadi. Pramudya Kusuma Wardana/Yeremia Rambitan dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin menjadi penyumbang kemenangan tim. Mereka memperlihatkan regenerasi di sektor ganda berjalan mulus.
Sayangnya, sektor tunggal selalu lebih penting ketimbang ganda. Jumlah tunggal, 3 nomor, lebih banyak. Artinya, percuma punya ganda bagus, jika ada lubang besar di pemain tunggal. Tim akan sulit meraih kemenangan pada masa depan.
Final putri
Sementara itu, tim putri akan menantang Thailand pada partai final, Rabu siang. Apriyani Rahayu dan rekan-rekan melaju ke partai puncak setelah menang atas tuan rumah 3-1. Mereka membalikkan keadaan sempat tertinggal lebih dulu akibat kekalahan tunggal pertama Gregoria Mariska Tunjung dari Nguyen Thuy Linh, 21-14, 17-21, 16-21.
Kemenangan dipersembahkan oleh tunggal putri debutan Putri Kusuma Wardani, serta dua ganda putri Apriyani/Siti Fadia dan Febby Dwijayanti Gani/Ribka Sugiarto. Mereka akan kembali menjadi andalan untuk berhadapan dengan Thailand yang menurunkan skuad inti. Thailand membawa tunggal peringkat ke-10 dunia, Pornpawee Chochuwong.
“Kalau Thailand memang skuadnya bagus-bagus ya. Kami hanya bisa mempersiapkan diri sebaik mungkin. Jadi yang penting fokus, makan yang benar, istirahat yang benar, sama terakhir enjoy saja,” ucap Apriyani yang menjabat sebagai kapten tim.
Rionny Mainaky, Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI), berkata, Thailand memang lebih berpengalaman. “Namun, kami punya peluang 50 – 50 kalau mau fight. Kami bisa ambil di ganda dan Putri KW,” ucapnya.