Trofi Piala FA melengkapi gelar domestik Liverpool sekaligus menyempurnakan raihan juara dari enam kompetisi mayor di era Juergen Klopp. Meski telah meraih dua trofi, ”Si Merah” tetap menjaga ambisi kuadrupel.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·6 menit baca
Senyum merekah dari wajah Juergen Klopp ketika menerima trofi Piala FA dari kapten Liverpool, Jordan Henderson, dan mengangkat trofi itu di tribune naratama Stadion Wembley, Minggu (15/5/2022) dini hari WIB. Kebahagiaan pantas dirasakan oleh juru taktik asal Jerman itu seusai menyaksikan timnya mampu mengalahkan Chelsea di partai puncak melalui drama adu penalti.
Kemenangan kedua ”Si Merah” atas Chelsea pada laga final dalam 77 hari itu mengukuhkan Klopp sebagai satu-satunya manajer Liverpool yang meraih kesempurnaan. Ia telah mempersembahkan enam gelar paling bergengsi sejak menangani Liverpool, 8 Oktober 2015.
Parade trofi yang diberikan Klopp kepada Liverpool dimulai dengan hattrick trofi internasional pada 2019. Liverpool meraih gelar Liga Champions Eropa 2018-2019 setelah mengalahkan Tottenham Hotspur di Stadion Wanda Metropolitano, Madrid.
Setelah itu, Liverpool membawa pulang trofi Piala Super Eropa dari Istanbul, Turki, serta gelar Piala Dunia Antarklub dari Doha, Qatar. Kala itu, Klopp menahbiskan diri sebagai manajer pertama yang menghadirkan trofi Piala Dunia Antarklub di lemari piala Liverpool.
Sebelumnya, Liverpool selalu gagal menjadi juara dunia antarklub. Sebelum di era Piala Dunia Antarklub, yang dimulai pada 2004, Si Merah kalah pada dua edisi Piala Interkontinental dari dua duta Amerika Selatan, yaitu Flamengo dari Brasil pada 1981, kemudian tumbang dari wakil Argentina, Independiente, pada edisi 1984.
Selanjutnya, Klopp mengakhiri 30 tahun paceklik gelar Si Merah di Liga Inggris. Gelar juara Liverpool di musim 2019-2020 menghadirkan perayaan akbar bagi liverpudlian, suporter Liverpool, yang sempat tidak memedulikan kondisi Covid-19 saat itu.
Di musim ini, Klopp menghentikan pula penantian panjang Liverpool untuk meraih dua gelar domestik lainnya, yaitu Piala Liga Inggris dan Piala FA. Setelah satu dekade, Liverpool akhirnya mengangkat lagi trofi Piala Liga Inggris, akhir Februari.
Adapun Liverpool perlu menunggu selama 16 tahun untuk bisa kembali menjadi penguasa Piala FA, kompetisi tertua di dunia. Gelar Piala FA kedelapan itu adalah gelar kedua dari empat trofi yang masih mungkin direngkuh Si Merah di musim 2021-2022.
Gelar ganda itu direngkuh Liverpool melalui perjuangan hingga adu penalti melawan tim yang sama, yakni Chelsea. Dalam dua laga final itu, Liverpool bermain imbang tanpa gol dengan ”Si Biru” selama 120 menit. Lalu, Liverpool unggul adu penalti dengan masing-masing skor 11-10 di Piala Liga Inggris dan 6-5 di Piala FA.
Alhasil, Klopp adalah satu-satunya manajer Liverpool yang telah sempurna menghadirkan tiga trofi kompetisi lokal di Inggris. Tak hanya itu, ia menjadi juru taktik pertama yang mengawinkan gelar Piala Liga Inggris dan Piala FA dalam satu musim.
Saya tidak bisa lebih bangga kepada anak-anak saya atas perjuangan keras yang mereka tunjukan.
”Dua laga final itu berjalan intens yang ditentukan oleh marjin kecil. Chelsea bermain luar biasa dan pantas pula meraih apa yang kami dapatkan, tetapi setiap final hanya ada satu pemenang dan kami yang keluar sebagai juara,” kata Klopp seusai laga kepada BBC.
Klopp memastikan diri sebagai manajer asal Jerman pertama yang merengkuh Piala FA. Meskipun telah membuktikan tangan dinginnya, Klopp lebih senang memuji kerja keras semua pemain Liverpool.
”Saya tidak bisa lebih bangga kepada anak-anak saya atas perjuangan keras yang mereka tunjukan,” ujarnya.
Jordan Henderson, gelandang sekaligus kapten Liverpool, mengatakan, dua gelar yang telah mereka raih pada musim ini terasa istimewa untuk skuad ”Si Merah”. Sejak awal musim, semua pemain Liverpool bertekad untuk bekerja keras demi mencapai prestasi terbaik di empat kompetisi yang diikuti pada musim ini.
