SEA Games Vietnam tak hanya menjadi pesta olahraga bagi para atlet yang sudah rindu berkompetisi. SEA Games itu telah menjelma menjadi pesta yang menyenangkan, terutama bagi warga dan pelaku UMKM.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
Tak banyak spanduk di bandara maupun jalanan di Vietnam saat SEA Games 2021 digelar. Namun, bukan berarti pesta olahraga itu tidak semarak. SEA Games 2021 tetap menjadi pesta meriah warga Vietnam yang merasakan dampak ekonomi dari hajatan olahraga terbesar negara-negara di ASEAN itu.
Di Bandara Internasional Noi Bai, Hanoi, pernak-pernik yang jadi penanda negara itu sedang menjadi tuan rumah SEA Games nyaris tidak ada. Hanya ada dua spanduk vertikal yang berdiri di dekat gerbang pemeriksaan imigrasi. Jalanan di Hanoi juga sepi dari spanduk/baliho SEA Games.
Kemeriahan SEA Games baru terasa di sekitar Stadion My Dinh. Sebuah baliho empat sisi setinggi 3 meter dan lebar 2 meter berdiri tepat di tengah jalan simpang empat. Tulisan selamat datang dan bertanding dalam bahasa Inggris serta Vietnam menyertai gambar Sao La, maskot SEA Games Vietnam 2021, di baliho itu.
Tepat di seberang Stadion My Dinh, berdiri empat tenda, masing-masing berukuran 20 meter x 10 meter. Di depannya, gapura dengan penanda ”Hanoi Great Souvenirs 2022” menyambut pengunjung.
Jika para atlet tengah berlaga di arena, di bawah tenda-tenda itulah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah Vietnam sedang berpesta. Mereka menjajakan aneka dagangan, mulai dari mainan anak-anak, pernak-pernik suvenir, kain sutra tradisional, hingga guci-guci dan aneka kerajinan kayu.
Hung Cam (54) adalah salah satu pedagang di sana. Ditemani istrinya, ia menggelar dua lapak berbeda. Hung lebih sering menjaga lapak kerajinan ukiran kayu, sementara istrinya mengawasi lapak suvenir. Namun, sesekali Hung harus membantu istrinya ketika lapaknya diserbu pembeli.
”Saya merasakan dampak dari pesta ini. Kami meraih lebih banyak rezeki. Biasanya, di akhir pekan, kami mengantongi 1 juta dong Vietnam. Berkat SEA Games, kami bisa meraup 3 juta dong,” ujar Hung.
Mungkin, setelah SEA Games berakhir, toko kami akan tutup seminggu. Selain karena mungkin stok sudah habis, kami juga ingin berlibur.
Nilai 1 juta dongsetara Rp 634.000. Untuk satu kali makan di Vietnam, setiap orang rata-rata menghabiskan 30.000 dong (setara Rp 19.000). Maka, dengan keuntungan 3 juta dong per hari, Hung bisa mencukupi kebutuhan makan dirinya selama lebih dari 1 bulan.
Pantas saja Hung dan istrinya selalu tersenyum saat melayani pembeli. Kenaikan omzet usahanya itu tidaklah tanggung-tanggung, tiga kali lipat. Itu pun di hari biasa, bukan di akhir pekan. Ia berharap akhir pekan ini bisa mendapatkan keuntungan yang lebih banyak.
”Mungkin, setelah SEA Games berakhir, toko kami akan tutup seminggu. Selain karena mungkin stok sudah habis, kami juga ingin berlibur,” ujar Hung disambut tawa istrinya.
Sarana promosi
Pesta pelaku UMKM di Vietnam tidaklah melulu soal perputaran uang. Le Van Nguyen, pemilik usaha dan bengkel kerja pembuatan kain sutra tradisional Vietnam, menjadikan SEA Games sebagai sarana promosi serta mencari mitra bisnis dari negara-negara tetangga.
”Kami tak ingin sekadar berjualan. Kami justru ingin mengenalkan kain tradisional dan menjajaki kerja sama dengan tamu-tamu yang hadir,” ujarnya.
Nguyen lebih realistis. Ia berharap bisnisnya tak hanya berputar kencang saat SEA Games. Ia memilih bisnisnya berputar lebih lama dan panjang.
Saat ditemui, ia sempat menanyakan apa kain tradisional khas Indonesia? Setelah diberi tahu tentang batik, ulos, dan songket, ia tertarik mencari rekanan bisnis dari Indonesia.
Di lapaknya, Nguyen menjajakan aneka kain sutra, mulai bahan, syal, hingga ao dai alias baju tradisional wanita Vietnam. Ia juga menunjukkan bagaimana kain-kain tersebut dibuat secara manual.
Kegembiraan meluap
Selain dagangan, kemeriahan nyata juga dirasakan saat acara pembukaan SEA Games 2021, Kamis (12/5/2022) malam. Kegembiraan terasa meluap hingga di luar stadion. Ratusan warga, yang tidak bisa masuk stadion, duduk di atas kendaraan masing-masing yang diparkir di jalanan di depan stadion.
Kesempatan itu lantas dimanfaatkan warga untuk menjual pernak-pernik SEA Games, misalnya bendera Vietnam, stiker wajah bergambar bendera Vietnam, hingga terompet. ”Saya ingin melihat kemeriahan pesta kembang api. Kalau (nonton) di rumah, kemeriahannya kurang terasa,” ujar Le Tien Manh, warga Vietnam yang menempuh jarak 3 kilometer dari rumahnya ke stadion menggunakan sepeda motor.
Bagi Manh, SEA Games bukan hanya pesta olahraga, melainkan juga pesta rakyat. ”Saya senang bisa melihat kemeriahan ini. Banyak orang berkumpul di Vietnam rasanya luar biasa. Banyak yang gembira dengan kemeriahan ini,” ujar Manh yang datang menyaksikan pesta kembang api bersama ibunya.
Terakhir kali sebelumnya Vietnam menjadi tuan rumah SEA Games adalah pada 19 tahun lalu, yaitu pada edisi ke-22. Kini mereka ingin mengulang kesuksesan tersebut dan sebisa mungkin menjadi lebih baik.
Benar saja, Vietnam menyelenggarakan upacara pembukaan dengan sangat meriah dan spektakuler. Kendati sempat diragukan, mereka ingin menunjukkan bisa menjadi tuan rumah yang baik.
Dalam hal itu, Vietnam tampaknya enggan membuang biaya hanya untuk kemeriahan yang tampak dari spanduk-spanduk. Mereka lebih ingin menghadirkan pesta nyata yang menyenangkan bagi tamu maupun warganya....