”Kami masih memiliki (tiga) pertandingan besar tersisa. Kami harus pulih dengan cepat untuk menjalani pertandingan, Selasa, di liga. Kami akan mengerahkan seluruh kemampuan di Liga Inggris, kemudian melakukan hal yang sama di (final) Liga Champions,” ujar Henderson, yang juga menjadi satu-satunya kapten Liverpool yang mengangkat enam trofi mayor.
Asa kuadrupel
Setelah memenangi dua laga final di musim ini, Liverpool masih menjaga asa untuk menjadi tim Inggris pertama yang meraih kuadrupel atau empat trofi mayor dalam satu musim. Dua trofi yang masih berpeluang dikoleksi Si Merah adalah Liga Inggris dan Liga Champions.
Untuk mendapatkan dua trofi itu, Mohamed Salah dan kawan-kawan hanya perlu meraih kemenangan di tiga laga pamungkas. Dua pertandingan tersisa di liga menghadapi Southampton dan Wolverhampton Wanderers.
Meski begitu, gelar juara liga tidak sepenuhnya berada di tangan Liverpool. Apabila meraih enam poin di dua pertandingan itu, Si Merah perlu berharap juga Manchester City gagal meraup poin penuh di dua laga terakhir.
Hingga pekan ke-36, City unggul tiga poin dan tujuh gol dalam head-to-head selisih gol atas Liverpool. Dengan kondisi itu, StatsPerform mencatat probabilitas Liverpool meraih titel liga ke-20 di musim ini hanya 3,24 persen.
Selain itu, Liverpool akan berhadapan dengan Real Madrid di final Liga Champions, Minggu (29/5), di Stade de France, Paris. Itu adalah final ketiga kompetisi antarjuara Eropa untuk Liverpool di era Klopp.
”Kuadrupel tentu hal luar biasa yang bisa kami bicarakan. Itu akan menjadi capaian yang gila,” ucap Klopp.
Dalam sejarah klub, perjalanan terbaik Liverpool dalam satu musim tercipta pada musim 1983-1984. Bersama manajer Joe Fagan, Si Merah mengakhiri musim dengan tiga gelar mayor, yaitu Piala Liga Inggris, Liga Inggris, dan Liga Champions.
Belum ada pula tim Inggris yang pernah meraih kuadrupel trofi. Satu-satunya tim asal Britania Raya yang bisa mendapatkan empat gelar juara dalam semusim ialah Glasgow Celtic, raksasa Skotlandia.
Pada musim 1966-1967, Celtic menyapu bersih gelar juara dari empat kompetisi, yaitu Liga Skotlandia, Piala Liga Skotlandia, Piala Skotlandia, dan Liga Champions.
Karakter tim
Menurut Alan Shearer, mantan penyerang tim nasional Inggris, keberhasilan Klopp membawa Liverpool berpeluang meraih kuadrupel di musim ini tidak lepas dari kerja kerasnya membentuk karakter tim dalam beberapa tahun. Kata Shearer, suntikan mentalitas juara dan kemauan bekerja keras menjadi ciri khas Si Merah di bawah kendali manajer kelahiran Stuttgart, Jerman, itu.
Kuadrupel tentu hal luar biasa yang bisa kami bicarakan. Itu akan menjadi capaian yang gila.
”Klopp telah menghadirkan sebuah tim yang luar biasa. Perjalanan mereka di musim ini tidak mungkin bisa dicapai apabila tanpa keyakinan dan kepercayaan diri,” ujar Shearer.
Jika bisa menambah satu atau dua trofi yang tersisa di musim ini, Klopp kian mengukuhkan dirinya sebagai manajer di posisi ketiga dalam urusan persembahan trofi mayor bagi Liverpool. Dengan trofi Piala FA, ia telah memberikan Liverpool enam trofi yang membuatnya hanya tertinggal dari Bob Paisley yang memberikan 14 trofi dan Bill Shankly (8 trofi).
Dua manajer tersebut memang memberikan multitrofi bagi Liverpool, tetapi mereka tidak memberikan trofi yang lengkap seperti manajer berusia 54 tahun itu. Paisley, misalnya, tidak pernah mempersembahkan gelar Piala FA dan Piala Interkontinental selama sembilan tahun menangani Liverpool.
Adapun Shankly tidak bisa memberikan trofi Piala Liga Inggris, Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Interkontinental dalam masa baktinya memimpin di Anfield pada 1 Desember 1959 hingga 12 Juli 1974.
Lupakan sejenak potensi kuadrupel itu. Sebab, tanpa dua trofi Liga Inggris dan Liga Champions di musim ini, Klopp telah hadirkan kumpulan trofi mayor yang sempurna bagi Liverpool. Ya, kesempurnaan untuk Si Merah hanya milik Klopp! (AFP/REUTERS)